Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang bertanya-tanya, berapa sebenarnya gaji imam Masjidil Haram? Sebuah pertanyaan yang wajar, mengingat posisi tersebut merupakan salah satu yang paling mulia dalam Islam.
Menjadi imam di Masjidil Haram bukan sekadar tugas biasa. Ini adalah amanah yang besar. Seorang imam berdiri di depan ratusan ribu hingga jutaan makmum setiap harinya untuk memimpin ibadah.
Penjelasan tentang gaji imam Masjidil Haram ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @islamitumenakjubkan pada Rabu (23/04/2025). Penjelasannya membuat banyak orang terkesima.
Menjadi imam di masjid terbesar dunia adalah sebuah kehormatan tinggi. Namun, di balik kehormatan itu, ada tanggung jawab besar yang harus dipikul oleh setiap imam.
Seorang imam dituntut untuk menguasai ilmu agama dengan mendalam. Ia juga harus memiliki pemahaman fikih yang kuat, terutama dalam hal yang berkaitan dengan tata cara sholat.
Tak hanya itu, sosok imam Masjidil Haram juga wajib menjaga waktu, kedisiplinan, serta kekhusyukan dalam setiap pelaksanaan ibadah yang ia pimpin.
Akhlak pun menjadi sorotan utama. Seorang imam harus menjadi teladan dalam perilaku sehari-hari, baik ketika di dalam masjid maupun saat berinteraksi dengan masyarakat.
Simak Video Pilihan Ini:
Motor Pelaku Klitih Ketinggalan karena Aksinya Kepergok Warga di Yogyakarta
Diberi Cek Kosong, Boleh Diisi Semaunya
Karena beratnya tanggung jawab tersebut, wajar jika banyak yang mengira bahwa gaji imam Masjidil Haram pastilah sangat besar. Namun, kenyataannya jauh lebih menakjubkan.
Pemerintah Arab Saudi ternyata tidak menetapkan anggaran resmi untuk menggaji para imam Masjidil Haram. Ini bukanlah profesi duniawi yang bisa diukur dengan nominal.
Menjadi imam dipandang sebagai bentuk khidmah kepada umat. Sebuah pengabdian yang nilai pahalanya hanya Allah yang mengetahui.
Namun, sebagai bentuk penghormatan, pemerintah Arab Saudi tetap memberikan keleluasaan kepada para imam. Setiap imam diberikan cek kosong untuk diisi sesuai kebutuhannya.
Tapi yang luar biasa, para imam Masjidil Haram justru kerap menolak mengambilnya.
Penolakan tersebut didasari oleh kesadaran bahwa tugas sebagai imam bukanlah ladang mencari penghasilan. Melainkan amanah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membimbing umat.
Memilih Jalur Kerja untuk Penuhi Kebutuhannya
Sebagai gantinya, para imam Masjidil Haram lebih memilih menjalankan pekerjaan atau usaha di luar jam ibadah. Mereka ingin menjaga kesucian niat dalam melayani umat.
Usaha tersebut dilakukan bukan demi kekayaan, tapi agar keberkahan hidup tetap terjaga dan tidak mencampurkan urusan agama dengan keuntungan materi.
Keputusan ini mencerminkan akhlak mulia yang dijunjung tinggi oleh para imam Masjidil Haram. Sikap mereka menjadi teladan bagi umat Islam di seluruh dunia.
Bahkan banyak umat Muslim yang merasa malu jika melihat keteguhan para imam dalam menjaga amanah, sementara mereka sendiri kerap tergoda oleh urusan dunia.
Kisah ini menjadi pelajaran bahwa kesungguhan dalam beribadah tidak selalu harus dibarengi dengan imbalan duniawi. Sebab ridha Allah lebih dari cukup bagi orang yang beriman.
Semoga kita semua bisa belajar dari para imam Masjidil Haram. Bukan hanya dalam hal ilmu dan ibadah, tapi juga dalam hal akhlak, ketulusan, dan cara memuliakan agama.
Doa pun terucap dalam hati banyak orang yang mengetahui kisah ini. “Ya Allah, jadikan kami hamba yang ikhlas seperti para imam yang Engkau muliakan.”
Semoga kisah ini menggugah hati dan mendorong setiap Muslim untuk lebih tulus dalam beramal. Bukan karena pujian manusia, tapi karena cinta kepada Sang Pencipta.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul