Liputan6.com, Jakarta Hari Raya Idul Adha adalah momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Perayaan ini tidak hanya identik dengan penyembelihan hewan kurban, tetapi juga diawali dengan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan, yaitu Shalat Idul Adha. Meskipun hanya dilakukan setahun sekali, shalat ini memiliki nilai spiritual yang tinggi, terlebih jika dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan pemahaman atas syarat dan tata caranya.
Bagi umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci, momentum Idul Adha tetap memiliki makna besar. Selain menunaikan kurban, umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah di tanah lapang atau masjid. Agar ibadah ini sempurna dan diterima Allah SWT, penting untuk mengetahui syarat-syarat sah, tata cara pelaksanaan, serta memahami hukumnya.
Lantas, apa saja yang harus diperhatikan agar Shalat Idul Adha dapat dilakukan dengan benar? Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai syarat shalat Idul Adha serta tata cara pelaksanaan, hingga hukum melaksanakan shalat Idul Adha yang dapat menjadi panduan bagi setiap Muslim.Dirangkum Liputan6.com, Rabu (21/5/2025).
Jakarta International Stadium (JIS) akan menjadi lokasi sholat Idul Adha di Jakarta, Minggu (10/07/2022) mendatang. Bagi masyarakat yang ingin beribadah di JIS, ada syarat yang diajukan oleh Pemprov DKI Jakarta, yaitu lengkapi vaksin booster.
Syarat Sah Shalat Idul Adha
Shalat Idul Adha adalah ibadah sunnah yang memiliki ketentuan khusus. Mengetahui syarat sahnya akan membuat pelaksanaan ibadah ini menjadi lebih sempurna. Berikut adalah beberapa syarat shalat Idul Adha:
1. Dilaksanakan Setelah Terbit Matahari
Waktu pelaksanaan shalat ini dimulai setelah matahari terbit setinggi satu tombak, atau sekitar 15-20 menit setelah matahari terbit, hingga waktu zawal (masuk waktu Zuhur). Dianjurkan agar shalat dilakukan lebih awal agar penyembelihan hewan kurban dapat segera dilaksanakan.
2. Dilaksanakan Secara Berjamaah
Meskipun shalat ini tetap sah jika dilakukan sendiri (munfarid), namun lebih utama untuk dikerjakan secara berjamaah. Imam Syafi’i menyatakan dalam Al-Iqna' fi Fiqh Asy-Syafi’i, bahwa pelaksanaan berjamaah lebih utama, baik di tanah lapang maupun masjid.
3. Disertai Khutbah
Shalat Idul Adha dilanjutkan dengan khutbah setelah shalat, bukan sebelumnya seperti khutbah Jumat. Khutbah ini hukumnya sunnah, namun dianjurkan untuk tidak langsung pulang agar bisa menyimak nasihat dari khatib.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
عن عبد الله بن السائب قال: شهدت مع رسول الله SAW العيد، فلما قضى الصلاة قال: إنا نخطب، فمن أحب أن يجلس للخطبة فليجلس، ومن أحب أن يذهب فليذهب. (HR. Abu Daud, no. 1155)
Artinya: “Aku pernah menghadiri shalat hari raya bersama Rasulullah SAW. Setelah shalat, beliau bersabda: ‘Kami akan menyampaikan khutbah. Siapa yang ingin duduk untuk mendengarkan khutbah, silakan duduk. Siapa yang ingin pergi, silakan pergi.’”
Tata Cara Pelaksanaan Shalat Idul Adha
Shalat Idul Adha terdiri dari dua rakaat dan memiliki beberapa perbedaan dari shalat sunnah biasa. Berikut tata cara pelaksanaannya:
1. Niat
Niat dilakukan dalam hati, namun boleh juga dilafalkan seperti berikut,
أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَـــالَى
Usholli sunnatan ‘iidil adha rok’ataini mustaqbilal qiblati imaman / makmuuman lillaahi ta’aalaa
Artinya: "Aku berniat salat sunnah Idul Adha dua rakaat (sebagai imam/makmum) karena Allah Ta'ala."
2. Takbiratul Ihram
Mengucapkan "Allahu Akbar" sekali seperti biasa saat memulai shalat.
3. Takbir Tambahan
Setelah takbiratul ihram, dilakukan takbir sebanyak 7 kali pada rakaat pertama, dan 5 kali pada rakaat kedua. Di antara setiap takbir disunnahkan membaca,
سُبْحَانَ اللّٰهِ وَالْـحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ
Subhanallahi walhamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar
Artinya: "Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar."
4. Membaca Al-Fatihah dan Surat Lain
Setelah takbir selesai, dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah dan surat lainnya seperti Al-A’la (QS. Al-A’la: 1–19) di rakaat pertama dan Al-Ghasyiyah (QS. Al-Ghasyiyah: 1–26) di rakaat kedua, mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
5. Melanjutkan Rukun Shalat
Selanjutnya, shalat dilanjutkan seperti biasa:
- Ruku’ dan I’tidal
- Sujud dua kali dengan duduk di antaranya
- Rakaat kedua dimulai dengan 5 takbir tambahan
- Dilanjutkan dengan bacaan dan gerakan seperti rakaat pertama
- Tasyahud akhir dan salam
6. Mendengarkan Khutbah
Setelah salam, dianjurkan untuk mendengarkan khutbah yang berisi nasihat dan pesan keagamaan, terutama terkait makna kurban dan keikhlasan.
Hukum Melaksanakan Shalat Idul Adha
Shalat Idul Adha memiliki hukum sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan oleh umat Islam yang tidak memiliki uzur. Hukum ini merujuk pada ijma’ para ulama dan diperkuat dalam berbagai kitab fikih klasik maupun kontemporer.
Imam Nawawi dalam Al-Majmu' menyatakan, "Shalat Id dua rakaat hukumnya sunnah muakkadah berdasarkan ijma’, baik bagi laki-laki maupun perempuan."
Bahkan dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan seluruh masyarakat, termasuk wanita dan anak-anak, untuk ikut serta dalam Shalat Id,
أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخُرُوجِ الْعَوَاتِقِ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فِي الْعِيدَيْنِ (HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya: "Nabi Muhammad SAW memerintahkan wanita muda dan wanita yang dipingit untuk keluar menuju tempat shalat pada dua hari raya."
Shalat Idul Adha merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan, terutama sebagai bentuk syukur atas nikmat dan rezeki yang diberikan Allah SWT. Agar shalat ini sah dan bernilai pahala besar, penting untuk memenuhi syarat-syaratnya, memahami tata cara pelaksanaan, serta menunaikannya dengan penuh kekhusyukan. Dengan mengikuti sunnah Nabi dan memperhatikan adab serta sunnah sebelum dan sesudah shalat, insya Allah ibadah kita akan lebih sempurna dan mendatangkan keberkahan.