Liputan6.com, Jakarta - Tragedi memilukan terjadi di Puncak Cartenz, Papua pada 28 Februari 2025. Dua pendaki yakni Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono meninggal dunia saat melakukan pendakian ke puncak tertinggi di Indonesia. Keduanya diduga meninggal karena hipotermia saat perjalanan pulang dari Puncak Cartenz, pada ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Dikutip dari berbagai sumber, Puncak Cartenz dikenal sebagai Puncak Jaya atau Piramida Carstensz, menjulang sebagai titik tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.884 mdpl. Puncak Cartenz terletak di Pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah, tepatnya di wilayah tiga kabupaten: Intan Jaya, Mimika, dan Puncak.
Puncak Cartenz menyimpan pesona dan tantangan yang luar biasa bagi para pendaki. Sebab, di sana masih terdapat gletser tropis. Gletser ini ukurannya terus menyusut akibat pemanasan global. Hal ini membuktikan terjadinya perubahan iklim dan naiknya suhu bumi. Pendakian ke Puncak Cartenz bukan sekadar perjalanan, melainkan petualangan yang menguji nyali dan ketahanan fisik.
Perjalanan menuju puncak dapat dimulai dari berbagai rute, salah satunya melalui Lembah Kuning (4.250 mdpl), yang menjadi lokasi pusat base camp bagi para pendaki. Opsi penggunaan helikopter juga tersedia, mempermudah akses bagi pendaki yang ingin memangkas waktu perjalanan.
Namun, pendakian ini menyimpan risiko tinggi, terbukti dengan adanya insiden pendaki yang tewas akibat cuaca buruk dan kelelahan. Persiapan matang dan pengetahuan yang memadai menjadi kunci keberhasilan dan keselamatan dalam mendaki Puncak Cartenz.
Gletser Carstensz: Keajaiban yang Terancam
Dikutip dari laman esdm.go.id, lokasi Puncak Cartenz merupakan satu dari lima tempat di khatulistiwa yang diselimuti salju. Informasi ini bisa ditemukan dalam panel monitor kars Indonesia di Museum Kars. Seperti dipaparkan dalam panel monitor tersebut, empat tempat lain di dunia yang juga diselimuti salju khatulistiwa selain Puncak Jaya adalah Sierra Nevada di Andes, Gunung Kenya, Gunung Kilimanjaro, dan Ruwenzori di Afrika.
Oleh sebab itu Cartenz Pyramid merupakan lokasi pergunungan kars yang memiliki arti penting bagi Indonesia dan dunia. Berdasarkan data pada 1992 salju di Puncak Jaya mencapai areal seluas 3.300 ha. Kars Papua secara umum berada di pematang Perbukitan Tengah yang berketinggian 3000-4.500 dpl. Kawasan ini menandai betapa luasnya penyebaran kars di Indonesia.
Gletser Carstensz merupakan keajaiban alam yang unik. Sebagai satu-satunya gletser tropis yang tersisa di Indonesia, keberadaannya semakin terancam akibat pemanasan global. Pencairan es yang terus terjadi mengancam kelestarian ekosistem di sekitarnya dan memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan.
Puncak Cartenz dalam 'Seven Summits of Indonesia'
Puncak Cartenz merupakan salah satu dari 'The Seven Summits of Indonesia', tujuh puncak gunung tertinggi yang mewakili tujuh pulau besar di Indonesia. Keberadaan Puncak Cartenz dalam daftar ini semakin menegaskan pentingnya puncak ini sebagai bagian dari kekayaan alam Indonesia.
Pendakian ke Puncak Cartenz menjadi tantangan tersendiri bagi para pendaki gunung profesional. Puncak ini dikenal dengan nama-nama lain seperti Puncak Jayadikesuma dan Ndugundugu, menambah kekayaan budaya dan sejarah di balik keindahan alamnya. Puncak Cartenz tidak hanya menawarkan tantangan fisik dan mental, tetapi juga pengalaman budaya yang unik.
Sebagai bagian dari 'Seven Summits of Indonesia', Puncak Cartenz juga menjadi daya tarik bagi para pendaki gunung dari seluruh dunia. Keberadaannya sebagai puncak tertinggi di Indonesia dan satu-satunya yang memiliki gletser tropis menjadikan Puncak Cartenz sebagai destinasi pendakian yang sangat menarik, meskipun penuh risiko.
Kesimpulan: Puncak Cartenz menawarkan pengalaman pendakian yang menantang namun sangat berharga. Keindahan alamnya yang menakjubkan, tantangan fisik dan mental, serta gletser tropis terakhir yang terancam punah, menjadikan Puncak Cartenz sebagai destinasi yang unik dan berkesan. Namun, keselamatan dan pelestarian lingkungan harus selalu diutamakan dalam setiap pendakian.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence