Sudah Siap Menikah tapi Calon belum Jelas, UAH Bagikan Cara Ikhtiar Menjemput Jodoh

6 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Menanti jodoh sering kali menjadi fase yang penuh harap sekaligus penuh tanya. Ada yang sudah siap secara materi dan mental, namun calon pasangan alias jodoh belum juga datang.

Fenomena ini tidak jarang membuat banyak orang kebingungan harus mulai dari mana. Bahkan, ada yang sudah menetapkan tanggal pernikahan dan menyiapkan mahar, namun belum juga menemukan calon pasangan.

Pendakwah Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan mengenai hal ini. Ia membahas langkah-langkah ikhtiar yang bisa dilakukan oleh mereka yang sungguh-sungguh ingin menikah karena Allah.

Menurut UAH, yang paling penting dalam proses pencarian jodoh adalah niat. Niat yang lurus akan membawa seseorang ke arah yang benar dalam proses menjemput jodoh.

Dari tayangan video di kanal YouTube @TabunganAkhiratTV, dikutip Kamis (17/04/2025), UAH menyampaikan bahwa niat menikah harus ditujukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul.

Setelah niat tertata dengan benar, langkah berikutnya adalah mencari di tempat yang sesuai. Menurut UAH, seseorang tidak akan menemukan jodoh yang baik di tempat yang jauh dari Allah.

Simak Video Pilihan Ini:

Menengok Pembiakan Ikan Dewa di kaki Gunung Slamet, Banyumas

Cari Jodoh di Tempat Ini

“Carilah di tempat-tempat yang mendekatkan kepada Allah, seperti masjid, majelis ilmu, dan lingkungan pesantren,” ucap UAH dalam tayangan tersebut.

Ia menegaskan bahwa tidak perlu merasa malu untuk bertanya atau menyampaikan keinginan menikah kepada orang-orang yang dipercaya dan berada di lingkungan yang baik.

Jika perlu, kata UAH, datangi para kiai atau ustadz di pesantren dan sampaikan dengan jujur dan santun bahwa sedang dalam proses mencari pasangan hidup.

Dalam contoh yang disampaikan UAH, seseorang dapat datang ke pesantren dan mengatakan, “Alhamdulillah saya usia 26 tahun, penghasilan cukup, dan ingin menikah karena Allah.”

Pernyataan seperti itu, lanjut UAH, menunjukkan kesiapan sekaligus kejujuran. Itu akan memudahkan para guru atau kiai untuk mencarikan pasangan yang sejalan secara visi dan misi hidup.

UAH menambahkan bahwa seseorang tidak perlu merasa rendah diri jika belum sempurna dalam ilmu agama atau hafalan Al-Qur’an. Yang penting adalah komitmen untuk terus belajar.

Misalnya, seseorang baru hafal juz 30, tidak masalah. Sampaikan saja bahwa sedang dalam proses dan berharap mendapatkan pasangan yang bisa mendampingi menuju hafalan lebih banyak.

Cara berpikir yang positif akan menumbuhkan harapan dan ketulusan dalam proses ikhtiar. Ini jauh lebih baik daripada sekadar menunggu tanpa usaha yang jelas.

Perluas Silaturahmi Yuk

UAH juga menyarankan agar memperluas silaturahmi, memperbanyak doa, dan aktif dalam kegiatan keagamaan agar lebih mudah mendapatkan informasi dan dikenalkan dengan calon yang tepat.

Lingkungan yang baik akan membawa pada peluang-peluang yang juga baik. Maka penting untuk menjaga kualitas pergaulan agar ikhtiar jodoh tetap berada dalam jalur yang diridhai Allah.

Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa jodoh adalah bagian dari takdir, namun ikhtiar adalah kewajiban. Maka, keduanya harus berjalan beriringan.

Ia juga menekankan bahwa tidak ada salahnya menyampaikan niat menikah kepada orang tua, guru, atau sahabat dekat, karena mereka bisa menjadi jalan wasilah pertemuan dengan jodoh.

Menurut UAH, saat seseorang sudah siap secara lahir batin dan menyerahkan urusannya kepada Allah, maka Allah sendiri yang akan membimbing menuju pasangan terbaik.

Yang paling penting, kata UAH, adalah menjaga niat, memperbaiki diri, dan tetap berada di lingkungan yang diberkahi agar jodoh yang datang pun membawa kebaikan dunia dan akhirat.

Dengan pendekatan seperti ini, proses menjemput jodoh tidak lagi menjadi beban, melainkan bagian dari ibadah yang menyenangkan dan penuh harapan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |