Liputan6.com, Jakarta - Menjadi pasangan yang baik bukan hanya tentang kebahagiaan di dunia, tetapi juga kunci keselamatan di akhirat. Islam mengajarkan bagaimana suami dan istri harus menjalankan perannya dengan penuh kesabaran dan syukur agar menjadi ahli surga.
Dalam kehidupan rumah tangga, tidak semua pasangan mendapatkan kebahagiaan yang sempurna. Ada yang dikaruniai pasangan yang baik, ada pula yang diuji dengan pasangan yang sulit. Semua itu menjadi ladang amal bagi mereka yang mampu bersabar dan bersyukur.
Ulama KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya menjelaskan model-model suami dan istri yang termasuk dalam golongan ahli surga. Buya Yahya menegaskan bahwa suami ahli surga memiliki beragam model. Salah satunya adalah mereka yang memiliki istri yang baik dan bersyukur atas keberadaan istrinya.
Namun, ada juga suami ahli surga yang justru diuji dengan istri yang membuatnya sengsara. Meski demikian, ia tetap bersabar dan tidak membalas keburukan dengan keburukan.
"Ada suami ahli surga yang punya istri yang membuat sengsara dan susah, tapi suaminya tahu itu adalah istrinya, maka ia berusaha mengolah hatinya agar menjadi orang sabar dan tabah," kata Buya Yahya, dikutip dari sebuah video pendek yang diunggah di akun Instagram @buyayahya_albahjah.
Simak Video Pilihan Ini:
RSI Banjarnegara Luncurkan Alat Bantu Oksigen Portabel untuk Pasien Covid-19 Sesak Napas
Petunjuk Nabi Muhammad SAW, Suami Memperlakukan Istri
Kesabaran seorang suami dalam menghadapi istrinya yang sulit adalah bentuk pengorbanan yang akan berbuah manis di akhirat. Jika ia tidak membalas kezaliman istrinya dan tetap berbuat baik, maka ia termasuk golongan suami ahli surga.
Begitu juga dengan istri ahli surga. Ada istri yang memiliki suami yang baik dan ia pun mensyukuri keadaan suaminya dengan penuh ketaatan dan kesabaran.
Namun, ada pula istri yang diuji dengan suami yang zalim dan jauh dari nilai-nilai agama. Meskipun demikian, ia tetap bersabar dan berusaha menjadi istri yang baik, sehingga menjadi ahli surga.
"Ada istri yang punya suami naudzubillah, suaminya ahli neraka yang berjalan di atas bumi, zalim dan zalim, tapi sang istri dengan ketabahan dan kesabarannya menjadi ahli surga," ujar Buya Yahya.
Menurutnya, yang tidak dibenarkan adalah ketika suami dan istri saling membalas keburukan dengan keburukan. Hal itu hanya akan membawa mereka kepada kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat.
Nabi Muhammad SAW telah memberikan petunjuk bagaimana seorang laki-laki harus memperlakukan istrinya. Hal ini disampaikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, jangan ganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada perempuan," demikian sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Jangan Pernah Paksa Wanita, Bisa Patah
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi juga bersabda bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Jika seseorang berusaha meluruskannya dengan paksa, ia akan patah, tetapi jika dibiarkan, ia akan tetap bengkok.
Maksud dari hadits ini adalah bahwa perempuan memiliki sifat dan karakter yang perlu dipahami oleh suami. Kesabaran dan kasih sayang adalah kunci utama dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.
Buya Yahya menekankan bahwa rumah tangga yang harmonis bukanlah rumah tangga yang bebas dari masalah, tetapi rumah tangga yang mampu mengelola masalah dengan kesabaran dan kebijaksanaan.
Bagi suami yang mendapatkan istri yang baik, hendaknya bersyukur dan tidak menyia-nyiakan anugerah tersebut. Sebaliknya, bagi suami yang diuji dengan istri yang sulit, hendaknya bersabar dan tetap berbuat baik.
Begitu pula dengan istri, jika mendapatkan suami yang baik, hendaknya bersyukur dan taat kepadanya. Namun, jika mendapatkan suami yang zalim, maka kesabaran dan doa adalah kekuatan utama dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
Pada akhirnya, surga bukan hanya diperuntukkan bagi mereka yang hidup dalam kemudahan, tetapi juga bagi mereka yang mampu menjalani ujian dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul