Aturan Bawa Power Bank Naik Pesawat

3 weeks ago 38
Portal Berita News Malam Tepat

TEMPO.CO, Jakarta - Power bank menjadi kebutuhan bagi pelancong yang tak bisa lepas dari ponsel. Selain untuk komunikasi, ponsel juga bisa digunakan untuk menyimpan dokumen digital dari kartu identitas, boarding pass naik pesawat, hingga tanda bukti booking hotel.

Meski penting, power bank yang sebagian besar menggunakan baterai litium bisa menimbulkan risiko kebakaran pada pesawat dan ruang kabin jika rusak. Maret lalu, pesawat Air Busan di Korea Selatan terbakar karena kerusakan power bank yang disimpan di kompartemen atas. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak itu, maskapai penerbangan lebih berhati-hati pada power bank yang dibawa penumpang. Beberapa maskapai penerbangan, termasuk Singapore Airlines, Cathay Pacific, dan Thai Airways, melarang penggunaan power bank untuk mengisi daya perangkat pribadi selama penerbangan. Penumpang yang traveling dengan maskapai penerbangan ini juga tidak diperbolehkan untuk mengisi daya power bank portabel sendiri melalui port USB di dalam pesawat.

Sejak 28 Mei, penumpang Southwest Airlines yang berbasis di Amerika Serikat juga harus menggunakan pengisi daya dan power bank mereka di tempat yang terlihat jelas. Maskapai tersebut memberlakukan aturan tersebut dengan alasan masalah keselamatan setelah beberapa insiden panas berlebih. Ini berarti penumpang tak boleh lagi menyimpan power bank di dalam tas atau rak penyimpanan. Alasannya, jika terlihat, anggota kru bisa merespons lebih cepat jika baterai lithium yang terlalu panas atau terbakar.

Aturan Bawa Power Bank ke Pesawat

Natalie Wilson, penulis perjalanan The Independent, mengatakan penumpang biasanya dibolehkan membawa power bank, tetapi ada aturannya. Sebagian besar maskapai penerbangan memperbolehkan power bank dimasukkan dalam tas jinjing, tetapi tidak di dalam tas atau koper yang masuk ke bagasi terdaftar. Umumnya, kapasita power bank dibatasi hingga 100 Wh atau kurang. Selain itu, jumlahnya dibatasi hanya dua. Baterai cadangan juga tidak boleh dibawa dalam bagasi terdaftar. 

Glenn Bradley, kepala operasi penerbangan di Otoritas Penerbangan Sipil Inggris atau CAA, mengatakan bahwa baterai lithium banyak digunakan untuk perangkat, mulai dari vape dan ponsel hingga kamera dan power bank. Jika rusak atau cacat, baterai tersebut dapat menyebabkan kebakaran hebat yang sulit dipadamkan, baik di kabin maupun di ruang tunggu pesawat.

"Penanganan yang benar mengurangi risiko. Baterai lithium harus dibawa dalam bagasi kabin Anda. Power bank dan baterai cadangan juga harus ada di tas kabin dan harus dimatikan sepenuhnya, bukan dalam mode siaga," katanya. 

Sejak 1 Maret, Korea Selatan menerapkan peraturan yang lebih ketat tentang membawa baterai portabel dalam penerbangan menyusul kebakaran di pesawat Air Busan pada 28 Januari.

Peraturan yang direvisi menyatakan bahwa seorang penumpang dapat membawa maksimal lima baterai portabel, masing-masing dengan kapasitas hingga 100 watt-jam. Baterai yang melebihi kapasitas 160 watt-jam dilarang keras.

Pada 7 April, Departemen Penerbangan Sipil Hong Kong melarang penumpang menggunakan power bank dalam penerbangan setelah kebakaran pada penerbangan Hong Kong Airlines dari Hangzhou di Cina pada 20 Maret. Namun, penumpang masih dapat membawa powrr bank dalam tas jinjing, asal tidak disimpan di kompartemen atas.

EVA Airways Taiwan juga melarang penggunaan dan pengisian daya power bank dan baterai lithium cadangan dalam penerbangan. Penumpang dapat membawanya di tas tangan jika disimpan dengan benar untuk mencegah kompresi atau kerusakan.

Pada bulan Maret, Singapore Airlines membagikan sebuah unggahan di X yang menyatakan larangan mengisi daya power bank. "Efektif 1 April 2025, pelanggan Singapore Airlines tidak akan diizinkan untuk mengisi daya power bank portabel melalui port USB dalam pesawat, atau menggunakan power bank untuk mengisi daya perangkat pribadi mereka, selama penerbangan."

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |