Liputan6.com, Jakarta - Fenomena mualaf di Indonesia terus menjadi sorotan. Banyak pesohor yang menyatakan diri memeluk Islam, memunculkan pertanyaan lanjutan tentang kesiapan mereka dalam menjalankan ibadah wajib seperti sholat.
Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan adalah mengenai kemampuan membaca bacaan sholat, terutama surat Al-Fatihah, yang menjadi rukun dalam ibadah lima waktu.
Dai kondang KH Yahya Zainul Ma'arif, atau yang dikenal luas dengan nama Buya Yahya, memberikan penjelasan mendalam mengenai hal ini. Ia menjawab keresahan banyak orang yang baru masuk Islam dan belum bisa membaca Al-Fatihah.
Menurut Buya Yahya, seorang mualaf yang belum mampu membaca bacaan sholat tetap diwajibkan untuk melaksanakan sholat. Hal ini bukan menjadi alasan untuk menunda kewajiban tersebut.
Buya Yahya menjelaskan bahwa Islam tidak membebani seseorang melebihi kemampuannya. Maka, jika belum bisa membaca Al-Fatihah atau ayat Al-Qur’an lainnya, sholat tetap bisa dilakukan dengan bacaan zikir yang dikuasai.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, Kamis (17/04/2025), Buya Yahya menyampaikan jawaban atas pertanyaan seorang mualaf yang masih kebingungan dalam menjalankan sholat.
Ia mengatakan, jika seseorang baru masuk Islam dan belum hafal Al-Fatihah, maka ia cukup membaca zikir atau kalimat yang ia bisa, misalnya “Laa ilaaha illallaah” atau bentuk dzikir lainnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Detik-detik Polisi Lumpuhkan Pemuda Gila yang Bacok 6 Warga di Ajibarang, Banyumas
Sebisanya Dulu, Sembari Belajar
Sholat tetap harus dilakukan meskipun dengan keterbatasan tersebut. Tidak ada alasan untuk menunda atau meninggalkan sholat karena tidak bisa membaca dengan sempurna.
“Kalau Fatihah belum bisa, bacaan Qur’an belum bisa, sholatmu cukup dengan yang kamu bisa. Tapi besok tetap belajar, sampai bisa,” ucap Buya Yahya dalam penjelasannya.
Islam memberikan keringanan dalam situasi seperti ini, namun tidak menghapus kewajiban. Kunci utamanya adalah niat, usaha untuk belajar, dan tidak menunda-nunda.
Menurut Buya Yahya, kesungguhan untuk terus belajar dan memperbaiki diri itulah yang menjadi penentu nilai ibadah seseorang di sisi Allah.
Ia juga menekankan pentingnya tidak merasa minder atau putus asa. Seorang mualaf justru akan semakin kuat imannya jika ia terus belajar dan berusaha memahami Islam secara bertahap.
Buya Yahya menyampaikan bahwa Allah Maha Mengetahui kondisi hamba-Nya. Jika ada keterbatasan yang belum bisa diatasi, selama ada niat dan ikhtiar, maka amal tetap dinilai.
“Enggak ada istilah orang tidak sholat karena belum bisa bacaan. Sholat tetap wajib, lakukan dengan kemampuan yang ada,” tambahnya.
Dampingi Saudara Kita yang Mualaf
Bahkan jika yang bisa dibaca hanya satu kalimat dzikir, tetap gunakan itu dalam sholat. Yang penting, sholat dilakukan sesuai waktu dan tidak ditinggalkan.
Buya Yahya mencontohkan bahwa seorang mualaf bisa memulai sholat dengan takbiratul ihram “Allahu Akbar”, lalu melanjutkan dengan kalimat yang paling ia kuasai.
Lambat laun, jika istiqamah belajar dan berlatih, maka bacaan sholat akan dikuasai. Proses ini akan menguatkan iman dan kecintaan terhadap ibadah.
Ia juga berpesan kepada umat Islam yang sudah lama memeluk agama ini agar mendampingi para mualaf dengan sabar dan penuh kasih sayang.
Membantu mereka belajar, memberi contoh, serta menguatkan semangat mereka merupakan bagian dari dakwah dan bentuk ukhuwah Islamiyah yang hakiki.
Buya Yahya mengingatkan bahwa setiap muslim pernah memulai dari ketidaktahuan. Tidak ada yang langsung sempurna, semua butuh proses dan bimbingan.
Penjelasan ini menjadi penguat bagi para mualaf yang tengah berjuang memahami Islam. Sholat bukan perkara bisa atau tidak, tetapi perkara kemauan dan usaha.
Dengan semangat belajar dan ketulusan hati, insyaAllah setiap mualaf akan mampu menjalani ibadah dengan baik, dan menemukan keindahan dalam setiap gerakan sholatnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul