Meraih Kebahagiaan Sejati secara Sederhana, Simak Penjelasan Gus Baha

5 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan pencarian makna dan tujuan. Dalam budaya Indonesia, banyak orang yang mengejar kebahagiaan dengan mengandalkan banyak hal, entah itu status, kekayaan, atau pengakuan sosial.

Namun, dalam pandangan ulama ahli tafsir KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), kebahagiaan sejati tidak terletak pada akumulasi kebutuhan yang tidak pernah habis.

Dalam sebuah tayangan video yang dikutip dari kanal YouTube @SUDARNOPRANOTO pada Selasa (13/05/2025), Gus Baha mengungkapkan pandangannya mengenai hidup, kebutuhan, dan kebodohan yang seringkali mengiringi kehidupan manusia.

Gus Baha memulai penjelasannya dengan mengkritisi cara pandang masyarakat terhadap hidup dan kebahagiaan. "Hidup itu apa? Hidup itu adalah cari sebanyak mungkin supaya hidup tergantung pada banyak hal," ujarnya.

Menurut Gus Baha, banyak orang berpikir bahwa kebahagiaan terletak pada pencapaian dan penguasaan segala sesuatu dalam hidup, yang membuat mereka merasa tergantung pada banyak hal.

Namun, Gus Baha mengingatkan bahwa orang yang bahagia bukanlah orang yang memiliki banyak hal. "Orang yang untuk mempertahankan eksistensinya banyak butuh banyak hal, dengan yang tidak butuh banyak hal itu pintar," tegas Gus Baha.

Menurutnya, kebahagiaan sejati terletak pada kesederhanaan, yaitu ketika seseorang merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, tanpa tergantung pada banyak hal yang sifatnya hanya memenuhi nafsu belaka.

Simak Video Pilihan Ini:

Perbaikan Jembatan Comal Pemalang Dikebut, Polisi Alihkan Arus Lalin

Kebahagiaan Sejati Konsepnya Begini

"Orang yang bahagianya nunggu jadi dokter, nunggu jadi Kiai besar, Kiai viral," katanya. Ia menggambarkan bahwa banyak orang yang merasa bahagia hanya jika mereka mencapai status tertentu, seperti menjadi seorang dokter atau seorang Kiai terkenal. Namun, Gus Baha menekankan bahwa kebahagiaan seperti itu hanya sementara dan tidak akan bertahan lama.

Di sisi lain, Gus Baha menyoroti orang-orang yang merasa cukup dengan apa yang mereka miliki. "Orang yang cukup dengan nikmat hanya kopi dengan nikmat yang banyak," jelasnya.

Gus Baha menggambarkan orang-orang ini sebagai orang yang lebih bijaksana, karena mereka tidak menggantungkan kebahagiaan mereka pada sesuatu yang berlebihan atau sesuatu yang sifatnya sementara.

Dalam penjelasan selanjutnya, Gus Baha berbicara mengenai ketergantungan manusia terhadap kebutuhan yang tak ada habisnya. "Pinter mana orang yang banyak kebutuhan itu, sebetulnya banyak kebodohannya karena menggantungkan kebahagiaannya dengan banyak hal," ujar Gus Baha.

Ia menjelaskan bahwa orang yang terus mengejar kebutuhan tanpa henti justru sedang terperangkap dalam kebodohan, karena mereka menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal yang sifatnya sementara.

Menurut Gus Baha, kebahagiaan sejati datang ketika seseorang mampu mengendalikan nafsunya dan merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. "Makanya Imam Syafi'i ngendikan istighna itu apa? Al-istighna yang dikatakan kecukupan adalah berusaha sebanyak mungkin, banyak hal yang gak kamu butuhkan," ujarnya.

Gus Baha mengutip Imam Syafi’i untuk menjelaskan bahwa kecukupan sejati adalah dengan mengurangi kebutuhan yang sebenarnya tidak diperlukan, bukan memenuhi semua keinginan yang datang dari nafsu.

Gus Baha Bahasa Soal Cukup

Kecukupan, menurut Gus Baha, adalah tentang mengetahui batasan kebutuhan dan keinginan. "Bukan memenuhi semua kebutuhan kamu karena nafsu kamu ini gak ada batasnya," jelasnya.

Gus Baha menekankan bahwa jika seseorang terus berusaha memenuhi nafsunya, maka mereka tidak akan pernah merasa puas, karena nafsu manusia memang tidak ada habisnya.

Dalam hal ini, Gus Baha mengajak umat untuk merenung dan memikirkan ulang tentang tujuan hidup mereka. Ia menegaskan bahwa kehidupan yang baik adalah kehidupan yang tidak tergantung pada banyak hal, dan yang lebih mengutamakan kedamaian batin serta rasa cukup dengan apa yang dimiliki.

"Kalau kamu penuhin gak akan selesai," katanya, mengingatkan bahwa mengejar kebutuhan yang tidak terbatas hanya akan membuat seseorang merasa semakin kosong dan tidak puas.

Gus Baha juga mengingatkan pentingnya mengenali diri sendiri dan mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan dalam hidup. "Jangan sampai kita tergoda untuk mengejar hal-hal yang tidak benar-benar kita perlukan," pesannya.

Menurutnya, banyak orang yang terjebak dalam perasaan tidak pernah cukup, karena mereka terlalu banyak menginginkan hal-hal yang tidak esensial.

Dalam pandangan Gus Baha, kebodohan yang dimaksud bukan hanya kebodohan dalam pengertian intelektual, tetapi juga kebodohan dalam memilih jalan hidup yang tidak membawa pada kebahagiaan sejati.

"Kebodohan itu adalah ketika kita merasa bahwa kebahagiaan bisa didapatkan dari hal-hal yang tidak penting," ujar Gus Baha. Ia mengajak umat untuk bijak dalam memilih jalan hidup yang lebih sederhana, yang berfokus pada apa yang benar-benar penting.

Bagi Gus Baha, hidup yang penuh dengan keinginan yang tidak terkontrol bisa menyebabkan seseorang kehilangan arah.

"Hidup ini bukan tentang memiliki lebih banyak, tapi tentang merasa cukup dengan apa yang kita miliki," katanya. Gus Baha mengajak umat untuk selalu bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang sudah diberikan oleh Allah SWT.

Gus Baha juga mengingatkan umat Islam untuk selalu berpikir jernih dan tidak mudah terjebak dalam godaan duniawi yang dapat mengarah pada kesia-siaan.

"Ketika kita hidup dengan niat yang benar dan tujuan yang jelas, maka hidup kita akan lebih bermakna," jelas Gus Baha. Ia menekankan pentingnya menjaga niat dan tujuan hidup yang sesuai dengan ajaran agama.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |