Kisah Hikmah Ketulusan Orangtua dalam Islam, Mengalir dari Generasi ke Generasi

Liputan6.com, Jakarta - Kisah hikmah Islam tentang ketulusan orangtua selalu menghadirkan pesan mendalam tentang cinta tulus yang tidak lekang oleh waktu. Dalam berbagai riwayat, kisah-kisah mulia ini menjadi cermin bagi umat Islam untuk memahami arti bakti dan keridhaan.

Kisah hikmah Islam tentang ketulusan orangtua juga menegaskan bahwa kasih sayang ayah dan ibu bukan sekadar perasaan, melainkan pengorbanan yang mengalir tanpa pamrih. Dari generasi ke generasi, nilai ini terus menjadi cahaya petunjuk bagi keluarga Muslim.

Di tengah kehidupan modern, cerita-cerita seperti kisah Uwais Al-Qarni, Abdullah bin Umar, hingga Abu Hurairah menjadi inspirasi bahwa ketulusan orangtua dan bakti anak tetap menjadi inti akhlak Islami.

Nilai-nilai tersebut tercermin dalam berbagai perjalanan hidup para tokoh teladan yang menghidupkan semangat kasih sayang dan pengorbanan.

Uwais Al-Qarni dikenal sebagai sosok sederhana, miskin, namun berhati seluas langit. Ia sangat mengutamakan ibunya yang sudah tua dan lumpuh.

Dengan kondisi fisik yang lemah, Uwais tetap bertekad memenuhi keinginan ibunya untuk berhaji. Tekad itu lahir dari cinta yang tulus dan doa yang tak pernah padam.

Uwais melatih seekor sapi untuk naik turun bukit agar siap membantu membawa ibunya menuju Mekkah. Banyak orang mengira tindakannya tidak masuk akal, tetapi Uwais tidak memedulikannya. Yang ia pikirkan hanya satu: kebahagiaan sang ibu yang ia hormati sepenuh hati.

Setelah berbulan-bulan melatih sapi tersebut, Uwais menggendong ibunya dan memulai perjalanan jauh menuju Tanah Suci. Langkahnya tertatih, namun hatinya kuat.

Perjalanan itu bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan spiritual yang penuh kerelaan. Setiap langkahnya adalah wujud cinta seorang anak kepada ibunya.

Allah kemudian mengangkat derajat Uwais karena ketulusan luar biasa itu. Rasulullah SAW bahkan menyebut Uwais sebagai penghuni langit.

Sabda Nabi SAW:

"خَيْرُ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ"

“Sebaik-baik tabi'in adalah seorang lelaki bernama Uwais.” (HR. Muslim)

Kisah ini menunjukkan bahwa bakti kepada orangtua adalah amal besar yang memuliakan seorang hamba. Bahkan, Allah meninggikan derajat orang yang mengutamakan ibunya.

Sabda Nabi SAW tentang keridhaan orangtua:"رِضَا اللّٰهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ"“Ridha Allah terletak pada ridha kedua orangtua.” (HR. Tirmidzi)

Doa seorang ibu pun menjadi sebab turunnya keberkahan yang tidak terhitung.

Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khattab, dikenal sebagai sahabat yang sangat taat dan penuh hormat kepada orangtuanya.

Setelah sang ayah wafat, Abdullah terus mencari cara untuk tetap berbakti. Ia menjaga sahabat-sahabat Umar, bersedekah atas nama ayahnya, dan selalu mendoakannya.

Ia pernah berkata bahwa berbuat baik kepada teman orangtua termasuk bentuk bakti yang dianjurkan. Ia selalu menegaskan pentingnya menjaga hubungan baik meskipun orangtua telah pergi untuk selamanya.

Abu Hurairah adalah teladan dalam mencintai ibunya. Ia selalu mengantarkan sang ibu masuk Islam melalui doa dan kesabaran. Ketika ibunya akhirnya menerima Islam, Abu Hurairah menangis bahagia dan menyebut hari itu sebagai hari terbaik dalam hidupnya.

Doa yang sering ia panjatkan untuk sang ibu adalah:

"اللَّهُمَّ اهْدِ أُمَّ أَبِي هُرَيْرَةَ"

Allahumma ihdi umma Abi Hurairah

Ya Allah, berilah hidayah kepada ibu Abu Hurairah.

Doa itu menunjukkan ketulusan seorang anak yang ingin kebaikan dunia-akhirat bagi orangtuanya.

Sahabat Usman bin Affan pernah memilih untuk tidak ikut berperang demi menemani ibunya yang sedang membutuhkan perawatannya. Keputusan itu bukan karena kelemahan, tetapi karena kesadaran akan kemuliaan bakti kepada orangtua. Ia ingin memastikan ibunya merasa tenang, dihormati, dan dirawat dengan penuh cinta. Bagi Usman, menemani ibunya adalah bentuk jihad yang tidak kalah mulia.

Anas bin Malik sejak kecil dididik oleh ibunya, Ummu Sulaim, untuk dekat dengan Rasulullah SAW. Saat ibunya meminta Anas untuk melayani Rasul, ia melakukannya dengan sepenuh hati. Ia tidak pernah mengeluh atau membantah. Anas tumbuh menjadi sahabat Nabi yang dikenal penuh kelembutan, ketaatan, dan bakti kepada ibunya. Ia menegaskan bahwa keberkahan umurnya adalah hasil doa ibunya yang tidak pernah terputus.

Keteladanan Para Sahabat untuk Generasi Kiniz

Kisah-kisah para sahabat ini mengajarkan bahwa berbakti kepada orangtua adalah jalan menuju keberkahan hidup. Melalui contoh mereka, umat Islam dapat belajar mengutamakan cinta, sabar, dan doa untuk orangtua. Bakti tersebut tidak berhenti saat orangtua wafat, karena doa dan amal jariyah tetap mengalir. Nilai-nilai ini penting dijaga dalam keluarga agar melahirkan generasi yang santun dan penuh hormat.

Islam menganjurkan anak untuk selalu mendoakan orangtua, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal.

Di antara doa yang paling dikenal adalah:

"رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ"

Rabbighfir li wa li-walidayya

Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orangtuaku.

Doa ini menjadi simbol cinta yang tidak pernah putus.

Ajaran bakti kepada orangtua tidak hanya termaktub dalam kisah-kisah teladan, tetapi juga menjadi bagian utama dalam akhlak seorang Muslim.

Kisah hikmah Islam tentang ketulusan orangtua kembali mengingatkan bahwa cinta mereka adalah jalan menuju ridha Allah, dan bakti seorang anak adalah amal mulia yang tak pernah sia-sia.

1. Apa manfaat berbakti kepada orangtua?

Berbakti membuka pintu rezeki, keberkahan umur, dan menjadi sebab turunnya ridha Allah.

2. Apakah bakti masih berlaku setelah orangtua meninggal?

Ya. Doa, sedekah, dan menjaga silaturahmi teman orangtua adalah bentuk bakti yang terus berlangsung.

3. Apa contoh bakti Uwais Al-Qarni kepada ibunya?

Ia menjaga ibunya yang lumpuh dan menggendongnya untuk berhaji dengan penuh pengorbanan.

4. Mengapa doa ibu sangat mustajab?

Karena doa orangtua lahir dari hati yang tulus dan penuh cinta, sehingga Allah memuliakannya.

5. Apa doa paling dianjurkan untuk kedua orangtua?

"رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا"Rabbirhamhuma kama rabbayani shaghira — Ya Allah, sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku saat kecil.