OPM Klaim Dapat Indentifikasi Warga Sipil yang Diduga Intel

1 day ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengklaim memiliki metode khusus dalam mendeteksi keberadaan intelijen yang menyamar sebagai warga sipil di Papua. Juru bicara TPNPB OPM Sebby Sambom menyebut pemantauan aktivitas media sosial menjadi salah satu kunci dalam mengidentifikasi target.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Contohnya guru yang kami deteksi yang dibunuh di Anggruk. Kami mendeteksi itu, nanti kita akan pelajari media sosial hingga aktivitas mereka," kata Sebby dalam wawancara bersama Tempo, Ahad, 13 April 2025. 

Perkembangan teknologi memungkinkan pihaknya untuk menelusuri latar belakang orang-orang yang datang ke Papua. Ia menuding sejumlah guru yang dibunuh sebelumnya telah dibina oleh aparat keamanan sebelum dikirim ke wilayah konflik. "Ini zaman teknologi ini. Guru itu dibina sebelum ke Papua oleh TNI-Polri. Bisa dilihat dari foto-foto yang kita rilis, mereka dibina aparat," ujar Sebby.

Selain itu, TPNPB mengklaim memiliki data tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para guru kepada masyarakat lokal, yang menurut mereka menunjukkan adanya kegiatan intelijen. “Guru di Anggruk itu meminta anak murid melepas gelang bermotif bintang fajar yang merupakan bendera nasional Bangsa Papua Barat. Itu disuruh buka. Mereka juga biasa bertanya mengenai basis dan lokasi TPNPB di mana saja” ujarnya. 

Sebby menyatakan, informasi yang demikian mereka terima dari tim intelijen TPNPB yang mereka sebut dengan Papua Intelligence Service (PIS). “Data-data ini bisa masuk ke kami, dari sisi intelijen. Kami menyebutnya Papua Intelligence Service atau PIS, itu yang akan memberikan laporan ke kami,” katanya. 

Sebby menyatakan kelompoknya merupakan otak di balik serangan enam orang guru di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo yang tewas pada Jumat, 21 Maret 2025. Dia mengatakan serangan itu dilakukan karena para korban adalah bagian dari intelijen yang dikerahkan oleh aparat keamanan di Yahukimo.

“Kami bertanggung jawab atas penyerangan ini dan kami telah membunuh enam guru dan tenaga medis serta membakar rumah-rumah agen intelijen,” kata Sebby dikutip dalam keterangan pers, Sabtu, 22 Maret 2025.

Adapun peristiwa pembunuhan itu dibenarkan oleh Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Kolonel Infanteri Candra Kurniawan mengatakan korban tewas diduga dengan cara dibakar saat berada di dalam bangunan sekolah. Dia mengatakan korban tewas dengan cara dibakar hidup-hidup.
Iklan
 
“Benar, enam orang guru tewas dalam serangan yang biadab dan tidak berperikemanusiaan. Dalam serangan ini mereka membakar sekolah dan rumah guru,” kata Kurniawan saat dihubungi, Ahad, 23 Maret 2025.

Kepala Pusat Penerangan Markas Besar Tentara Nasional Indonesian, Brigadir Jenderal Kristomei Sianturi mengungkapkan tudingan warga sipil sebagai intel merupakan propaganda OPM. Hal itu, kata Kristomei, dilakukan OPM dengan mengintimidasi, menyiksa, membunuh guru dan tenaga kesehatan secara biadap. Dengan begitu, menurut dia, masyarakat menjadi takut dan anak anak Papua tetap bodoh karena tidak ada guru lagi yang mau mengajar sehingga mereka hidup dalam keterbelakangan dan mudah dipengaruhi paham OPM. 

"Kenapa dibilang sebagai intel TNI? Hal ini untuk menjustifikasi tindakan biadab OPM agar tidak dijerat sebagai pelaku kejahatan kemanusiaan dan pelanggar hak asasi manusia (HAM) karena pembantaian terhadap warga sipil. Kalau TNI itu kombatan, sehingga bisa dianggap sebagai korban tempur," ujarnya saat dikonfirmasi, Senin, 14 April 2025. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |