Cerita Lucu Ketika Gus Baha Cari Tahu Kenapa Saat Ini Dokter Kandungan Rata-Rata Laki-Laki

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena dokter kandungan yang mayoritas berjenis kelamin laki-laki sempat menjadi bahan pembicaraan hangat di tengah masyarakat. Tak terkecuali oleh ulama yang dikenal lugas KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, yang mengangkat topik ini dalam salah satu pengajiannya.

Dengan gaya khasnya yang sederhana namun elegan, Gus Baha menyinggung fenomena ini secara ringan namun tetap mengandung muatan reflektif. Ia bertanya-tanya, mengapa profesi dokter kandungan lebih banyak dijalani oleh laki-laki dibandingkan perempuan.

Pertanyaan tersebut muncul karena Gus Baha mengaku memiliki banyak santri yang juga merupakan muhibbin sekaligus berprofesi sebagai dokter kandungan. Kepada mereka, ia melontarkan pertanyaan yang membuat banyak orang penasaran.

“Kenapa sih dokter kandungan itu cowok? Saya punya banyak santri yang muhibin saya itu dokter kandungan. Tak tanya, kamu itu kok cowok kok jadi dokter kandungan, kan pekerjaannya seperti itu,” kata Gus Baha.

Pertanyaan itu ternyata mendapat jawaban tak terduga. Para dokter laki-laki itu menjawab dengan santai bahwa dari sepuluh orang yang mengikuti tes menjadi dokter kandungan, yang perempuan hanya dua yang lulus, sementara yang laki-laki lulus semua.

Penjelasan tersebut disampaikan Gus Baha dalam sebuah ceramah, yang tayang di kanal YouTube @Santrimoderngusbaha, dikutip Liputan6.com Kamis (17/04/2025). Tayangan tersebut menampilkan gaya khas Gus Baha yang sering memadukan ilmu, logika, dan humor dalam satu rangkaian pengajian.

Simak Video Pilihan Ini:

Jalur lintas selatan di perbatasan Cilacap dan Banyumas ini memang rawan ambles dan longsor

Alasan Perempuan Gagal Jadi Dokter Kandungan

Ia melanjutkan cerita, bahwa alasan perempuan tidak lulus tes dokter kandungan adalah karena tidak kuat mental saat menghadapi situasi darurat, seperti melihat darah atau ketuban pecah. Banyak yang langsung pingsan saat uji simulasi dilakukan.

Menurut Gus Baha, hal ini bukan menyalahkan perempuan, namun lebih pada soal kesiapan mental dan psikologis dalam menghadapi situasi medis tertentu. Laki-laki dianggap lebih tahan dalam menghadapi kondisi yang mendesak dan penuh tekanan.

“Yang secara psikologi ndablek itu kan memang lelaki,” kata Gus Baha sambil tertawa. Ia menambahkan bahwa laki-laki bisa santai menghadapi pasien, bahkan ketika proses persalinan berlangsung lama, mereka bisa menunggu sambil merokok di luar.

Kalimat itu pun sontak mengundang tawa para jemaah yang hadir dalam pengajian tersebut. Gaya Gus Baha yang kerap menyisipkan candaan membuat suasana pengajian terasa lebih hangat dan menyenangkan.

Ia juga menyebut bahwa jika perempuan menjadi dokter kandungan dan harus berjaga dari pukul 11.00 Wib hingga pukul 04.00 pagi, banyak yang sudah tumbang atau bahkan pingsan sebelum proses persalinan selesai.

Namun, Gus Baha menegaskan bahwa ceritanya ini bukan untuk membenarkan semua hal secara mutlak. Ia justru mengajak jamaah untuk mendengar dengan baik agar dapat memahami konteks secara utuh.

“Ini cerita bukan berarti saya menghalalkan. Kita harus mendengar. Saya ulang lagi, kita harus apa? Mendengar,” tegas Gus Baha sambil mengedukasi pentingnya menyimak informasi dengan seksama.

Pesan Mendalam dari Gus Baha soal Dokter Kandungan

Menurutnya, setelah mendengar dan memahami, barulah bisa dijadikan bahan kajian dalam disiplin ilmu yang lebih mendalam. Dalam konteks agama, ilmu seperti ini akan masuk dalam wilayah fikih atau hukum Islam.

Gus Baha menyampaikan bahwa mendengar dengan cermat adalah langkah awal untuk membentuk pemahaman yang benar terhadap suatu persoalan, termasuk dalam hal profesi dan bidang kesehatan.

Ia menilai bahwa dalam menentukan siapa yang cocok menjalani profesi tertentu, tidak cukup hanya berdasarkan jenis kelamin, tetapi juga kesiapan mental, tanggung jawab, dan kemampuan profesional.

Lebih lanjut, Gus Baha mengajak masyarakat untuk tidak cepat menyimpulkan sesuatu tanpa memahami latar belakang dan proses yang ada di dalamnya. Pemahaman yang dangkal justru bisa menimbulkan prasangka.

Melalui kisah jenaka ini, Gus Baha ingin menyampaikan pesan bahwa dalam setiap profesi, termasuk dokter kandungan, dibutuhkan kesungguhan dan kesiapan, terlepas dari apakah yang menjalankannya laki-laki atau perempuan.

Pengajian tersebut menjadi bukti bagaimana Gus Baha mampu membahas topik yang terkesan ringan namun ternyata memiliki makna yang dalam dan membuka ruang untuk berpikir lebih bijak dan ilmiah.

Di akhir pengajiannya, ia mengajak semua untuk terus belajar, mendengar, dan memahami secara menyeluruh sebelum mengambil sikap atau membuat penilaian terhadap suatu hal yang bersifat sosial maupun keagamaan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |