Cara Mudah jadi Pemimpin, Dibocorkan Gus Baha

21 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Menjadi pemimpin sering kali dianggap sulit dan membutuhkan banyak keahlian. Namun, konsep kepemimpinan  sebenarnya lebih sederhana dari yang dibayangkan.

Seorang pemimpin tidak selalu harus memiliki jabatan tinggi atau kekuasaan yang besar. Seseorang bisa menjadi pemimpin hanya dengan satu sikap sederhana, yaitu berbuat baik kepada orang lain.

Santri Mbah Moen KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan bahwa kepemimpinan bukan hanya soal kedudukan, melainkan tentang siapa yang paling bermanfaat bagi orang lain. Ia mengutip nasihat dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib tentang cara menjadi pemimpin dengan mudah.

Dalam sebuah pengaajian, Gus Baha menyampaikan bahwa Sayyidina Ali memiliki pandangan sederhana mengenai kepemimpinan. Seseorang yang selalu berbuat baik kepada orang lain secara otomatis akan menjadi pemimpin bagi mereka.

Persoalan kepemimpinan ini dinukil dari tayangan video yang diunggah di kanal YouTube @arrumidesain88, Gus Baha mencontohkan bagaimana kebaikan bisa menjadikan seseorang pemimpin dalam lingkungannya.

Misalnya, ketika seseorang bepergian bersama teman-temannya dan ia bersikap baik dengan menanggung biaya makan atau transportasi, maka secara alami ia akan dihormati dan dianggap sebagai pemimpin.

Simak Video Pilihan Ini:

Anak Terduga Pembunuh Ibu Kandung Dibekuk di Cilacap

Promosi 1

Jangan Mau jadi Pecundang, Ini Penjelasannya

Hal ini sesuai dengan konsep dalam Islam bahwa kepemimpinan diberikan kepada orang yang paling dermawan dan tidak mengharapkan imbalan dari orang lain.

Sebaliknya, seseorang yang selalu berharap mendapat sesuatu dari orang lain justru akan menjadi pecundang. Jika seseorang terbiasa meminta uang dari pejabat, dari ulama, atau bahkan dari teman sendiri, maka ia akan kehilangan harga diri.

Dalam Islam, pemimpin sejati adalah orang yang tidak bergantung kepada orang lain. Ketika seseorang tidak membutuhkan orang lain, maka secara otomatis ia akan dihormati dan dianggap setara.

Gus Baha menegaskan bahwa harga diri seseorang sangat bergantung pada seberapa mandiri dan tidak bergantungnya ia kepada orang lain. Jika seseorang sering meminta-minta atau berharap bantuan, maka ia akan kehilangan wibawa.

Konsep ini juga sesuai dengan ajaran Rasulullah yang mengajarkan umat Islam untuk selalu mandiri dan tidak bergantung kepada manusia.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ

Lil-fuqarāi allażīna uḥṣirụ fī sabīlillāhi lā yastaṭī'ụna ḍarbang fil-arḍi yaḥsabuhumul-jāhilu agniyāa minat-ta'affuf

"Bagi orang-orang fakir yang terikat (berjihad) di jalan Allah, mereka tidak mampu berusaha di bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta)." (QS. Al-Baqarah: 273)

Ayat ini menekankan pentingnya menjaga kehormatan diri dengan tidak meminta-minta, bahkan ketika dalam keadaan sulit.

Menurut Gus Baha, seseorang yang mandiri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain akan lebih dihormati dalam pergaulan. Dengan begitu, ia akan menjadi pemimpin secara alami.

Kepemimpinan dalam Sejarah Islam

Dalam sejarah Islam, banyak tokoh besar yang menjadi pemimpin bukan karena kekuatan atau jabatan, melainkan karena kebaikan dan manfaat yang mereka berikan kepada orang lain.

Misalnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah pertama bukan karena mencari jabatan, tetapi karena kepribadiannya yang penuh kebaikan dan pengorbanan untuk umat.

Hal yang sama terjadi pada Umar bin Khattab, yang dikenal sebagai pemimpin tegas dan adil, tetapi tetap hidup sederhana dan tidak bergantung pada kekayaan orang lain.

Konsep ini juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Seorang ayah yang bertanggung jawab atas keluarganya, seorang guru yang mengajar dengan tulus, atau seorang teman yang selalu membantu, semuanya adalah pemimpin dalam bidangnya masing-masing.

Menjadi pemimpin bukan soal mencari kedudukan, tetapi tentang memberikan manfaat kepada orang lain. Siapa yang paling banyak berbuat baik, dialah yang akan dihormati sebagai pemimpin.

Dengan memahami konsep kepemimpinan ini, setiap orang bisa menjadi pemimpin dalam lingkungannya, tanpa harus mengejar jabatan atau kekuasaan.

Seperti yang diajarkan oleh Islam, menjadi pemimpin sejati berarti berbuat baik tanpa mengharap imbalan, mandiri, dan tidak bergantung pada orang lain.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |