Gus Baha Sering Mangkel sama Santrinya, tapi Segera Diurungkan, Alasannya Begini

4 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan pesantren, interaksi antara kiai dan santri menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran. Namun, tidak jarang seorang kiai merasa kesal terhadap perilaku santri yang kurang disiplin. Hal ini juga dialami oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang dikenal sebagai Gus Baha.

Dalam sebuah ceramahnya, Gus Baha mengungkapkan bahwa terkadang dirinya merasa kesal dengan santri-santrinya. Misalnya, saat waktu mengaji tiba, ada santri yang justru tertidur atau menanyakan halaman yang seharusnya sudah mereka pahami.

"Kalau nuruti mangkel ya mangkel, sama santri sendiri kadang mangkel. Wayahe (waktunya) ngaji malah turu, wayahe ngaji malah takon halaman," ujar Gus Baha.

Namun, di balik rasa kesal itu, Gus Baha menyadari bahwa jika ia menuruti amarahnya, maka setan akan merasa senang. Sebab, menurutnya, kemarahan seorang kiai kepada santri adalah hal yang bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Pernyataan ini disampaikan oleh Gus Baha dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @MuhammadNurBinYusuf. Dalam video tersebut, Gus Baha menjelaskan bahwa setan selalu berusaha memanfaatkan emosi manusia agar menjauh dari ajaran Islam yang penuh kasih sayang.

"Setan bilang, sekarang ada model baru kiai yang gething (marah atau tidak suka) santrinya. Setan senang karena pasti itu bukan ajaran Nabi," kata Gus Baha.

Menurutnya, ajaran Nabi Muhammad SAW menekankan prinsip kasih sayang di antara sesama mukmin. Seorang muslim harus menjaga hubungan dengan saudaranya berdasarkan cinta dan rahmat, bukan kebencian atau kemarahan.

"Bainal mukminin al-mawaddah wa rahmah. Ini ajaran Nabi. Kalau saya ke sini terus kecewa, mangkel, setan senang. Setan sukses bikin Gus Baha mangkel," lanjutnya.

Simak Video Pilihan Ini:

Kondisi Pengungsi Banjir di Sidareja dan Kedungreja, Cilacap

Promosi 1

Kesal dan Kecewa Wajar, Tapi Kendalikan

Gus Baha menegaskan bahwa perasaan kesal atau kecewa sebenarnya wajar, namun harus dikendalikan agar tidak menjadi alat bagi setan untuk menyesatkan seseorang.

Ia memberikan contoh, ketika seseorang menghadiri suatu acara lalu merasa kecewa dengan penyelenggaraannya, setan akan berbisik bahwa rasa kecewa tersebut adalah hal yang wajar. Padahal, perasaan itu justru bisa menghambat seseorang dalam berbuat baik.

"Mau nggak mau, kita harus memaksa diri untuk tetap senang. Kalau tidak, kita akan masuk dalam perangkap setan," tutur Gus Baha.

Menurutnya, dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali dipengaruhi oleh hawa nafsu dan emosi. Jika tidak dikendalikan, maka emosi tersebut dapat mengarah pada tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Oleh karena itu, Gus Baha selalu mengingatkan dirinya untuk tidak mudah terpancing emosi, terutama saat menghadapi santri. Baginya, bersikap lembut dan penuh kasih sayang adalah cara terbaik dalam mendidik.

Gus Baha juga menegaskan bahwa bersabar dalam menghadapi santri bukan hanya bentuk akhlak yang baik, tetapi juga merupakan bagian dari dakwah.

"Kalau santri salah, ya dibimbing. Kalau santri malas, ya diajak. Jangan malah dimarahi, karena kalau dimarahi, setan makin senang," jelasnya.

Hidup di Dunia adalah Tempat Belajar

Dalam ceramahnya, Gus Baha juga menyampaikan bahwa seseorang harus belajar untuk menerima segala sesuatu dengan lapang dada.

Ia menekankan bahwa hidup adalah ujian, dan salah satu ujian terbesar adalah menahan emosi serta tetap berbuat baik meskipun dalam kondisi yang tidak menyenangkan.

Dengan meneladani sikap Nabi Muhammad SAW, seorang muslim dapat menghadapi berbagai tantangan hidup dengan hati yang tenang dan penuh kesabaran.

Gus Baha menutup ceramahnya dengan mengingatkan bahwa kehidupan di dunia adalah tempat belajar dan berlatih dalam menghadapi berbagai situasi.

Baginya, selama seseorang tetap berpegang teguh pada ajaran Islam dan menahan diri dari kemarahan, maka ia telah berjalan di jalan yang benar.

Karena itu, meskipun terkadang merasa kesal dengan santri, Gus Baha selalu mengurungkan niat untuk marah dan memilih jalan yang lebih baik.

Ia mengajak semua orang untuk selalu mengutamakan sikap sabar dan kasih sayang dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.

"Sanajan yo mekso seneng, sampeyan butuh mekso," tutupnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |