Jawaban Menohok Gus Baha saat Tawasul Dianggap Syirik, Kenapa Obat Tidak?

7 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Ulama asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha kembali melontarkan pernyataan tajam soal praktik tawasul yang selama ini kerap dipersoalkan sebagian pihak. Menurutnya, ada standar ganda yang tidak masuk akal antara cara pandang terhadap tawasul dan penggunaan obat.

Dalam ceramahnya, Gus Baha mempertanyakan mengapa bertawasul kepada Nabi atau wali dianggap syirik, sedangkan bergantung pada dokter atau obat justru tidak pernah dipermasalahkan.

"Kalau tawasul ke Nabi dianggap syirik, tawasul ke kuburan dianggap syirik, padahal orang yang bertawasul itu hanya merasa tidak layak langsung kepada Allah, jadi pakai wasilah, pelantara," ucap Gus Baha dalam pengajian tersebut.

Ia menjelaskan bahwa dalam konsep tawasul, tidak ada pengakuan bahwa orang yang dijadikan wasilah itu menyembuhkan atau mengabulkan doa, karena semua tetap dikembalikan kepada Allah SWT.

"Bertawasul itu bukan minta ke wali, tapi menjadikan wali sebagai pintu permohonan karena kita merasa tidak pantas langsung," tegas Gus Baha, dalam sebuah pengajian yang dikutip pada Jumat (25/04/2025) dari kanal YouTube @takmiralmukmin.

Dalam ceramah yang viral itu, Gus Baha mengkritik keras logika sebagian kalangan yang mudah menuduh orang bertawasul sebagai musyrik atau kafir, tapi membiarkan orang lain percaya penuh pada peran dokter dan obat dalam proses penyembuhan.

Simak Video Pilihan Ini:

Jenazah Pelajar Tenggelam di Pantai Sedayu Cilacap Ditemukan Mengapung 5 Km dari Lokasi

Perantara Syirik, Kenapa Pakai Obat Tidak Syirik?

"Kok bisa ya, orang sholeh dijadikan wasilah dibilang kafir, tapi ketika sembuh lalu bilang, dokter menyembuhkan saya, obat menyembuhkan saya, itu nggak dibilang kafir?" sindir Gus Baha.

Menurutnya, sikap seperti itu justru menunjukkan ketidakkonsistenan dalam memahami tauhid. Ia menilai bahwa semua yang terjadi di dunia adalah sebab, bukan pelaku utama dari kejadian.

"Kalau pelantara dianggap syirik, kenapa obat dan dokter tidak dihukumi sama? Padahal logikanya sama. Mereka itu perantara juga," ujarnya.

Gus Baha menegaskan bahwa yang menyembuhkan tetap Allah, baik lewat orang sholeh, obat, atau dokter. Maka tidak adil jika hanya satu bentuk perantara dianggap menyimpang, sementara yang lain diterima luas.

"Ini bukan soal teologi tinggi, ini soal kejujuran berpikir," katanya, disambut anggukan para jamaah yang hadir.

Dalam banyak kajian sebelumnya, Gus Baha memang konsisten membela praktik-praktik yang berakar dari tradisi ulama klasik Ahlussunnah wal Jamaah, termasuk tawasul dan ziarah kubur.

Ia juga menambahkan bahwa banyak sekali doa yang diajarkan para ulama terdahulu menyertakan nama Nabi sebagai wasilah, bukan untuk disembah, tetapi untuk dimuliakan dan sebagai perantara.

Letak Syiriknya di Mana?

"Di mana letak syiriknya? Semua doa tetap bermuara ke Allah. Nabi dan wali itu cuma pengantar," ungkapnya.

Gus Baha juga menyayangkan adanya kelompok-kelompok yang terlalu mudah menyesatkan amalan yang sudah ratusan tahun dipraktikkan umat Islam, bahkan oleh para ulama besar dunia.

Menurutnya, jika seseorang menyebut obat dan dokter sebagai penyebab sembuh tanpa menyebut Allah, itu jauh lebih rawan pada syirik dibanding mereka yang bertawasul tapi tetap menyandarkan kesembuhan pada Allah.

"Kalian bilang, 'Alhamdulillah cocok sama dokter kemarin.' Ya itu logika sama kayak tawasul. Tapi kenapa kalian nggak nuduh itu syirik?" tukasnya.

Di akhir ceramah, Gus Baha mengajak umat Islam untuk lebih bijak dalam memahami konsep tauhid dan wasilah. Ia berharap tidak ada lagi tuduhan syirik yang gegabah kepada saudara seiman hanya karena perbedaan cara mendekatkan diri pada Tuhan.

"Tauhid itu bukan sekadar slogan, tapi cara berpikir yang jernih dan adil," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |