Iran Kecam Ucapan Trump selama Lawatan ke Timur Tengah

4 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Para pemimpin politik dan militer Iran menyoroti ucapan Presiden Amerika Serikat Donald Trump selama lawatan pertamanya ke Timur Tengah. Dalam pidatonya di hadapan sekelompok guru yang berkumpul untuk upacara kenegaraan, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengatakan beberapa komentar Trump bahkan tidak layak untuk ditanggapi.

"Tingkat ucapan tersebut sangat rendah sehingga merupakan aib bagi orang yang mengucapkannya dan aib bagi bangsa Amerika," kata Khamenei di Teheran pada Sabtu, 17 Mei 2025. Pidato itu disusul teriakan "Matilah Amerika" dan teriakan lainnya dari kerumunan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Al Jazeera, Khamenei menyebarkan bahwa Trump "berbohong" ketika dia mengatakan ingin menggunakan kekuasaan untuk mencapai perdamaian. Menurut Khamenei, Washington telah mendukung "pembantaian" warga Palestina dan orang lain di seluruh wilayah. Dia menyebut Israel sebagai "tumor kanker berbahaya" yang harus "dicabut".

Berkenaan dengan itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga mengatakan kepada sekelompok perwira angkatan laut pada Sabtu lalu bahwa Trump menyampaikan pesan perdamaian sambil mengancam kehancuran pada saat yang sama dengan mendukung genosida di Jalur Gaza.

"Yang mana dari kata-kata presiden ini yang harus kita percaya? Pesannya tentang perdamaian, atau pesannya tentang pembantaian manusia?" ujar Pezeshkian sambil menunjukkan bahwa Trump menyetujui Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dalam sebuah langkah yang dikritik secara internasional.

Pernyataan itu muncul setelah Trump menggunakan tur Timur Tengahnya–di mana ia menandatangani kesepakatan besar dengan Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab–untuk memuji para pemimpin Arab yang bertetangga dengan Iran dan mengecam para pemimpin di Teheran.

Trump mengatakan kepada para pemimpin Arab bahwa mereka sedang membangun infrastruktur mereka sementara "landmark Iran runtuh menjadi puing-puing" setelah lembaga teokratisnya menggantikan monarki dalam revolusi 1979.

Trump menilai para pemimpin Iran telah "berhasil mengubah lahan pertanian hijau menjadi gurun kering" sebagai akibat dari korupsi dan salah urud. Dia juga menyinggung bahwa warga Iran mengalami pemadaman listrik beberapa jam sehari.

Menurut otoritas Iran, pemadaman listrik, akibat krisis energi selama bertahun-tahun yang merugikan ekonomi Iran yang sudah terbebani, diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun ini.

Asosiasi terbesar industri pertambangan, baja, dan semen di Iran pada Sabtu lalu menulis surat bersama kepada Pezeshkian. Mereka mendesak untuk meninjau pembatasan penggunaan listrik sebesar 90 persen yang diberlakukan pada sektor-sektor penting.

Trump, yang memuji Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa dan mencabut sanksi terhadap Damaskus, juga membidik kebijakan regional Iran.

Ia menggambarkan dukungan Teheran terhadap pemerintahan Presiden Bashar al-Assad yang jatuh sebagai penyebab "penderitaan dan kematian" dan ketidakstabilan regional.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menggambarkan pernyataan presiden AS itu sebagai "menipu", dan mengatakan kepada media pemerintah pada Jumat lalu bahwa AS-lah yang menghambat Iran melalui sanksi dan ancaman militer. Dia juga menyebut bahwa Trump mendukung Israel dan menyerang Suriah.

Ketua Parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf, yang berpidato di sebuah konferensi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Indonesia, mengatakan pernyataan Trump menunjukkan bahwa ia "hidup dalam delusi".

Hossein Salami, komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), berbicara langsung kepada Trump pada Jumat lalu. Dia mengatakan Iran memiliki bangunan bersejarah yang indah. " Kami bangga dengan peningkatan karakter, identitas, budaya, dan Islam," ujarnya.

Retorika tajam dalam menanggapi komentar kontroversial terbaru Trump muncul beberapa hari setelah Trump mengatakan bahwa ia mungkin akan segera menyebut "Teluk Persia" sebagai "Teluk Arab".

Hal ini membuat marah rakyat Iran secara keseluruhan, memicu kritik terhadap setiap upaya untuk mengganti nama jalur air utama tersebut dari warga biasa di dunia maya, pihak berwenang, media lokal, dan beberapa warga Iran pro-Trump di luar negeri yang telah mengadvokasi sanksi AS dan perubahan rezim.

Pilihan editor: Top 3 Dunia: Covid Datang Lagi, Alasan Israel Gempur Gaza

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |