TEMPO.CO, Jakarta -Universitas Indonesia dan Universitas Nasional Pasifik Rusia sepakat memperkuat kerja sama riset berorientasi ekonomi. Ini melalui kolaborasi di bidang teknologi medis, robotika, dan sumber daya mineral.
Dalam diskusi panel bertajuk "Pemanfaatan Kemitraan Ilmiah dan Pendidikan untuk Memperluas Bisnis antara Rusia dan Indonesia" yang diselenggarakan di Hotel Raffles Jakarta, Senin 14 April 2025, para pemimpin akademis dari kedua negara memaparkan visi ambisius untuk kolaborasi yang lebih erat di bidang riset dan inovasi berbasis industri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prof. Hamdi Muluk, Wakil Rektor Universitas Indonesia (UI) bidang Penelitian dan Inovasi, mengungkapkan transformasi paradigma riset di UI dalam lima tahun terakhir.
"Kami telah mengubah paradigma penelitian dan inovasi dari sekadar riset menjadi riset sebagai agen ekonomi. Semua upaya penelitian harus dihilirkan menjadi produk dan siap diproduksi," kata Hamdi.
UI kini menerapkan pendekatan dual-track yang menggabungkan "demand-pull" dan "technology-push", di mana kebutuhan dari industri, pemerintah, dan masyarakat ditransformasikan menjadi ide riset yang kemudian dikembangkan menjadi kekayaan intelektual, aliansi, dan paten.
Dalam forum tersebut, UI menawarkan empat bidang potensial untuk kolaborasi, yaitu perangkat medis elektromagnetik, non-elektromagnetik, diagnostik in vitro, dan sistem implan, serta makanan dan obat-obatan.
"Sangat sedikit MOU yang telah kita buat antara Universitas Indonesia dan Rusia, sejauh yang saya ketahui, hanya dengan Universitas Negeri Moskow. Jadi, kita tunggu saja kerja sama selanjutnya," ujar Hamdi.
Sementara itu, Rektor Universitas Nasional Pasifik Rusia Prof. Yuriy Marfin menyoroti misi universitas mereka untuk berkontribusi pada perkembangan wilayah Timur Jauh Rusia dan memperkuat interaksi dengan negara-negara Asia-Pasifik, termasuk Indonesia.
"Lebih dari 15 persen mahasiswa yang belajar di sini saat ini adalah mahasiswa dari negara lain, terutama dari negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Indonesia," kata Marfin.
Universitas Nasional Pasifik memfokuskan riset pada tiga bidang utama: pengelolaan kompleks mineral dan bahan baku, teknologi robotisasi dan otomatisasi produksi, serta studi Oriental terapan yang menekankan pada pemahaman bahasa dan budaya untuk memperkuat kerja sama internasional.
Marfin mengajak universitas-universitas Indonesia untuk mempertimbangkan program pertukaran mahasiswa dan akademisi, serta pelatihan spesialis untuk perusahaan-perusahaan tertentu yang dapat mendukung perkembangan ekonomi kedua negara.
"Penelitian bersama mungkin merupakan ikatan yang tepat untuk kerja sama kita yang efektif," ujarnya.
Kedua pemimpin akademis sepakat bahwa pembentukan laboratorium bersama, tim ilmiah gabungan, dan perusahaan patungan dapat menjadi langkah strategis untuk menerapkan teknologi baru di kedua negara. Ini juga mendukung pengembangan startup mahasiswa yang berpotensi menghasilkan inovasi yang kompetitif di kancah global.