Liputan6.com, Jakarta- PT Pertamina (Persero) semakin gencar mengimplementasikan pencampuran etanol dalam produk bahan bakarnya. Langkah ini merupakan bagian dari upaya besar perusahaan untuk mendukung transisi energi menuju sumber daya yang lebih ramah lingkungan. Inovasi ini tidak hanya bertujuan mengurangi emisi karbon, tetapi juga meningkatkan kualitas bahan bakar yang tersedia bagi masyarakat.
Penggunaan etanol dalam BBM telah menjadi sorotan publik, terutama setelah munculnya diskusi mengenai spesifikasi BBM yang diimpor Pertamina. Beberapa pihak sempat mempertanyakan keberadaan etanol ini, padahal kebijakan ini sejalan dengan praktik global dan regulasi pemerintah. Pemahaman yang komprehensif mengenai kandungan etanol BBM Pertamina menjadi krusial untuk mengapresiasi upaya keberlanjutan energi nasional.
Kandungan etanol BBM Pertamina menawarkan berbagai manfaat signifikan, mulai dari peningkatan performa mesin hingga kontribusi nyata terhadap kelestarian lingkungan.
Di Indonesia, seluruh BBM yang dipasarkan harus sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan Kementerian ESDM (Migas). Selama spesifikasi tersebut terpenuhi, BBM dengan campuran etanol bisa dipasarkan, baik melalui impor maupun produksi dalam negeri. Pertamina pun menggunakan standar ini sebagai acuan.
Ragam Produk dan Regulasi Kandungan Etanol BBM Pertamina
Pertamina telah memperkenalkan beberapa produk bahan bakar yang mengandung etanol sebagai bagian dari komitmennya terhadap energi bersih. Salah satu produk unggulan adalah Pertamax Green 95, yang merupakan bahan bakar nabati (bioetanol) pertama di Indonesia untuk kendaraan bensin. Produk ini mengandung 5 persen etanol (E5) yang berasal dari molase tebu, menunjukkan potensi besar bahan bakar terbarukan.
Peluncuran Pertamax Green 95 dilakukan pada 20 Juni 2023, dengan distribusi perdana di Jakarta dan Surabaya mulai 24 Juli 2023. Selain itu, Pertamina juga mengembangkan Pertamax Green 92, yang merupakan hasil campuran Pertalite dengan 7 persen etanol. Bahkan, base fuel yang diimpor oleh Pertamina diketahui mengandung etanol sebesar 3,5 persen, menunjukkan bahwa penggunaan etanol telah menjadi bagian integral dari formulasi BBM perusahaan.
Penggunaan etanol ini didukung oleh regulasi pemerintah melalui Kementerian ESDM yang telah mengatur campuran bioetanol 5 persen (E5) pada bensin. Regulasi bahkan memperbolehkan penggunaan etanol hingga 20 persen, memberikan ruang bagi peningkatan persentase di masa depan. Kandungan etanol 3,5 persen dalam base fuel Pertamina juga telah dinyatakan aman dan sesuai standar internasional oleh para ahli.
Praktik pencampuran etanol dalam BBM bukanlah hal baru dan telah lazim di banyak negara maju. Amerika Serikat, Brasil, dan Thailand adalah contoh negara yang telah lama mengimplementasikan penggunaan etanol dalam bahan bakar mereka. Hal ini menunjukkan bahwa langkah Pertamina sejalan dengan tren global dalam mencari solusi energi yang lebih berkelanjutan.
Manfaat Etanol bagi Lingkungan dan Performa Kendaraan
Pencampuran etanol dalam BBM Pertamina membawa dampak positif yang signifikan, terutama dalam aspek lingkungan. Etanol menghasilkan lebih sedikit karbon dioksida (CO2) dibandingkan bahan bakar fosil murni, karena karbon yang dilepaskan saat pembakaran berasal dari penyerapan oleh tanaman melalui fotosintesis. Ini berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca secara keseluruhan.
Selain itu, campuran etanol juga efektif dalam mengurangi polusi udara. Dengan adanya etanol, kadar karbon monoksida dalam emisi kendaraan dapat ditekan, sehingga membantu meningkatkan kualitas udara di perkotaan. Inisiatif ini merupakan langkah nyata Pertamina dalam mendukung pencapaian target Net Zero Emissions (NZE) Indonesia pada tahun 2060.
Dari sisi performa kendaraan, etanol juga memberikan keuntungan yang tidak kalah penting. Penggunaan etanol 5 persen pada Pertamax Green 95 terbukti membuat akselerasi kendaraan lebih responsif. Etanol memiliki nilai oktan yang sangat tinggi, sekitar 128, sehingga pencampurannya dengan bensin dapat meningkatkan nilai oktan dan kualitas pembakaran bahan bakar secara keseluruhan.
Pertamax Green 95 dengan RON 95 juga berperan dalam menjaga kebersihan mesin kendaraan, memastikan kinerja optimal dan umur pakai yang lebih panjang. Pertamina mengklaim bahwa Pertamax Green 95 kompatibel untuk semua jenis kendaraan bensin, baik roda dua maupun roda empat, sehingga memberikan fleksibilitas bagi konsumen tanpa perlu khawatir akan dampak negatif pada mesin.
Selain meningkatkan angka oktan secara signifikan, etanol juga mengandung oksigen yang membantu pembakaran lebih sempurna. Ini membuktikan bahwa kandungan etanol dalam BBM adalah solusi yang terbukti aman dan bermanfaat, serta sejalan dengan upaya transisi energi global.
Dampak Ekonomi dan Ketahanan Energi Nasional
Implementasi kandungan etanol dalam BBM Pertamina juga memiliki implikasi ekonomi dan strategis yang luas. Salah satu manfaat utamanya adalah mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil. Sumber energi fosil yang terbatas dan harganya cenderung fluktuatif dapat digantikan sebagian oleh bioetanol yang berasal dari sumber daya terbarukan.
Penggunaan etanol secara signifikan dapat membantu mengurangi tekanan impor BBM, yang selama ini membebani neraca perdagangan Indonesia. Dengan memproduksi etanol secara domestik, ketahanan energi nasional dapat diperkuat, menjadikan negara lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan energinya. Ini adalah langkah penting menuju kedaulatan energi.
Tidak hanya itu, produksi etanol juga mampu menyokong perekonomian lokal secara langsung. Pemanfaatan bahan baku pertanian seperti tebu, singkong, jagung, atau nira aren untuk produksi etanol menciptakan permintaan bagi produk pertanian tersebut. Hal ini secara tidak langsung mendukung kesejahteraan petani lokal dan mendorong pertumbuhan sektor pertanian di berbagai daerah.