Makan Hanya Dua Kali Sehari di Bulan Ramadhan, Kok Pengeluaran Malah Naik? Buya Yahya Soroti Kebiasaan Ini

7 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadhan seharusnya menjadi momen pengendalian diri, termasuk dalam pola konsumsi. Namun, kenyataannya, pengeluaran banyak keluarga justru meningkat selama bulan suci ini. Fenomena ini menjadi sorotan pendakwah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya yang mengajak umat untuk merenungkan esensi ibadah puasa.

Dalam realitas sehari-hari, umat Islam menjalankan puasa dengan menahan makan dan minum sejak fajar hingga terbenam matahari. Seharusnya, ini berarti jumlah konsumsi berkurang. Namun, yang terjadi justru sebaliknya—pengeluaran rumah tangga cenderung melonjak saat Ramadhan.

Buya Yahya menyoroti kebiasaan ini sebagai sesuatu yang kontradiktif. Ramadhan seharusnya menjadi kesempatan untuk menghemat, karena waktu makan hanya dua kali sehari, yaitu saat sahur dan berbuka. Namun, banyak keluarga justru menghabiskan lebih banyak uang dibanding bulan-bulan lainnya.

Menurutnya, ada kesepakatan tak tertulis di antara para kepala rumah tangga bahwa pengeluaran Ramadhan meningkat drastis. Padahal, secara logika sederhana, seharusnya biaya yang dikeluarkan lebih sedikit karena frekuensi makan berkurang. Hal ini menunjukkan adanya pola konsumsi yang berlebihan di masyarakat.

Dalam sebuah tayangan di kanal YouTube @albahjah-tv, Buya Yahya mengingatkan bahwa Ramadhan seharusnya menjadi momen untuk menabung. "Kalau dalam satu bulan biasa pengeluaran Rp1 juta, maka dalam bulan Ramadhan seharusnya cukup Rp700 ribu karena makannya hanya dua kali sehari," ujarnya.

Namun, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Banyak orang yang merasa perlu menghadirkan hidangan istimewa saat berbuka dan sahur. Kebiasaan ini kemudian menjadi budaya yang terus diwariskan, hingga akhirnya dianggap wajar meskipun bertentangan dengan prinsip kesederhanaan dalam Islam.

Simak Video Pilihan Ini:

Gadis Pemandu Lagu di Kebumen Ditipu Pria Hidung Belang, Duitnya Dipakai Foya-Foya dengan Wanita Lain

Promosi 1

Tak Ada Larangan Makan Makanan Lezat

Buya Yahya menegaskan bahwa tidak ada larangan untuk menikmati makanan lezat saat berbuka. Namun, jika hal itu justru membuat seseorang boros dan melupakan tujuan utama puasa, maka kebiasaan tersebut perlu dievaluasi. Ramadhan bukan ajang pesta kuliner, melainkan latihan menahan diri dari hawa nafsu, termasuk dalam hal makanan.

Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam konsumsi makanan. Rasulullah SAW sendiri mencontohkan pola makan yang sederhana. Beliau tidak pernah berlebihan dalam makan, bahkan sering kali berbuka dengan kurma dan air putih sebelum melanjutkan dengan makanan secukupnya.

Fenomena meningkatnya pengeluaran saat Ramadhan bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak negara Muslim lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa masalahnya bukan pada keadaan ekonomi, tetapi lebih kepada pola pikir dan kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat.

Banyak keluarga yang merasa perlu membeli makanan dalam jumlah besar untuk berbuka, seolah-olah ingin mengganti waktu puasa dengan hidangan yang melimpah. Padahal, secara biologis, tubuh tidak membutuhkan makanan dalam jumlah berlebihan setelah seharian berpuasa.

Sebaliknya, konsumsi berlebihan justru dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Perut yang kosong selama berjam-jam akan kaget jika langsung diisi dengan makanan berat dan berlemak. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan hingga kenaikan berat badan yang tidak sehat.

Selain itu, kebiasaan berbelanja secara impulsif selama Ramadhan juga sering terjadi. Banyak orang yang tergoda oleh promosi makanan khas Ramadhan, sehingga akhirnya membeli lebih banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan.

Begini Ajakan Buya Yahya

Buya Yahya mengajak umat Islam untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan selama Ramadhan. Pengeluaran yang tidak terkendali tidak hanya membebani kondisi finansial keluarga, tetapi juga dapat menghilangkan berkah yang seharusnya diperoleh selama bulan suci ini.

Salah satu cara untuk mengontrol pengeluaran adalah dengan merencanakan menu sahur dan berbuka secara sederhana. Tidak perlu selalu menghadirkan makanan mewah, cukup yang bergizi dan mengenyangkan agar tubuh tetap sehat selama menjalankan ibadah puasa.

Selain itu, membiasakan diri untuk tidak membeli makanan berlebihan juga dapat membantu mengurangi pemborosan. Makanan yang tidak habis sering kali terbuang sia-sia, padahal di luar sana masih banyak orang yang kesulitan mendapatkan makanan.

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan kesempatan untuk berbagi. Daripada menghabiskan uang untuk makanan berlebihan, alangkah lebih baik jika sebagian rezeki digunakan untuk membantu mereka yang kurang mampu.

Buya Yahya mengingatkan bahwa hakikat puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari sifat boros. Dengan demikian, puasa dapat menjadi sarana untuk melatih kedisiplinan dan meningkatkan kepekaan sosial terhadap sesama.

Dengan memahami esensi puasa yang sesungguhnya, umat Islam dapat menjalani Ramadhan dengan lebih bermakna. Kesederhanaan dalam berbuka dan sahur tidak hanya membawa manfaat bagi kesehatan dan keuangan, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Buya Yahya menutup nasihatnya dengan mengajak umat untuk menjadikan Ramadhan sebagai momentum perubahan. "Mari kita manfaatkan bulan suci ini untuk berlatih menahan diri, tidak hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari sikap boros dan berlebihan," pesannya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |