Liputan6.com, Jakarta - Bohong biasanya dianggap sebagai perbuatan yang dilarang dalam Islam. Namun, ada beberapa kondisi tertentu di mana bohong justru diperbolehkan, bahkan bisa berpahala.
Pendakwah Ustadz Das’ad Latif menjelaskan bahwa tidak semua kebohongan itu buruk. Ada situasi di mana seseorang boleh berbohong demi kebaikan.
"Dengar ini, Pak, rahasia ini ya. Jangan kau kasih tahu yang gak datang, hehehe. Ada bohong yang halal, boleh, bahkan berpahala," ujar Ustadz Das’ad dalam sebuah ceramah.
Salah satu contoh kebohongan yang diperbolehkan adalah kebohongan suami untuk membahagiakan istri. "Suami boleh berbohong untuk menyenangkan hati istrinya," kata Ustadz Das’ad.
Sebagai contoh, seorang suami bisa memuji istrinya agar merasa lebih bahagia. "Misalnya suami berkata, ‘Kenapa, Bu? Makin hari saya lihat kau makin cantik aja,’ padahal makin jelek saja," katanya sambil berseloroh.
Penjelasan ini dikutip dari video di kanal YouTube @suasvideos. Dalam tayangan tersebut, Ustadz Das’ad menjelaskan bahwa kata-kata manis dari suami kepada istri bisa mempererat hubungan rumah tangga.
Menurutnya, istri yang sering mendapatkan pujian akan lebih bahagia dan tidak mudah stres. "Bapak-bapak, pandailah memuji istri. Itu bukan dosa, malah bisa mendatangkan pahala," katanya.
Simak Video Pilihan Ini:
Pemalakan Brutal Sopir Truk Tertangkap Kamera CCTV di Comal Pemalang
Jangan Anggap Semua Bohong Itu Boleh
Ia juga menyoroti alasan mengapa sebagian istri sering mengomel. Salah satu penyebabnya adalah penghasilan suami yang terbatas sementara kebutuhan rumah tangga terus meningkat.
"Gaji bapak tiga juta rupiah, dua anak, gak masuk akal bisa hidup. Kalkulator mana pun pasti gak cukup. Tapi karena perempuan ahli ekonomi, tiga juta rupiah tetap bisa bertahan sebulan," jelasnya.
Dalam kondisi ekonomi yang sulit, istri tetap berusaha mengatur keuangan sebaik mungkin. Karena itu, kata-kata pujian dari suami bisa menjadi penyemangat baginya.
Selain dalam rumah tangga, kebohongan yang diperbolehkan juga berlaku dalam situasi lain. Salah satunya adalah untuk mendamaikan dua orang yang berselisih.
Jika ada dua orang yang bertengkar, maka diperbolehkan menyampaikan kata-kata baik yang dapat meluluhkan hati keduanya. "Kalau ada dua orang yang bertengkar, boleh kita berkata, 'Dia sebenarnya kangen sama kamu,' padahal tidak," katanya.
Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa tidak termasuk dusta orang yang berbohong untuk mendamaikan orang lain.
Bohong dalam perang juga diperbolehkan dalam Islam. "Dalam peperangan, menyembunyikan strategi agar tidak diketahui musuh itu bukan dosa," kata Ustadz Das’ad.
Namun, ia mengingatkan bahwa kebohongan yang diperbolehkan hanya dalam kondisi tertentu. "Jangan sampai bohong yang dilarang malah dianggap boleh," katanya.
Kebohongan yang menipu orang lain atau merugikan tetap haram dalam Islam. "Misalnya menipu harga barang, berdusta dalam kesaksian, atau membohongi orang untuk kepentingan pribadi," jelasnya.
Bohong Kecil, Imbangi dengan Kejujuran
Bagi seorang suami, kebohongan kecil yang tujuannya untuk menyenangkan istri tetap harus diimbangi dengan kejujuran dalam hal yang lebih penting.
"Kalau soal keuangan, jangan bohong. Kalau ada rezeki lebih, kasih tahu istri. Jangan bilang gak ada uang, padahal ada," katanya.
Menurut Ustadz Das’ad, pernikahan yang harmonis bukan hanya soal pujian, tetapi juga komunikasi yang jujur dan terbuka.
Kehidupan rumah tangga yang bahagia bukan hanya didasarkan pada kata-kata manis, tetapi juga tindakan nyata dalam menjaga kepercayaan pasangan.
Ia pun berpesan agar setiap Muslim memahami batasan dalam berbohong. "Jangan asal bohong, harus tahu kapan dan untuk apa," ujarnya.
Kesimpulannya, ada beberapa kebohongan yang diperbolehkan dalam Islam, seperti untuk membahagiakan pasangan, mendamaikan orang yang berselisih, dan dalam situasi perang.
"Jadi kalau mau bohong, pastikan itu untuk kebaikan. Kalau hanya untuk menipu, lebih baik jujur saja," pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul