Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam di Indonesia bersinggungan langsung dengan dua dua sistem penanggalan sekaligus: Hijriyah dan Masehi. Karena itu, jelang pergantian tahun 2025 ke 2026 ini, muslim perlu mengetahui perbedaan tahun baru hijriyah dan tahun baru masehi dalam Islam.
Merujuk studi Sistem Perhitungan Kalender Hijriah dan Kalender Umat Islam di Indonesia, UIN Suska, meski keduanya berfungsi sebagai penanda waktu, Islam memandang penanggalan Hijriyah bukan sekadar angka, melainkan simbol identitas spiritual dan penanda sekaligus panduan waktu ibadah.
Memahami perbedaan antara keduanya sangat penting agar umat dapat menempatkan perayaan dan ibadah pada porsinya yang tepat. Perbedaan antara Tahun Baru Hijriyah dan Masehi terletak pada aspek sejarah, teknis, dan esensi spiritualnya.
Berikut ini adalah ulasan mengenai perbedaan tahun baru hijriyah dan tahun baru masehi dalam Islam.
Sistem perhitungan, sejarah, dan makna yang berbeda, yang tercermin dalam cara umat Islam memaknai tahun baru. Faisal Ismail dalam buku Islam, Doktrin, dan Isu-Isu Kontemporer, sebagaimana dilansir laman MIN 8 Boyolali menjelaskan seharusnya Tahun Baru Islam bukan sekadar perayaan pergantian tahun, melainkan juga sebagai pengingat kaum muslim atas peristiwa hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.
Berikut ini adalah perbedaannya:
1. Tanggal Awal Tahun
Tahun baru Masehi diawali tanggal 1 Januari. Waktu satu tahun Masehi akan berlangsung sejak Januari sampai 31 Desember. Kemudian masuk ke tahun berikutnya yang diawali dari 1 Januari.
Adapun tanggal pertama tahun Hijriyah adalah 1 Muharram. Satu tahun Hijriyah berlangsung selama 12 bulan hingga tanggal terakhir Dzulhijjah.
2. Waktu Pergantian Tahun
Waktu pergantian tahun Masehi terjadi pada pukul 00.00. Jangan heran kalau banyak orang yang rela menunggu pergantian tahun hingga tengah malam.
Berbeda dengan tahun baru Hijriyah. Waktu pergantian tahun Hijriyah terjadi pada waktu maghrib atau saat matahari terbenam.
3. Sistem Pergantian Tahun
Kalender Masehi dihitung berdasarkan pergerakan matahari terhadap bumi. Sedangkan kalender Hijriah berdasarkan pergerakan bulan terhadap bumi.
Oleh karena itu, satu tahun kalender Masehi dihitung berdasarkan durasi waktu yang dihabiskan bumi untuk mengelilingi matahari, yaitu sepanjang 365 hari atau 366 hari.
Sementara itu, satu tahun kalender Hijriyah berdasarkan durasi waktu yang dihabiskan bulan untuk mengelilingi bumi selama setahun. Satu tahun Hijriyah bisa mencapai 354-355 hari.
4. Tidak Pernah Terjadi di Waktu yang Sama
Mengingat cara perhitungan banyaknya hari selama satu tahun Masehi dan Hijriyah berbeda, maka perayaan tahun baru kedua kalender ini tidak pernah terjadi di hari yang sama.
Sebagai contoh, tahun baru 1445 Hijriyah bertepatan pada Selasa, 18 Juli 2023. Sedangkan, tahun baru Masehi bertepatan pada Senin, 1 Januari 2023.
5. Pengamalan Doa dan Maknanya
Setiap tahun baru Masehi tidak ada anjuran khusus untuk membaca doa akhir maupun awal tahun. Namun, pada tahun baru Hijriyah terdapat doa khusus akhir dan awal tahun sebagaimana yang dilakukan banyak ulama.
Faisal Ismail menekankan bahwa bagi Muslim, Tahun Baru Hijriyah adalah momentum transformasi dari keburukan menuju kebaikan, bukan sekadar perayaan seremonial.
6. Perayaan
Tahun baru Masehi kerap dirayakan oleh semua umat manusia, mengingat sistem penanggalannya banyak digunakan di berbagai negara dan menjadi kalender universal oleh sebagian besar masyarakat di seluruh dunia.
Sementara, tahun baru Hijriyah lebih khusus dirayakan oleh umat Islam. Tahun baru Hijriyah mengingatkan Muslim pada peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dan para sahabat dari Makkah ke Madinah.
Syaikh Sholeh Al- Fauzan Hafizhohullah sebagaimana dikutip laman Kemenag Aceh, perayaan tahun baru itu termasuk merayakan yang tidak disyariatkan. Karena hari raya kaum muslim hanya ada 2 (dua), yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
7. Penggunaan dalam Kehidupan Umat Islam
Ibadah:
Hijriyah: Puasa Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha, bulan haram.
Masehi: Tidak terkait langsung dengan ibadah wajib.
Administrasi Sipil
Hijriyah: Terbatas pada hari libur keagamaan resmi
Masehi: Digunakan secara nasional dan internasional.
Kegiatan Sehari-hari
Hijriyah: Untuk acara keagamaan dan tradisi Islam.
Masehi: Untuk aktivitas umum: pendidikan, bisnis, pemerintahan.
Penanggalan Resmi
Hijriyah: Di Indonesia digunakan bersama kalender Masehi.
Masehi: Kalender resmi negara dan dunia internasional.
People Also Ask:
Apa perbedaan tahun baru Hijriah dengan tahun baru Masehi?
Penanggalan 1 pada kalender Masehi ditetapkan berdasakan kelahiran Nabi Isa AS. Sedangkan, penanggalan kalender Hijriah didasarkan pada hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah. Dalam kalender Hijriah sangat berkaitan erat dengan umat Muslim sehingga angka penanggalannya menggunakan angka atau ejaan arab.
Apa perbedaan tahun Hijriah dan tahun Masehi?
Perbedaan utama kalender Masehi dan Hijriah terletak pada dasar perhitungannya: Masehi berbasis Matahari (syamsiah) dengan 365/366 hari setahun mengikuti pergerakan Bumi mengelilingi Matahari, sedangkan Hijriah berbasis Bulan (qamariyah) dengan 354/355 hari setahun mengikuti siklus Bulan, sehingga awal tahun dan tanggalnya selalu bergeser sekitar 10-11 hari lebih awal setiap tahun Masehi, serta penentuan awal bulan Hijriah berdasarkan hilal.
Tahun baru Islam apakah sama dengan tahun baru Hijriyah?
Apa Itu Tahun Baru Islam? Tahun Baru Islam atau 1 Muharram adalah hari pertama dalam kalender Hijriyah, yang merupakan sistem penanggalan umat Islam. Kalender ini didasarkan pada peredaran bulan (lunar calendar), berbeda dengan kalender Masehi yang berdasarkan peredaran matahari.
Kenapa tahun Hijriah tidak sama waktunya dengan tahun Masehi?
Perbedaan kalender Hijriah dan Masehi terletak juga pada sejarah penanggalan. Penanggalan 1 pada kalender Masehi didasarkan pada kelahiran Nabi Isa as, sedangkan untuk penanggalan 1 pada kalender Hijriah didasarkan pada hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah.
Hikmah Tahun Baru bagi Umat Islam
Malam pergantian tahun, baik Hijriyah maupun Masehi, memiliki esensi yang sangat dalam bagi seorang Muslim jika dipandang dari kacamata iman. Berikut ini adalah hikmah malam tahun baru bagi umat Islam:
1. Momentum Muhasabah (Evaluasi Diri)
Hikmah utama adalah sebagai sarana muhasabah. Umat Islam diajak untuk menghitung amal perbuatan di masa lalu sebelum nantinya dihisab oleh Allah SWT. Sebagaimana perkataan Umar bin Khattab RA: "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab."
2. Pengingat Berkurangnya Jatah Usia
Bertambahnya angka tahun secara hakiki berarti berkurangnya jatah umur manusia di dunia. Hal ini menjadi alarm spiritual bahwa setiap detik yang berlalu membawa kita semakin dekat dengan kematian (ajal) dan alam akhirat, sehingga mendorong kita untuk lebih menghargai waktu.
3. Pembaruan Niat dan Semangat (Tajdidun Niyah)
Malam tahun baru menjadi titik tolak untuk memperbaiki niat. Jika tahun sebelumnya masih banyak kekurangan dalam ibadah atau akhlak, maka pergantian tahun adalah waktu yang tepat untuk berazam (bertekad) kuat menjadi pribadi yang lebih bertaqwa dan bermanfaat bagi sesama.
4. Manifestasi Syukur atas Nikmat Umur
Diberikan kesempatan menemui tahun yang baru adalah nikmat besar. Hikmahnya adalah agar kita bersyukur karena Allah masih memberikan waktu untuk bertaubat dan menabung amal saleh yang mungkin belum maksimal di tahun-tahun sebelumnya.
5. Memperkuat Identitas Keislaman (Khusus Hijriyah)
Khusus pada malam tahun baru Hijriyah, hikmahnya adalah mengenang perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat. Ini berfungsi mempertebal kebanggaan terhadap sejarah Islam dan memotivasi umat untuk melakukan "hijrah" secara maknawi—yakni berpindah dari kemaksiatan menuju ketaatan.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2846286/original/063923800_1562395389-20190706-Pengecekan-Kelengkapan-Administrasi-Calon-Jemaah-Haji10.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4863721/original/068009200_1718356035-20240614-Jamaah_Haji_di_Mina-AP_4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4463324/original/051349000_1686577046-SA_I.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5451540/original/053220900_1766307642-WhatsApp_Image_2025-12-21_at_09.57.19.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450229/original/030945800_1766134797-unnamed__2_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5455417/original/084015300_1766655228-Gemini_Generated_Image_w0c7rcw0c7rcw0c7.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3309137/original/055065200_1606475068-nurhan-yC70QqvrPRk-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4010958/original/004782000_1651214800-20220429-Itikaf-Lailatul-Qadar-2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1817306/original/097946200_1514746860-Kembang-Api-Monas1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3120324/original/086880400_1588687274-Berdoa_22.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5073993/original/091259700_1735691045-WhatsApp_Image_2024-12-31_at_16.05.22.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5232681/original/059350000_1748244365-Gemini_Generated_Image_hs2t9hs2t9hs2t9h.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5210969/original/067795200_1746521381-48245f82-ed09-40ef-883e-a15efe7e07c5.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5435250/original/089688200_1765013911-_DSC2841.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3639110/original/044468000_1637473322-mengaji.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1100208/original/031739700_1451743525-20160101-Kembang-Api-Penjuru-Dunia-AFP-Photo-01.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4700453/original/094011300_1703750925-Ilustrasi_malam_pergantian_tahun__perayaan_Tahun_Baru.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5455045/original/016894200_1766623215-baribadah_di_malam_lailatul_qadar.jpg)


















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5316291/original/015050100_1755231247-5.jpg)










