Gus Baha Bagikan Resep agar Selalu Pandai Bersyukur, Praktikkan Setelah Baca Ini

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Bersyukur adalah sikap hati yang tampaknya sederhana namun sulit dijaga secara konsisten. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali menunda rasa syukur karena menganggap hidup belum sesuai harapan.

Namun, ulama alim alamah yang ceramahnya banyak ditunggu orang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha memberikan penjelasan menohok terkait cara berpikir dalam bersyukur. Menurutnya, banyak orang keliru memahami konsep syukur karena terlalu fokus pada hal yang muluk-muluk.

Dalam sebuah ceramahnya, Gus Baha menjelaskan bahwa keimanan kepada Allah seharusnya dimulai dari kesadaran akan kebutuhan paling dasar yang dipenuhi oleh Tuhan, yakni makan dan rasa aman.

Ulama asal Narukan, Rembang ini menyampaikan bahwa iman sejati lahir dari keyakinan bahwa Allah adalah pemberi rezeki. Sekalipun seseorang kecewa terhadap lingkungan sosialnya, hal itu tidak membuatnya mati. Namun jika tidak makan, barulah nyawa bisa terancam.

Dengan gaya tutur yang khas, Gus Baha menjabarkan pentingnya memahami bahwa Allah seringkali memperkenalkan diri lewat hal-hal keseharian, seperti memberi makan saat lapar atau memberi rasa tenang saat gelisah.

Dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @Menikmatihalal yang dikutip pada Rabu (16/04/2025), Gus Baha secara rinci mengajak umat Islam untuk merenungkan cara sederhana namun dalam dalam menyikapi nikmat.

Simak Video Pilihan Ini:

Tuntutan Keras Menteri Hanif Soal Hak-hak Parinah

Bersyukur saat Situasi Ideal Menurut Versi Sendiri

Menurutnya, banyak orang tidak sadar bahwa mereka baru bersyukur ketika hidupnya sesuai standar ideal versi dirinya sendiri. Padahal, nikmat Allah itu sudah hadir sejak kebutuhan paling dasar manusia terpenuhi.

“Kalau kamu nunggu bersyukur setelah punya istri cantik, nurut, nerima poligami, punya empat istri yang semuanya loyal, itu sombong betul,” ujarnya dengan nada humoris namun tajam.

Gus Baha menekankan bahwa syukur sejati tidak perlu menunggu kondisi sempurna. Bahkan saat lapar dan bisa makan, saat ngantuk dan bisa tidur, itulah momen paling tepat untuk bersyukur.

Pola pikir yang menunggu kesempurnaan untuk bisa bersyukur disebut sebagai bentuk kesombongan spiritual. Manusia yang seperti ini cenderung tidak akan pernah merasa cukup.

Dalam penjelasannya, Gus Baha juga menyoroti bahwa rasa kecewa terhadap tetangga, negara, mertua, atau pasangan adalah hal yang wajar. Namun kekecewaan ini tidak membatalkan kehidupan seseorang.

Yang membuat manusia bertahan hidup adalah rezeki yang datang dari Allah. Oleh sebab itu, rasa syukur harus dimulai dari kesadaran atas keberlangsungan hidup itu sendiri.

Rasa syukur tidak harus menunggu kesuksesan materi, status sosial, atau pengakuan dari orang lain. Cukup menyadari bahwa bisa makan dan tidur dengan tenang sudah menjadi nikmat luar biasa.

Pahami Konsep yang Sederhana

Menurut Gus Baha, memahami konsep syukur yang sederhana ini justru akan membuat hidup lebih ringan dan jauh dari rasa iri terhadap pencapaian orang lain.

Umat Islam diingatkan untuk tidak mempersulit diri sendiri dalam memahami cara bersyukur. Karena justru di balik kesederhanaan itu tersimpan kekuatan rohani yang besar.

Dengan membiasakan diri bersyukur atas hal-hal kecil, hati akan lebih lapang menerima takdir dan lebih mudah menjaga hubungan baik dengan sesama.

Ceramah Gus Baha ini tidak hanya menyegarkan pikiran, tetapi juga menjadi kritik terhadap gaya hidup modern yang serba menuntut kesempurnaan sebelum merasa puas.

Rasa lapar yang diikuti dengan makanan, serta rasa kantuk yang bisa diobati dengan tidur, merupakan contoh konkret dari kasih sayang Allah yang hadir setiap hari.

Manusia hanya perlu meluangkan sedikit waktu untuk merenung agar bisa melihat betapa banyak nikmat yang sudah diterima tanpa harus menunggu kesempurnaan.

Melalui penjelasan ini, Gus Baha mengajak umat Islam untuk menjadikan rasa syukur sebagai budaya hidup, bukan sekadar ungkapan saat sedang bahagia.

Ajaran ini juga menjadi pengingat bahwa iman kepada Tuhan bukan hanya soal ritual, tetapi juga tentang kesadaran akan peran Allah dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.

Dengan memahami resep syukur versi Gus Baha ini, diharapkan umat semakin bijak dalam menyikapi hidup dan tidak lagi menunda-nunda untuk bersyukur, kapan pun dan dalam kondisi apa pun.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |