Info Event - Masjid Istiqlal tak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga menjadi simpul diplomasi baru. Bertempat di Aula Gedung PKUMI, Jakarta, Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) bersama The Voice of Istiqlal meluncurkan program Istiqlal Global Connect (IGC) 2025. Bertema “Suara Moderasi untuk Dunia”, program ini diresmikan langsung dengan kehadiran Menteri Agama RI KH Nasaruddin Umar.
IGC 2025 digagas sebagai jembatan konektivitas nasional dan global bagi pemuda, menyasar diplomasi antarnegara, antarbudaya, dan antarkepercayaan. "Kami ingin membuka ruang bagi pertukaran gagasan dan peningkatan kapasitas generasi muda," ujar Syibly Adam Firmanda, Kepala Bidang Hubungan Internasional PB PMII. Program ini, lanjutnya, mencakup pelatihan bahasa asing seperti Inggris dan Mandarin, serta program fellowship yang akan menghubungkan pemuda dari berbagai daerah di Indonesia.
Senada dengan itu, Direktur The Voice of Istiqlal, Mulyono Lodji, menyebut IGC sebagai pusat pemberdayaan pemuda berbasis nilai Islam moderat. “Kami ingin menjadikan Istiqlal sebagai pusat kosmopolitan Islam, yang tak hanya menghargai perbedaan, tetapi juga merayakan empati dan kolaborasi lintas budaya,” tuturnya.
Peresmian program ditandai dengan penandatanganan simbolis oleh Syibly Adam Firmanda, Mulyono Lodji, Ani Nigeriawati dari Kementerian Luar Negeri, dan Dr. Faried F. Saenong, Koordinator Staf Khusus Menteri Agama RI.
Diskusi panel seusai peresmian memperkaya narasi moderasi yang diusung IGC. Dr. Faried Saenong menegaskan pentingnya menjadikan moderasi sebagai kekuatan diplomasi kultural Indonesia. “Moderasi bukan sekadar prinsip, tapi etika dan peradaban yang bisa ditawarkan Indonesia ke dunia,” ujarnya.
Iklan
Dari perspektif pertahanan, Kris Wijoyo Soepandji, Staf Khusus Menteri Pertahanan RI, menyoroti perlunya memperkuat literasi geopolitik dan ketahanan sosial. Menurutnya, pemuda Indonesia memiliki posisi strategis dalam menjaga harmoni di tengah turbulensi global.
Sementara itu, Fathia Fairuza dari Shape Your Life Indonesia mengingatkan pentingnya kepemimpinan personal dan literasi emosional. “Diplomasi publik dimulai dari karakter yang kuat dan kemampuan berkolaborasi,” katanya.
Diskusi berlangsung dinamis, melibatkan mahasiswa, aktivis, dan pemuda lintas organisasi. IGC 2025 diharapkan menjadi gerakan berkelanjutan yang tak hanya memperkuat jejaring internasional, tetapi juga meneguhkan moderasi sebagai kekuatan bersama untuk dunia yang lebih damai dan berkeadaban. (*)