Mira Sahid, Pegiat Literasi Digital yang Aktif Mengedukasi Pentingnya Bijak Menyebar Informasi

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Pengalaman pernah mengalami kasus digital, membawa Mira Sahid aktif memberikan edukasi mengenai pentingnya literasi digital kepada masyarakat. Sebagai pegiat literasi digital, dia mengingatkan pentingnya bijak memilah informasi, menyebarkan informasi, hingga membiasakan membaca dari sumber yang terpercaya.

Mira Sahid menuturkan, ketertarikannya dengan dunia literasi dimulai ketika aktif menulis blog pada 2008 silam hingga akhirnya membuat komunitas Kumpulan Emak Blogger pada 2012 lalu. Kumpulan Emak Blogger merupakan wadah bagi ribuan perempuan, bukan sekadar tempat menulis blog, tetapi ruang aman untuk bercerita, berbagi, dan berdaya. 

Mira Sahid lalu bergabung dalam Siberkreasi - Gerakan Nasional Literasi Digital - yang diinisiasi sejumlah komunitas pada 2017.

"Dan sebetulnya sebelum ke situ di pertengahannya, tahun 2015 itu saya juga pernah mengalami kasus digital yang cukup viral pada saat itu, dan akhirnya ketika 2017 ada gerakan ini, saya jadi penasaran mencari tahu ya kenapa sih gitu orang-orang begitu frontal di media sosial karena saya kan mendapatkan komentar-komentar sensitif atas musibah yang saya alami saat itu. Nah dari situlah akhirnya kok menarik mempelajari literasi digital," kata Mira Sahid dalam perbincangannya dengan Liputan6.com, Minggu 13 Oktober 2025.

Dia mengatakan, ada pilar literasi digital yang dinamakan CABE, yakni cakap, aman, budaya, dan etika. Pilar ini dibentuk saat Siberkreasi berpatner dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sekarang berubah menjadi Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

"Nah kasus saya itu kan berhubungan dengan etik ya. Etika orang orang bagaimana sih di media sosial, kok bisa frontal. Dari situ saya mulai ikut bersama Siberkreasi dan juga ikut mengedukasi," kata Mira yang kini menjadi Wakil Ketua Umum Sibekreasi.

Dalam edukasi tersebut, dia mengingatkan kepada masyarakat itu tentang pentingnya tidak oversharing, hati-hati memaknai komentar, dan bagaimana menyikapinya.

Kondisi Literasi Digital di Tanah Air di Tengah Perkembangan AI

Mira Sahid mengatakan, literasi digital merupakan hal baru di Indonesia. Terutama terjadi saat pandemi Covid-19.

Masyarakat yang tidak menggunakan internet atau media sosial, diharuskan menggunakan teknologi digital. Sehingga ada kekagetan yang terjadi di tengah masyarakat. Di tengah kekagetan tersebut, datang teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

"Bayangkan saja masyarakat Indonesia harus kita beri edukasi, pasti prosesnya enggak mudah dan ada kekagetan itu. Ketika baru kita redam sedikit, sekarang sudah ada AI. Ya jadi masyarakat kaget lagi. Kita ngomongin CABE (cakap, aman, budaya, dan etika) saja belum semuanya, sekarang ada AI. Sementara regulasi AI juga kan bahkan di tingkat dunia belum ada, nah kita baru punya surat edaran dari Komdigi terkait tatanan bagaimana AI di Indonesia ini," kata Mira.

Dia mengatakan, literasi digital pilar cakap, aman, budaya, dan etika harus terus diedukasi. Karena betapa canggihnya AI, yang mengontrol media sosial dan optimasinya itu adalah diri sendiri. Dia pun berharap, edukasi dan pemanfaatan literasi digital bisa terus berjalan.

"Siberkreasi terus fokus untuk mempertahankan edukasi buat masyarakat dan alhamdulillah sih kalau saya lihat sekarang banyak selain kementerian, ada dinas dinas mulai literasi digital. Jadi mudah-mudahan nggak berhenti edukasinya biar orang semakin aware," kata dia.

Dia menambahkan, di komunitas Kumpulan Emak Blogger, para penulis blog belum sepenuhnya terpengaruh oleh AI dan ada idealisme bahwa mereka bisa membuat tulisan sendiri yang merupakan nilai lebih.

"Nah kalau untuk Siberkreaksi karena itu tadi dari pusatnya dari kementerian yang belum ada regulasi yang menentukan, akhirnya kami ketika ada acara itu lebih kepada awareness bahwa AI itu ada etiknya juga. Karena orang taunya AI itu chat GPT, Gemini, membuat foto dan sebagainya lalu bagaimana dari sisi keamanan, dari sisi etiknya Siberkreasi juga melakukan edukasi terkait seperti itu," kata Mira.

Tantangan dan Harapan Literasi Digital di Tanah Air

Mira mengatakan, masyarakat di Indonesia termanjakan dengan kemudahan teknologi, apalagi dengan kemunculan AI. Oleh karena itu critical thinking atau berpikir kritis harus dibangun. 

"Saya percaya literasi digital ini tetap fundamentalnya. Ya kalau kita bicara perkembangan teknologi, karena kalau orangnya enggak paham, kalau orang yang enggak ngerti, kalau orangnya enggak punya motivasi, ketika mereka mau bikin konten juga enggak punya daya kritis dalam mengembangkan ide," kata dia.

Dia berharap masyarakat dapat berpikir kritis terhadap konten-konten yang tersebar di ruang digital. Dengan berpikir kritis, maka  dapat melihat isi sebuah konten benar atau tidak.

"Bijak memilah informasi, kemudian bijak dalam menyebarkan informasi, jangan langsung sebar informasi sebelum valid dan biasakan membaca dari sumber yang terpercaya," kata dia.

Masyarakat juga diharapkan lebih awas soal keamanan digital, seperti data pribadi hingga keamanan kehidupannya.

"Mawas diri di ruang digital itu penting karena supaya tidak kena oversharing yang malah membuat kita jadi rugi juga. Jadi literasi digital penting, bijak memilah informasi dan menyebarkan informasi," tegas dia.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |