Saturnus Dapat Tambahan 128 Bulan, Begini Proses Penemuannya

1 day ago 4

TEMPO.CO, Bandung - Planet Saturnus belakangan mendapat tambahan 128 satelit alami. Pusat Penelitian Planet Minor dari Persatuan Astronomi Internasional (IAU) mencatat Saturnus kini memiliki total 274 “bulan”.

Yatny Yulianti, peneliti dari Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, mengatakan temuan itu berdampak besar bagi dunia astronomi. “Membantu ilmuwan mempelajari cara sistem Saturnus terbentuk dan berevolusi,” ujarnya kepada Tempo pada Ahad, 13 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi terbaru Planet Saturnus juga bisa memberi petunjuk soal distribusi dan komposisi satelit alami atau bulan. Sistem multi bulan yang mengelilingi sebuah planet dapat memberikan gambaran soal dinamika gravitasi dalam sistem kompleks. “Interaksi bulan-bulan terhadap planet ini bisa membantu ilmuwan memahami dinamika orbit, resonansi, dan kestabilan sistem planet secara umum,” kata Yatny yang juga merupakan staf Divisi Pendidikan dan Penjangkauan Publik Observatorium Bosscha

Merujuk data Observatorium Bosscha, ada 122 dari total 274 bulan Saturnus yang tergolong sebagai bulan tidak teratur atau irregular moons. Karakter tidak teratur hanya dimiliki oleh bulan di sekitar empat planet raksasa, yaitu Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Tidak seperti pada bulan-bulan yang utama, bentuk orbit bulan tidak teratur itu retrograde atau tampak bergerak mundur. Ratusan satelit alami ini ditengarai merupakan planetesimal yang terbentuk dan tertarik oleh gravitasi planet induk sekitar 4,6 miliar tahun lalu, persisnya pada tahap akhir pembentukan planet. Bulan tak teratur sudah berusia tua ketika planet-planet di Tata Surya masih muda.

Menurut Yatny, jumlah bulan Saturus masih bisa bertambah, namun bisa pula berkurang. Dia mencontohkan kasus Pluto yang status planetnya dibatalkan berdasarkan kesepakatan bersama para ilmuwan dalam mendefinisikan obyek langit. “Jika kemudian hari ada perubahan definisi bulan, bisa saja planet-planet akan kehilangan sebagian bulannya,” tutur dia.

Bulan baru di Saturnus ditemukan dengan teleksop dan kamera beresolusi tinggi. Fasilitas pemantauan ini mampu mendeteksi obyek benda langit sangat kecil dan redup, yang tidak terlihat oleh teleskop generasi lama.

Perkembangan metode pengamatan dan teknik komputasional dalam pengolahan data juga berkontribusi memproses ribuan gambar dalam waktu relatif singkat. Sistem komputer, kata Yatny, bisa mendeteksi gerakan kecil dari obyek-obyek yang bergerak di sekitar Saturnus dalam jangka waktu tertentu.

Yatny mengimbuhkan, saat ini definisi atau batasan obyek bulan di kalangan astronom tidak seketat planet. Objek yang mengorbit planet dengan stabil dalam rentang waktu lama sudah bisa dikategorikan sebagai bulan atau satelit pengiring planet. “Di sekitar Saturnus, masih ada batuan angkasa yang gagal dikategorikan sebagai bulan karena orbitnya tidak stabil dan mudah terpental,” ucap dia.

Pernah Diamati Namun Belum Terlacak

Penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan di Bandung Avivah Yamani menyatakan Uranus kini memegang rekor planet dengan bulan terbanyak di Tata Surya. “Kalau Jupiter itu Raja Planet, maka Saturnus sekarang adalah Raja Bulan,” katanya.  

Merujuk informasi di laman resi Langit Selatan, bulan tambahan Saturnus pertama kali diamati dengan teleskop Kanada-Prancis-Hawaii (CFHT) dari area puncak Gunung Mauna Kea, Hawaii, pada ketinggian 4.204 meter dari permukaan laut. Pengamatan berlangsung sejak 2019 hingga 2023.

Tim astronom lintas negara awalnya menemukan 62 bulan baru di Saturnus. Mereka kemudian mendapati jejak objek redup di sistem Saturnus yang pada 2023 dipastikan sebagai bulan.

Sebagian dari satelit alami yang ditemukan merupakan peninjauan ulang dari pengamatan pada dua dekade sebelumnya. Scott Sheppard, astronom asal Amerika Serikat pernah memperlihatkan kehadiran objek redup di sekitar Saturnus dari hasil pengamatan pada 2004-2007. Namun, orbit benda angkasa tersebut tak bisa dilacak ketika diamati dengan teleskop Subaru berukuran 8,2 meter.

Tidak seperti bulan yang mengelilingi bumi, maupun Titan yang adalah bulan terbesar Saturnus, mayoritas satelit alami Saturnus merupakan obyek kecil yang diameternya hanya beberapa kilometer. Sebagai perbandingan, diameter Titan mencapai 5.149 kilometer, sedangkan garis tengah Bumi yang mengitari Bumi adalah 3.475 kilometer.

Selain terkesan mungil, bulan-bulan Saturnus temuan baru itu itu mengorbit dalam bentuk elips. Gerakannya tidak beraturan dan berlawanan dengan arah relatif bulan lainnya, seperti Titan dan Rhea. Para astronom memperkirakan sebagian besar bulan baru ini berasal dari pecahan bulan yang lebih besar, yang bertabrakan di masa lalu. Sebagian lain diduga sebagai hasil tangkapan gravitasi Saturnus.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |