Kenapa Rasulullah Rutin Sholat Dhuha? Ini Rahasia Fadhilah yang Jarang Dibahas

9 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Sholat Dhuha sering kali dianggap sekadar ibadah sunah biasa. Namun di balik rutinitas ini, tersimpan keistimewaan yang jarang diketahui bahkan oleh kaum Muslimin sendiri. Dalam berbagai riwayat, Rasulullah SAW secara khusus mewasiatkan pentingnya Sholat Dhuha.

Keistimewaan ini bukan hanya bersifat spiritual, tetapi juga menyentuh aspek fisik dan kehidupan dunia. Beberapa ulama bahkan menilai bahwa sholat ini dapat menggantikan sedekah harian untuk setiap sendi tubuh. Oleh karena itu, mengabaikan sholat ini sama saja dengan melewatkan satu ladang kebaikan yang luar biasa.

Tulisan ini mengajak pembaca menelusuri secara kronologis bagaimana sholat dhuha dianjurkan, dipraktikkan oleh Nabi SAW, dan disarankan oleh para ulama. Dengan penjelasan step by step, kita akan melihat bagaimana ibadah ini menjadi bagian penting dari keseharian Rasulullah SAW dan para sahabat.

Wasiat Langsung dari Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW tidak hanya mencontohkan, tetapi juga secara eksplisit mewasiatkan kepada para sahabatnya untuk menjaga sholat Dhuha. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, beliau bersabda:

“Kekasihku (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) telah berwasiat kepadaku tentang tiga perkara agar jangan aku tinggalkan hingga mati; Puasa tiga hari setiap bulan, sholat Dhuha dan tidur dalam keadaan sudah melakukan sholat Witir.” (HR. Bukhari no.1178 dan Muslim no.721)

Hadits ini menjadi dasar kuat bahwa sholat dhuha memiliki tempat khusus dalam sunnah Nabi. Wasiat tersebut tidak terbatas hanya kepada para sahabat, tetapi juga berlaku untuk umat Muslim secara umum.

Dengan menjadikan sholat Dhuha sebagai amalan harian, seorang Muslim berarti melanjutkan sunnah Rasulullah dalam kehidupan modern, bahkan meskipun kondisi dan kesibukan berubah.

Waktu Pelaksanaan yang Dianjurkan

Sholat Dhuha dilakukan ketika matahari telah naik setinggi tombak, yakni sekitar 15–20 menit setelah terbitnya matahari. Waktu terbaik untuk mengerjakannya adalah ketika matahari mulai terasa panas, sebagaimana hadits berikut:

“Shalat awwabin (shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah) adalah ketika anak unta mulai kepanasan.” (HR. Muslim no.748)

Menurut Syaikh Abdul Aziz bin Baz, waktu ini disebut juga waktu ikhtiyar (pilihan utama). Semakin mendekati waktu zawal (masuk Dzuhur), semakin utama pelaksanaannya.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam, momen ibadah sangat diperhatikan waktunya karena terkait erat dengan keberkahan dan perhatian Allah SWT.

Jumlah Rakaat dan Fleksibilitas dalam Pelaksanaan

Sholat dhuha paling sedikit dikerjakan dua rakaat, dan tidak ada batas maksimalnya. Rasulullah SAW pernah melaksanakan empat rakaat dan bahkan lebih, sesuai hadits dari Aisyah RA:

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat Dhuha sebanyak empat (rakaat), kadang beliau menambah sesuai keinginannya.” (HR. Muslim no.719)

Dalam hadits lain bahkan disebutkan bahwa siapa yang melaksanakan 12 rakaat akan dibangunkan istana di surga. Meskipun riwayat ini dhaif, namun tetap menunjukkan keutamaan yang sangat besar.

Ulama Syafiiyah menyebut bahwa pelaksanaan 4 atau 8 rakaat merupakan bentuk sempurna dari ibadah ini. Fleksibilitas jumlah ini memberikan keleluasaan untuk mengamalkan sesuai kemampuan masing-masing.

Fadhilah Dunia dan Akhirat

Keutamaan sholat dhuha mencakup aspek rezeki, kesehatan, dan pengampunan dosa. Salah satu hadits menyatakan:

“Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, niscaya Aku akan mencukupimu di akhir harimu.” (HR. Ahmad)

Sholat dhuha menjadi bentuk sedekah bagi tubuh dan seluruh persendian. Gerakannya memiliki dampak kesehatan, sebagaimana disebut oleh pakar medis bahwa gerakan sholat dapat mencegah penyakit jantung.

Bahkan, Allah menjanjikan ampunan sebesar buih di lautan bagi yang rutin melaksanakannya, sesuai hadits dari Tirmidzi. Ini menunjukkan bahwa ibadah ini tidak hanya membawa manfaat spiritual, tapi juga jasmani dan sosial.

Peneguhan Iman Lewat Konsistensi

Sholat Dhuha sering disebut sebagai “shalat awwabin”, yaitu sholatnya orang-orang yang kembali kepada Allah. Menurut Imam Nawawi, awwab berarti orang yang taat secara terus-menerus.

“Tidaklah menjaga sholat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang kembali taat). Inilah sholat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah)

Konsistensi dalam sholat ini menunjukkan bahwa pelakunya adalah pribadi yang menjaga hubungan dengan Allah, meski di tengah kesibukan dunia.

Dalam praktiknya, Rasulullah tidak selalu melakukannya secara berjamaah, tetapi membolehkannya dalam beberapa kondisi. Ini membuktikan bahwa sholat dhuha bisa fleksibel tanpa kehilangan nilainya.

Pertanyaan Seputar Topik

Berapa rakaat minimal dan maksimal sholat dhuha?

Minimal dua rakaat, maksimalnya tidak dibatasi secara tegas. Umumnya antara 2 hingga 12 rakaat.

Apa waktu terbaik untuk sholat dhuha?

Waktu terbaik adalah ketika matahari mulai terik, sekitar pukul 08.30–10.30 pagi.

Apa manfaat sholat dhuha secara medis?

Gerakan sholat bisa memperlancar peredaran darah, meningkatkan metabolisme, dan menenangkan sistem saraf.

Apakah boleh melakukannya setiap hari?

Boleh. Bahkan disunnahkan untuk dirutinkan seperti dalam wasiat Rasulullah SAW kepada para sahabat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |