GOOTO.COM, Jakarta - Ford Motor Company dikabarkan tengah menghentikan sementara penjualan model crossover listriknya, Mustang Mach-E. Keputusan itu diambil menyusul gangguan serius yang ditemukan pada sistem kunci pintu, hingga disebut bisa membahayakan keselamatan pengguna.
Iklan
Dilansir dari Carscoops, permasalahan ini juga membuat Ford menarik kembali atau recall 196.911 unit Mustang Mach-E yang telah beredar di pasar otomotif Amerika Serikat.
Gangguannya sendiri diketahui terletak pada perangkat lunak yang bertugas untuk mengatur sistem penguncian pintu, di mana ketika daya baterai 12 voltnya habis, maka akan membuat pemilik mobil kehilangan akses terhadap kunci pintu.
Situasi ini sangat berbahaya karena pintu akan tetap dalam posisi semula (terkunci atau terbuka) layaknya sebelum baterai mati. Bahkan kerusakan ini dapat menjadi jauh lebih berbahaya ketika penumpang, terutama anak-anak tidak bisa keluar saat situasi darurat, misalnya cuaca panas.
Pihak perusahaan menyebut akan segera merilis pembaruan perangkat lunak pada kuartal ketiga tahun ini untuk mengatasi permasalahan terkait. Sayangnya proses pembaruan ini tidak dapat dilakukan secara over-the-air dan mengharuskan para pemilik untuk membawa kendaraannya ke bengkel resmi Ford untuk update modul kontrol powertrain dan sistem diagnostik.
Sementara itu, Ford menginstruksikan semua dealernya untuk menghentikan transaksi jual beli ataupun mendemonstrasikan unit Mach-E. Situasi ini memunculkan kekecewaan bagi konsumen yang sudah memesan dan telah dijadwalkan untuk mengambil kendaraan pada periode tersebut.
Keadaan ini juga memicu gugatan class-action di California yang mendesak Ford untuk menggunakan lubang kunci fisik tradisional, yang dinilai cocok sebagai solusi darurat ketika terjadi gangguan pada sistem elektronik.
Mach-E selama ini hanya dibekali sistem elektronik dan tombol digital, sehingga menyulitkan akses dalam situasi tertentu. Lebih lanjut, insiden ini kembali membuka ruang diskusi mengenai pentingnya keberadaan fitur mekanis cadangan di kendaraan modern.
Di tengah perkembangan teknologi otomotif yang semakin bergantung pada digital, sejumlah pihak mempertanyakan terkait perlunya lubang kunci fisik untuk menjadi standar keselamatan kendaraan.
RIFQI DHEVA ZA’IM | ERWAN HARTAWAN