Sejarah Penggunaan Pangkalan Militer

19 hours ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak berakhirnya Perang Dunia II, keberadaan pangkalan militer modern menjadi tonggak penting dalam strategi pertahanan negara-negara besar di dunia. Namun, akar dari konstruksi dan pengembangan instalasi militer sebenarnya sudah tertanam sejak ribuan tahun lalu, melalui disiplin kuno yang dikenal sebagai military engineering, praktik membangun struktur militer serta mendukung jalur transportasi dan komunikasi di medan tempur.

Berawal dari Benteng
Menurut Brittanica, catatan sejarah mencatat bahwa para insinyur militer pertama sudah aktif sejak Zaman Besi, membangun benteng bukit di Eropa dan kemudian memperlihatkan kecanggihan teknis dalam proyek-proyek raksasa seperti Jembatan Ponton milik Raja Persia, Xerxes, yang melintasi Hellespont, menggunakan 676 kapal yang disusun sejajar sepanjang hampir satu mil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara itu, Tembok Besar Cina menjadi contoh paling monumental dari pertahanan militer kuno, mengular sejauh 6.400 km sebagai perisai kekaisaran melawan serangan bangsa barbar dari utara.

Di Barat, bangsa Romawi membawa teknik militer ke tingkat yang luar biasa. Mereka tidak hanya membangun jalan lurus yang menyambungkan wilayah-wilayah kekuasaan, tetapi juga mendirikan castra kota garnisun lengkap dengan benteng, parit, dan menara pengawas. Tembok Hadrian di Inggris Utara menjadi bukti bagaimana insinyur militer Romawi mendefinisikan ulang batas-batas kekaisaran.

Evolusi Benteng
Setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi, Eropa memasuki masa kegelapan, namun perlahan bangkit melalui pembangunan benteng motte-and-bailey, lalu kastel batu di Abad Pertengahan. Seiring berkembangnya teknologi meriam di abad ke-15, desain benteng pun disesuaikan. Di Eropa, teknik bastioned trace yang diperkenalkan oleh Vauban dari Prancis memungkinkan tembakan menyilang dari sudut-sudut dinding, sebuah inovasi yang bertahan hingga abad ke-19.

Masuk ke era kolonial, insinyur militer memainkan peran kunci dalam eksplorasi, pemetaan, dan pembangunan infrastruktur di wilayah jajahan. Di Amerika Serikat, misalnya, Army Corps of Engineers menjadi pionir dalam pembangunan jalan, bendungan, dan sistem perairan yang memajukan pengembangan wilayah barat.

Ledakan Perang di Abad ke-20
Perang Dunia I dan II menandai lonjakan tajam peran insinyur militer. Dari pembangunan jaringan parit dan sistem kereta ringan di medan tempur, hingga penggunaan besar-besaran peta hasil foto udara (photogrammetry), perang membawa tantangan baru bagi disiplin ini. Salah satu momen paling mengesankan adalah pada 1917, ketika Inggris meledakkan lebih dari 450 ton bahan peledak di bawah Messines Ridge, Belgia, menewaskan 20.000 tentara Jerman.

Perang Dunia II melipatgandakan skala proyek. Pangkalan udara dan dermaga seperti Mulberry Harbour di Normandia dibangun dalam waktu singkat untuk mendukung pendaratan Sekutu. Selain itu, proyek jalan Ledo-Stilwell di Asia Tenggara serta pembangunan bunker raksasa NORAD di dalam pegunungan Colorado mencerminkan betapa luas dan strategisnya ranah kerja insinyur militer.

Tidak kalah penting adalah peran mereka dalam Manhattan Project, proyek rahasia yang menghasilkan bom atom pertama di dunia.

Pangkalan Militer Pasca PD II
Setelah PD II, kebutuhan untuk mempertahankan dominasi global mendorong negara-negara besar, khususnya Amerika Serikat dan Uni Soviet mendirikan pangkalan militer di seluruh penjuru dunia. Peran insinyur militer bergeser dari sekadar membangun pos tempur menjadi arsitek utama fasilitas komando, sistem komunikasi global, rumah sakit lapangan, dan infrastruktur pendukung operasional militer modern.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |