Liputan6.com, Jakarta - Hari Raya Idul Adha adalah momen penting bagi umat Islam, ditandai dengan sholat Id dan penyembelihan hewan kurban. Salah satu aspek penting dalam sholat Idul Adha adalah jumlah takbir yang berbeda dengan sholat fardhu. Memahami jumlah takbir yang benar akan menambah kekhusyukan dan kesempurnaan ibadah.
Banyak umat Muslim yang bertanya-tanya, berapa kali takbir sholat Idul Adha? Pertanyaan ini wajar, mengingat perbedaan jumlah takbir dengan sholat lainnya. Pemahaman yang benar tentang jumlah takbir dan tata cara sholat Idul Adha akan membantu kita melaksanakan ibadah dengan lebih baik dan sesuai sunnah.
Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk mengetahui berapa kali takbir sholat Idul Adha yang tepat. Dengan memahami tata cara yang benar, sholat Idul Adha yang dilakukan akan lebih bermakna dan diterima oleh Allah SWT. Ini adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Rabu (21/5/2025).
Jamaah An-Nadzir hari ini melaksanakan sholat Idul Adha di Kelurahan Mawang, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Penjelasan Berapa Kali Takbir Sholat Idul Adha
Sholat Idul Adha hukumnya sunnah muakkad menurut pandangan mazhab Syafi'i. Berapa kali takbir sholat Idul Adha ini berbeda dengan sholat sunnah lainnya. Merujuk Kitab Fiqh Al-'Ibadat, 'Ilmiyyan 'Ala Madzhabi Al-Imam Asy-Syafi'i Ma'a Mutammimat Tanasub Al-'Ashr karya Syaikh Alauddin Za'tari, sholat Idul Adha dikerjakan sebanyak dua rakaat, sama halnya dengan sholat Idul Fitri. Hal ini bersandar pada ucapan Umar yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim.
Tata cara sholat Idul Adha sama seperti tata cara sholat lainnya dan sunnahnya juga sama seperti sunnah lainnya. Perbedaannya terletak pada jumlah takbir dalam setiap rakaat. Imam Al-Mawardi mengatakan dalam Kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyyah Kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, berapa kali takbir sholat Idul Adha lebih banyak dibandingkan sholat-sholat lain.
Menurut pendapat Imam Syafi'i, jumlah takbir pada rakaat pertama sebanyak tujuh kali di luar takbiratul ihram dan pada rakaat kedua sebanyak lima kali di luar takbir qiyam (berdiri setelah sujud).
Takbir sholat Idul Adha yang berjumlah tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua ini dilakukan sebelum membaca surat dalam Al-Qur'an. Demikian menurut pendapat Imam Syafi'i. Disunnahkan menjadikan setiap takbir dalam satu napas. Setiap dua takbir dipisahkan kira-kira sepanjang membaca satu ayat yang tidak panjang dan juga tidak pendek, yakni dengan membaca subhanallah, wal hamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar (Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar). Ini merupakan shigat yang disepakati mayoritas murid Imam Syafi'i.
Setelah takbir sebanyak tujuh kali pada rakaat pertama kemudian dilanjutkan dengan membaca ta'awudz lalu membaca surah Al Fatihah. Setelah itu baru membaca surah Qaf atau surah Al-A'Ala atau surah Al Kafirun dengan suara keras. Kemudian pada rakaat kedua, setelah bertakbir sebanyak lima kali selain takbir bangkit dari sujud, membaca surah Al Fatihah kemudian membaca surah Al Qamar jika pada rakaat pertamanya membaca surah Qaf.
Hal ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Waqid Al-Laitsi. Menurut riwayat An-Nu'man bin Basyir, bisa juga membaca surah Al Ghasyiyah jika pada rakaat pertama membaca surah Al-'Ala atau membaca surah Al Ikhlas jika pada rakaat pertama membaca surat Al Kafirun.
Bacaan Takbir Sholat Idul Adha dan Artinya
Dalam sholat Idul Adha, di antara takbir-takbir tambahan, disunnahkan untuk membaca tasbih atau dzikir. Bacaan ini merupakan bentuk pujian dan pengagungan kepada Allah SWT. Melansir dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa bacaan yang umum digunakan:
Salah satu bacaan takbir yang umum dilafalkan adalah:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَر
Subhana allahi wal hamdu lillahi walaa ilaha illa allah, wallahu akbar
Artinya: "Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar."
Selain itu, ada juga bacaan takbir dengan tambahan kalimat yang lebih lengkap:
سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ لِلهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ
Subhânallâh, walhamdulillâh, walâ ilâha illallâh, wallâhu akbar, wa lâ haula walâ quwwata illâ billâhil 'aliyyil azhîm.
Artinya: "Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, dan tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi Lagi Maha Agung."
Ada pula bacaan takbir yang menyertakan permohonan ampunan dan rahmat dari Allah SWT:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ . اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي
Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war hamnii
Artinya: "Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku."
Waktu Sholat Idul Adha yang Benar
Sholat Idul Adha dianjurkan untuk dilaksanakan lebih awal setelah matahari terbit. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan untuk menyegerakan sholat Idul Adha agar memperluas waktu untuk menyembelih hewan kurban. Di Indonesia, khususnya Jakarta, sholat Idul Adha umumnya dilaksanakan sekitar pukul 06.30 WIB. Hal ini sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Menyegerakan sholat Idul Adha memungkinkan umat Islam untuk segera melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Ketentuan waktu sholat Idul Adha ini penting dipahami agar ibadah yang dilakukan sah dan sesuai dengan syariat, dilansir dari buku Panduan Shalat Sunah & Shalat Khusus oleh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahaf Al-Qahthani.
Melansir dari berbagai hadits, Rasulullah SAW menganjurkan untuk menyegerakan sholat Idul Adha. Hal ini berbeda dengan sholat Idul Fitri yang disarankan untuk sedikit diakhirkan, menurut Hadits Riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani. Perbedaan ini didasarkan pada tujuan masing-masing sholat Id. Sholat Idul Adha disegerakan agar ada waktu yang cukup untuk penyembelihan hewan kurban, sedangkan sholat Idul Fitri diakhirkan agar ada waktu untuk membayar zakat fitrah.
Prediksi Idul Adha di Tahun 2025
Melansir berbagai sumber, seperti Kementerian Agama RI dan Muhammadiyah, maka lebaran Idul Adha tanggal berapa 1446 H, diperkirakan jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025. Kementerian Agama memprediksi 1 Dzulhijjah 1446 H jatuh pada 28 Mei 2025. Dengan demikian, Idul Adha (10 Dzulhijjah) diperkirakan jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025. Namun, perlu diingat bahwa ini masih prediksi sementara dan menunggu hasil sidang isbat.
Muhammadiyah juga telah mengumumkan akan merayakan Idul Adha pada tanggal yang sama, 6 Juni 2025, berdasarkan metode hisab, sesuai Maklumat PP Muhammadiyah. Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU) akan menetapkan tanggal Idul Adha setelah pengamatan hilal.
Penetapan tanggal Idul Adha 2025 sangat penting bagi umat Islam di Indonesia. Tanggal ini menjadi penanda puncak ibadah haji dan pelaksanaan kurban. Memahami prediksi tanggal ini penting untuk persiapan spiritual dan praktis, termasuk merencanakan aktivitas selama libur panjang.
Berdasarkan Kalender Hijriah Kementerian Agama, Idul Adha 1446 H diperkirakan jatuh pada 6 Juni 2025. Kalender ini menetapkan 1 Dzulhijjah 1446 H pada 28 Mei 2025, sehingga 10 Dzulhijjah atau Idul Adha diperkirakan terjadi pada 6 Juni 2025. Meskipun sudah ada prediksi, penentuan tanggal pastinya masih menunggu hasil sidang isbat Kementerian Agama. Sidang isbat ini biasanya dilakukan beberapa waktu sebelum hari raya Idul Adha tiba.
Berikut rinciannya:
- Kementerian Agama memprediksi Idul Adha 2025 pada 6 Juni 2025.
- Muhammadiyah menetapkan Idul Adha 2025 pada 6 Juni 2025.
- NU memprediksi Idul Adha 2025 pada 6 Juni 2025, menunggu konfirmasi sidang isbat.
- Penetapan resmi menunggu hasil sidang isbat pemerintah.