Liputan6.com, Jakarta - Lebaran selalu menjadi momen yang sangat dinanti oleh umat Islam termasuk pada 2025 ini. Di Indonesia, suasana Lebaran begitu kental dengan tradisi silaturahmi, kumpul keluarga, hingga saling memaafkan.
Namun di balik suasana yang meriah itu, tidak jarang pasangan suami istri dihadapkan pada persoalan klasik, Lebaran di rumah orang tua atau mertua?
Pertanyaan ini tidak hanya terjadi di lingkungan tertentu, tapi menjadi perbincangan yang umum di banyak keluarga. Terlebih jika pasangan suami istri berasal dari daerah yang berbeda.
Pendakwah kharismatik yang sering mengulas persoalan harian KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang akrab disapa Buya Yahya pernah membahas langsung persoalan ini dalam salah satu ceramahnya.
Dalam tayangan yang diikutip dari kanal YouTube @albahjahtv, Buya Yahya mengisahkan adanya seorang perempuan yang curhat terkait dilema yang ia hadapi bersama suaminya.
Perempuan tersebut menyampaikan bahwa dirinya dan suami berasal dari dua daerah yang berbeda, suami dari Madura, sedangkan ia dari Jawa. Keduanya bingung menentukan di mana akan merayakan Lebaran.
Perempuan tersebut menambahkan bahwa sang suami hanya mendapatkan cuti enam hari dan lebih cenderung ingin merayakan Lebaran di kampung halamannya di Madura.
Sementara itu, si istri merasa khawatir meninggalkan ibunya sendirian saat Lebaran, sebab ini menjadi tahun pertama ibunya melewati hari raya seorang diri setelah putrinya menikah.
Simak Video Pilihan Ini:
Berbagi Takjil dengan Cara Unik , Polisi Cosplay Wayang Orang
Begini Solusi yang Ditawarkan Buya Yahya
Buya Yahya dengan tegas menjelaskan bahwa dalam rumah tangga yang baik, egoisme tidak boleh mendominasi. Keputusan apapun harus lahir dari musyawarah.
Buya Yahya menyarankan agar pasangan suami istri tersebut duduk bersama dan mencari solusi terbaik yang tidak merugikan salah satu pihak, khususnya orang tua.
“Harus ada kesepakatan yang dibangun dengan lapang dada, jangan sampai masing-masing mempertahankan keinginan sendiri-sendiri,” ujar Buya Yahya dalam ceramahnya.
Buya Yahya juga menekankan bahwa orang tua, baik dari pihak suami maupun istri, memiliki hak yang sama untuk dikunjungi saat momen Lebaran.
Menurut Buya Yahya, suami semestinya bisa memahami kondisi ibu mertuanya yang kini sendirian. Jika memungkinkan, suami bisa menemani istrinya di rumah sang ibu beberapa hari sebelum berangkat ke Madura.
Atau sebaliknya, istri juga bisa mendampingi suami ke Madura setelah terlebih dahulu menghabiskan waktu Lebaran di rumah ibunya. Semua itu bisa diatur dengan komunikasi yang sehat.
Buya Yahya memberikan solusi lain, jika memang situasi tidak memungkinkan, tidak mengapa suami dan istri merayakan Lebaran di tempat yang berbeda secara sementara.
Merayakan Lebaran Gantian Juga Bisa
“Yang penting adalah keikhlasan dan saling mengerti. Jangan sampai urusan yang sederhana menjadi rumit hanya karena ego,” jelas Buya Yahya.
Buya Yahya mengingatkan bahwa sering kali persoalan menjadi pelik bukan karena tidak ada jalan keluar, melainkan karena kedua belah pihak terlalu mempertahankan keinginan masing-masing.
Buya Yahya pun mencontohkan, banyak pasangan yang bisa menjalani Lebaran secara bergantian, satu tahun di rumah orang tua, tahun berikutnya di rumah mertua.
Menurut Buya Yahya, pola semacam itu bisa menjadi alternatif yang adil dan menyenangkan semua pihak, asalkan dijalankan dengan keikhlasan.
Buya Yahya juga mengingatkan, tujuan utama dari merayakan Idul Fitri adalah mempererat silaturahmi dan meraih keberkahan, bukan memunculkan konflik dalam keluarga.
Selain itu, Buya Yahya juga menegaskan bahwa ridha orang tua sangat penting bagi keharmonisan rumah tangga. Maka, jangan sampai orang tua justru merasa tersakiti.
"Jangan mempersulit hidup. Islam itu mudah dan jangan dibuat susah,” kata Buya Yahya mengakhiri nasihatnya.
Nasihat dari Buya Yahya ini menjadi pengingat penting bagi pasangan suami istri agar lebih bijak dalam menyikapi persoalan Lebaran di rumah orang tua atau mertua.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul