Tempo Hadapi Serangan DDoS yang Masif, Dosen Unair: Negara Wajib Hadir

1 week ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang serangan siber berupa Distributed Denial of Service (DDoS) yang dialami Tempo adalah indikasi bahwa sistem informasi nasional sedang diuji. Serangan semacam ini, yang terjadi dalam era digital, tidak bisa dilihat sebagai gangguan teknis semata, tapi sebagai bentuk delegitimasi terhadap kebebasan pers dan hak publik atas informasi yang jujur.

"Negara wajib hadir, tidak hanya sebagai pelindung infrastruktur, tapi sebagai penjaga moral ruang publik digital," ucap Dosen Ilmu Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo, saat dihubungi, Kamis 10 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suko menegaskan, Presiden Prabowo Subianto harus hadir dan menanggapi insiden serangan siber kepada Tempo. Prabowo, menurut dia, juga perlu memastikan kepada para menteri pembantunya, terutama yang mengelola bidang digital, komunikasi, dan hukum, untuk menyelesaikan masalah ini.

"Mereka harus melengkapi jawaban yang belum sempat tersampaikan dalam panggung publik sebelumnya," kata dia sambil menambahkan, "Ini bukan soal membela media atau pengkritik, tapi soal mempertahankan salah satu sendi kedaulatan bangsa: hak untuk tahu dan berbicara."

Menurut Suko, Tempo tak sedang 'curhat' saat mengungkap rentetan teror dan serangan yang dialami karena pemberitaan kritis yang diproduksinya. Suko menilai Tempo sedang meminta perlindungan negara, dan itu sangat sah.

"Dalam situasi global yang tidak menentu, kita justru harus memperkuat rumah kita sendiri—dimulai dengan keberanian mengungkap siapa yang bermain di balik layar serangan digital ini," katanya.

Serangan DDoS terkini yang menyasar Tempo terdeteksi menyerang secara masif bersamaan dengan hari publikasi laporan judi online edisi cetak atau konten premium berjudul “Tentakel Judi Kamboja” terbit, yakni pada Senin 7 April 2025. Serangan yang dilakukan dengan cara membanjiri trafik ke server agar web Tempo down dan berita-beritanya tak bisa diakses publik itu terus berlangsung hingga hari ini, Kamis 10 April 2025.

Per Rabu lalu, jumlah serangan mencapai lebih dari 1,7 miliar permintaan akses (request). Dari jumlah itu, sebagian serangan bisa langsung diblok oleh sistem. Sebagian lainnya diblokir melalui mekanisme Managed Challenge.

Pemimpin Redaksi Setri Yasra, dalam keterangan yang dibagikannya hari ini, menjelaskan bahwa pusat DDoS di awal serangan menyebar dari banyak negara. Namun, dalam dua hari terakhir, sumber DDoS terpusat di beberapa negara, terutama Kamboja. Dari negara ini, permintaan akses naik lebih dari 200 persen. Selain Kamboja, belakangan pusat serangan berasal dari lokal Indonesia.

“Serangan dari lokal ini yang merepotkan karena kami tidak bisa memblokirnya,” kata Setri. “Tapi kami sudah bisa mengendalikannya."

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |