Liputan6.com, Jakarta - Setelah seharian beraktivitas, tubuh kita memerlukan istirahat untuk kembali melakukan aktivitas. Tidur adalah salah satu istirahat paling baik bagi tubuh yang dapat memulihkan energi.
Dalam Islam, tidur seorang muslim diatur. Dalam berbagai kitab para ulama mengajarkan adab-adab yang dianjurkan menjelang tidur, sebagaimana pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW
Berkaitan dengan adab tidur, salah seorang jemaah Al Bahjah bertanya, benarkah Rasulullah SAW menganjurkan tidur dalam keadaan gelap? Apakah ada keutamaan atau manfaat tertentu dari tidur dalam kondisi ruangan gelap?
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya memahami bahwa acuan pertanyaan tersebut berdasarkan sebuah hadis. Buya Yahya meluruskan bahwa maksud hadis tersebut bukan berarti anjuran mematikan lampu ketika hendak tidur.
"Pada zaman nabi adanya lampu itu dengan api, lampu keplek, dan sebagainya, maka nabi menganjurkan 'la tatrukunnaro fi buyutikum', jangan tinggalkan api ada di rumahmu, 'hiina tanaamuun', kalau kamu tidur," jelas Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Jumat (9/5/2025).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Cerita Polisi Ternak 40 Ribu Ekor Ayam, Ingin Pensiun Bahagia
Penjelasan Buya Yahya
Para ulama menjelaskan maksud hadis tersebut ialah agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan ketika tidur, misalnya kebakaran dan kejadian lainnya.
"Jadi, yang dipentingkan adalah kemaslahatannya. Ini untuk menjaga rumah, harta," tutur Buya Yahya.
Inti dari hadis tersebut ialah kemaslahatan. Jika di zaman sekarang maslahatnya tidur dengan menyalakan lampu, maka menyalakan lampu menjadi sebuah anjuran dalam hal ini.
"Kalau kita kembali kepada hadis Nabi SAW adalah tentang kemaslahatannya. Kalau ternyata Anda matikan maslahat, ya matikan. Kalau ternyata dinyalakan untuk kebutuhan kemaslahatan (keamanan), ya nyalakan," terang Buya Yahya.
Adab-Adab Tidur Imam Al-Ghazali
Mengutip NU Online, Imam Al-Ghazali menerangkan empat adab menjelang tidur. Pertama, bersuci sebelum tidur. Siapa pun yang hendak tidur sebaiknya memastikan diri bahwa anggota badannya telah bersih baik dari kotoran-kotoran seperti tanah atau lumpur, sisa makanan dan sebagainya. Hal ini sangat baik apabila dilakukan dengan cara berwudhu sekaligus untuk bersuci dari hadas kecil. Badan yang bersih tentunya membuat kita tidur menjadi lebih nyaman.
Kedua, tidur di atas sisi kanan. Maksudnya adalah sebaiknya seseorang berbaring cenderung miring ke kanan. Hal ini juga sesuai dengan anjuran para dokter supaya tidur miring sehingga gravitasi bisa terjaga untuk menjaga isi perut. Posisi miring menghadap ke kanan bisa melindungi jantung dari tertindih atau tertekan organ lainnya, dan juga akan membantu mengistirahatkan otak kiri setelah seharian berpikir keras. Namun bagi yang memiliki gangguan asam lambung yang parah posisi miring ke kiri dimungkinkan lebih baik.
Ketiga, berdzikir kepada Allah swt hingga tidur. Dzikir merupakan obat penenang hati atau suasana batin. Setidaknya dengan membaca doa sebelum tidur yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
اَللّهُمَّ! بِاسْمِكَ أَحْيَا وَبِاسْمِكَ أَمُوْتُ
Allâhumma! Bismika ahyâ wa bismika amût.
Artinya, "Ya Allah! Dengan Nama-Mu, aku hidup dan dengan nama-Mu pula aku mati." (HR Muslim)
Keempat, berdoa ketika bangun dan memuji Allah SWT. Begitu kita bangun tidur, hal pertama yang kita lakukan adalah berdoa. Dalam posisi duduk tenang sambil memulihkan kesadaran dan keseimbangan badan, kita dapat mengucapkan doa bangun tidur yang diawali dengan bacaan hamdalah untuk memuji Allah SWT.
Doa itu sebagaimana dinukil dari hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Bukhari. Berikut doanya.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Alhamdulillâhil ladzî ahyânâ ba’da mâ amâtanâ wa iliahin nusyûr.
Artinya, “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami dan kepada Allah kami akan dibangkitkan.” (HR Bukhari)