Liputan6.com, Jakarta - Fenomena orang yang terlihat taat beribadah namun kelak tersiksa di akhirat menjadi peringatan penting bagi umat Islam. Banyak yang merasa aman hanya karena rajin beramal, tanpa menyadari bahwa amal tersebut bisa habis karena kesalahan dalam berinteraksi sosial.
Pendakwah asal Cirebon Buya Yahya, menyampaikan bahwa amal ibadah seseorang bisa hangus jika tidak disertai dengan akhlak yang baik terhadap sesama. Banyak yang lupa bahwa lisan dan perbuatan terhadap orang lain juga akan dihisab.
Menurut Buya Yahya, seseorang bisa terjerumus dalam kebangkrutan akhirat walaupun terlihat saleh di dunia. Semua ini terjadi karena tidak sadar telah berutang dalam bentuk dosa kepada orang lain, seperti menggunjing, mencaci, atau mengambil hak sesama.
Buya Yahya menjelaskan, walau seseorang rajin beribadah, tetapi jika dalam hidupnya sering menyakiti orang lain, maka semua amalnya bisa berpindah ke orang-orang yang pernah dizalimi. Pada akhirnya, orang tersebut tidak punya lagi amal untuk menyelamatkannya.
Dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv, Senin (14/04/2025), Buya Yahya mengupas hadis tentang orang yang bangkrut di akhirat.
Dalam sabda Nabi Muhammad SAW, para sahabat bertanya siapakah orang yang bangkrut. Mereka menjawab bahwa orang bangkrut adalah yang tidak memiliki uang atau harta. Namun Nabi menjelaskan bahwa bangkrut sejati adalah orang yang kehabisan amal karena kesalahan kepada sesama.
Orang tersebut datang di hari kiamat dengan pahala sholat, puasa, dan zakat. Namun juga membawa dosa mencaci, menuduh, menggunjing, dan merampas hak orang lain. Maka pahalanya akan diberikan kepada orang-orang yang dizalimi.
Simak Video Pilihan Ini:
Malam Nuzulul Quran, Cawagub Taj Yasin dan Santri Cilacap Nyalakan 1.000 Obor
Pentingnya Jaga Lisan
Jika pahalanya habis sebelum selesai membayar kesalahan kepada semua orang, maka dosa orang-orang yang pernah dizalimi akan ditimpakan kepadanya. Akhirnya ia masuk ke dalam neraka dalam keadaan tersiksa, meskipun selama hidupnya dikenal sebagai orang taat.
Buya Yahya menekankan pentingnya menjaga lisan dan perbuatan dalam kehidupan sosial. Umat Islam tidak cukup hanya fokus pada ibadah vertikal, namun juga harus memperhatikan hubungan dengan sesama.
Menggunjing seseorang walau hanya sebentar bisa menjadi utang besar yang tidak disadari. Demikian pula dengan mencaci atau mempermalukan orang lain. Kesalahan kecil di dunia bisa menjadi beban besar di akhirat.
Setiap perbuatan yang merugikan orang lain akan diperhitungkan secara rinci oleh Allah. Bahkan satu kata yang menyakitkan hati bisa menjadi sebab tergugurnya amal yang telah dikumpulkan dengan susah payah.
Buya Yahya menegaskan bahwa Islam tidak hanya mengajarkan tentang ibadah personal, tetapi juga mengatur etika sosial dengan sangat detail. Menjaga kehormatan dan hak orang lain adalah bagian dari ketaatan kepada Allah.
Seseorang tidak boleh merasa aman hanya karena telah menjalankan sholat dan puasa. Harus ada introspeksi, apakah selama ini telah menjaga hati dan lisan dari menyakiti orang lain.
Buya Yahya menyarankan agar umat Islam rutin melakukan muhasabah, terutama setelah berinteraksi dengan banyak orang. Karena bisa saja dalam satu hari, tanpa sadar, telah menambah utang dosa sosial yang kelak harus dibayar dengan amal.
Kuncinya Seimbangkan Antara Ibadah dan Akhlak Kapada Sesama
Menghindari sifat suka mencela, menyindir, atau menyebarkan aib adalah langkah awal untuk menyelamatkan amal. Bahkan meminta maaf dan memperbaiki hubungan harus dilakukan sebelum ajal menjemput.
Allah Maha Adil dan akan memberikan balasan sesuai dengan perbuatan. Jika seseorang mengambil hak orang lain, maka haknya akan diambil pula di akhirat, meskipun dengan cara memindahkan pahala ibadah.
Buya Yahya mengingatkan bahwa amal tidak bisa disimpan jika disertai dengan kezaliman. Maka orang yang terlihat paling religius bisa menjadi orang paling rugi jika tidak menjaga adab dalam kehidupan sosial.
Tersiksanya orang rajin ibadah di akhirat bukan karena kurang ibadah, tetapi karena mengabaikan urusan antar manusia. Inilah yang disebut sebagai muflis atau orang bangkrut menurut sabda Nabi Muhammad SAW.
Kesimpulan dari nasihat ini adalah pentingnya menyeimbangkan ibadah kepada Allah dengan akhlak terhadap sesama manusia. Karena di akhirat nanti, tidak hanya amal yang dihitung, tetapi juga cara seseorang memperlakukan orang lain.
Dengan memahami ini, diharapkan umat Islam tidak hanya bersemangat dalam beribadah, tetapi juga lebih hati-hati dalam menjaga lisan, perbuatan, dan hak orang lain. Sebab satu kesalahan bisa menghapus seluruh amal kebaikan yang pernah dikerjakan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul