9 Murid Syaikhona Kholil Bangkalan yang Tersohor dan Warisannya Masih Hidup hingga Hari Ini

6 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Jejak keilmuan Islam di Nusantara tidak lepas dari sosok-sosok besar yang mengabdikan hidupnya untuk dakwah dan pendidikan pesantren. Salah satunya adalah Syaikhona Kholil Bangkalan, ulama karismatik asal Madura yang dikenal sebagai guru para kiai besar di Indonesia.

Dari tangan Syaikhona Kholil, lahirlah para murid yang kelak menjadi tokoh penting dalam sejarah pesantren, perjuangan bangsa, hingga pendirian organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Dilansir dari tayangan video di kanal YT @SPORTS_30626 Rabu (23/04/2025), terungkap daftar sembilan murid Mbah Kholil Bangkalan yang namanya masih harum dan warisannya tetap hidup sampai hari ini.

Sosok pertama adalah Kiai Haji Hasyim Asy'ari, pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang juga dikenal luas sebagai pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Tak hanya membangun lembaga pendidikan, Kiai Hasyim juga dikenal aktif dalam perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan Jepang. Namanya tercatat sebagai pahlawan nasional.

Murid kedua adalah Kiai As'ad Syamsul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo. Pesantren ini kini menjadi salah satu pesantren terbesar dengan belasan ribu santri.

Kiai As'ad juga dikenal sebagai tokoh penting dalam muktamar-muktamar NU dan berperan dalam sejarah pengesahan dasar negara Pancasila sebagai konsensus bangsa.

Simak Video Pilihan Ini:

Buntut Tawuran Antar-Geng Lintas Kabupaten Pemalang-Pekalongan, 4 Bocil Diancam Penjara 10 Tahun

Tokoh Lainnya

Tokoh ketiga ialah Kiai Haji Wahab Hasbullah, pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang. Ia juga dikenal sebagai pencetus istilah "Nahdlatul Ulama" dan penggerak kebangkitan pesantren.

Keempat, ada nama Kiai Bisri Syansuri, pendiri Pesantren Denanyar Jombang. Ia adalah ulama ahli fiqih dan pernah menjabat sebagai Rais Aam Syuriah PBNU.

Lalu, Kiai Maksum dari Rembang, Jawa Tengah, yang juga menjadi pengasuh dan pendiri pesantren berpengaruh di daerahnya.

Di posisi keenam, ada Kiai Bisri Mustofa, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Rembang. Ia dikenal sebagai seorang mufasir atau penafsir Al-Qur’an.

Karya monumental Kiai Bisri Mustofa adalah tafsir Al-Ibriz, kitab tafsir dalam bahasa Jawa pegon sebanyak tiga jilid yang masih dibaca hingga kini.

Murid ketujuh dari Syaikhona Kholil adalah Kiai Muhammad Siddiq dari Jember. Ia mendirikan pesantren Siddiqiyah yang hingga kini terus berkembang.

Kemudian ada Kiai Muhammad Hasan Genggong, pendiri Pondok Pesantren Zainul Hasan di Probolinggo. Ribuan santri dari berbagai penjuru Indonesia belajar di pesantren ini.

Tokoh terakhir dalam daftar ini adalah Kiai Zaini Mun’im, pendiri pesantren Nurul Jadid di Probolinggo yang juga menjadi tempat belajar para santri dari berbagai daerah.

Warisan Syaikhona Kholil Bangkalan

Sembilan tokoh tersebut bukan hanya ulama besar, tetapi juga pembangun peradaban Islam di Indonesia melalui pesantren yang mereka dirikan.

Pesantren yang mereka kelola berkembang menjadi pusat pendidikan Islam yang kuat, melahirkan santri-santri yang kelak menjadi pemimpin umat.

Warisan Syaikhona Kholil tidak hanya berupa ajaran, tapi juga dalam bentuk murid-muridnya yang telah melahirkan ribuan bahkan jutaan generasi santri hingga kini.

Keteladanan dalam ilmu, adab, dan perjuangan para murid Syaikhona Kholil menjadi bukti bahwa pendidikan spiritual dan intelektual bisa membangun peradaban besar.

Nama-nama seperti Hasyim Asy'ari, Wahab Hasbullah, dan Bisri Mustofa, kini menjadi bagian penting dalam sejarah Islam dan bangsa Indonesia.

Generasi muda Islam diajak untuk meneladani semangat belajar, keteguhan dalam perjuangan, serta dedikasi terhadap umat yang telah diwariskan oleh para ulama terdahulu.

Melalui pesantren, ajaran Syaikhona Kholil terus berdenyut hingga hari ini, mengalir dalam darah para santri yang masih setia menuntut ilmu.

Semoga daftar murid Syaikhona Kholil ini menginspirasi generasi muda untuk terus mencintai ulama, menghargai ilmu, dan menjaga tradisi pesantren.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |