UAH Ungkap Pahala Kurban yang Jarang Diketahui, Seluruh Bagian Tubuh Akan Merasakan

8 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang datangnya bulan Dzulhijjah, umat Islam di berbagai belahan dunia bersiap diri untuk menyambut momen istimewa yang penuh dengan keberkahan, Idul Adha 2025.

Salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam periode ini adalah berkurban, sebuah ibadah yang tidak hanya melibatkan pengorbanan harta, tetapi juga ketulusan hati.

Membahas tentang pahala kurban, seorang pendakwah muda Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat (UAH), memberikan penjelasan mendalam mengenai keutamaan dan tuntunan menjalankan ibadah kurban. Dalam ceramahnya, UAH menekankan pentingnya memahami aturan sejak dini sebelum melaksanakan kurban.

Menurut UAH, ketika seseorang telah berniat untuk berkurban, sejak saat itu pula ketentuan tertentu sudah berlaku. UAH mengutip Hadis Muslim nomor 1977 yang menyatakan bahwa ketika awal bulan Dzulhijjah tiba, khususnya pada 10 hari pertama, umat Islam disarankan lebih berhati-hati dalam menjaga kondisi fisik, termasuk rambut dan kuku.

Dikutip Senin (19/05/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @Quotes_Hijrah_Time, UAH menjelaskan bahwa saat seseorang sudah meniatkan kurban, maka sejak saat itu tidak diperbolehkan memotong rambut dan kuku sampai hewan kurban disembelih. Hal ini bertujuan agar seluruh tubuh tetap utuh, sebagai bentuk pengharapan ampunan dari Allah.

UAH juga mengingatkan agar sebelum hewan kurban disembelih, tidak ada bagian tubuh yang dipotong, baik rambut, kuku, maupun bulu lainnya. Tindakan ini diyakini dapat menjaga kesempurnaan diri di hadapan Allah, sehingga ketika pengampunan diberikan, seluruh bagian tubuh ikut merasakan.

Simak Video Pilihan Ini:

Konser Farel Prayoga Sepi, Kok Bisa?

10 Hari Pertama Hari Penuh Pahala

Bukan hanya tentang menjaga kebersihan fisik, UAH juga menyampaikan bahwa 10 hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang sangat mulia dan penuh pahala. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti puasa dan amal saleh, karena pahalanya bisa melebihi jihad fisabilillah.

UAH menegaskan, membaca Al-Qur'an pada periode ini dapat bernilai lebih dari jihad, bahkan berinfak walaupun dalam jumlah kecil bisa dicatat sebagai jihad fisabilillah. Hal ini menunjukkan betapa besar nilai pahala di awal Dzulhijjah.

Dalam ceramahnya, UAH mengingatkan agar umat Islam tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. "Jika ada kesempatan untuk memperbanyak ibadah, jangan ragu. Karena kita tidak tahu apakah masih diberi umur panjang untuk bertemu dengan Dzulhijjah berikutnya," ungkapnya.

Selain itu, UAH juga memberikan tips sederhana bagi umat yang ingin meningkatkan amalannya. Salah satunya adalah memanfaatkan waktu subuh hingga matahari terbit dengan berdzikir dan membaca Al-Qur'an.

UAH juga mengajak umat Islam untuk memperbanyak doa, terutama memohon ampunan dan keberkahan hidup. Menurutnya, doa yang dipanjatkan pada 10 hari pertama Dzulhijjah sangat besar kemungkinannya dikabulkan.

Jaga Niat Berkurban

"Mari kita optimalkan kesempatan ini. Jangan sampai menyesal ketika waktu berharga ini berlalu," kata UAH.

Bagi umat Islam yang akan berkurban, UAH mengingatkan untuk benar-benar menjaga niat dan ketulusan. Karena sesungguhnya kurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi juga menyucikan jiwa dan meningkatkan ketakwaan.

Kurban adalah simbol ketaatan kepada Allah, dan UAH menegaskan bahwa keikhlasan dalam berkurban akan membuka pintu ampunan serta keberkahan dalam hidup.

Selain berkurban, UAH juga menganjurkan umat untuk memperbanyak sholat sunnah dan memperbaiki hubungan dengan sesama. Karena amal ibadah yang dilakukan dengan ikhlas akan semakin melengkapi nilai kurban itu sendiri.

UAH mengingatkan bahwa kebiasaan baik yang dimulai di awal Dzulhijjah bisa menjadi modal amal hingga akhir hayat. Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk terus istiqamah dalam menjalankan amalan-amalan tersebut.

Momen Memperbaiki Diri

Peringatan lain yang disampaikan UAH adalah untuk tidak mudah tergoda oleh kesibukan duniawi yang dapat mengalihkan fokus dari ibadah. Ia mengingatkan pentingnya mengatur waktu dengan bijak.

"Sering kali kita terjebak dengan rutinitas hingga lupa menyisihkan waktu untuk beribadah. Padahal, inilah momen yang penuh pahala," tutur UAH.

Pada akhir ceramahnya, UAH berpesan agar umat Islam tidak hanya berfokus pada persiapan kurban secara materiil, tetapi juga mempersiapkan diri secara spiritual. Karena sesungguhnya kurban adalah bentuk penyucian diri dan peningkatan keimanan.

Bagi umat Islam yang telah berniat berkurban, UAH mengimbau agar tidak ragu meluruskan niat semata-mata karena Allah. Dengan begitu, setiap tetes darah kurban akan menjadi saksi ketakwaan di hadapan-Nya.

Menutup ceramahnya, UAH menyampaikan doa agar seluruh umat diberikan kekuatan untuk melaksanakan ibadah kurban dengan ikhlas serta mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah.

Momentum Dzulhijjah adalah kesempatan bagi umat untuk memperbaiki diri dan mendekatkan hati kepada Allah. UAH berharap agar umat tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan terus berusaha meningkatkan amal kebaikan.

 Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |