Bolehkah Memohon kepada Allah untuk Wafat di Tanah Suci? Simak Penjelasan Hukumnya

6 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Makkah adalah tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW dan lokasi Ka'bah yang menjadi kiblat utama umat Islam. Sementara Madinah adalah kota yang dipenuhi jejak perjuangan Rasulullah dan para sahabat dalam menegakkan Islam.

Tak heran bila banyak umat Muslim yang merindukannya, bukan hanya untuk mengunjungi, tetapi juga untuk dapat menetap, bahkan menghembuskan nafas terakhir mereka di sana.

Ada harapan akan kemuliaan akhir hayat dan kemudahan memperoleh rahmat Allah dengan berpulang di kota yang suci.

Keinginan ini sering kali diwujudkan dalam bentuk doa yang tulus, dilantunkan dalam sujud panjang atau di sela-sela ibadah haji dan umrah. Sebagian, ada pula yang beranggapan bahwa meninggal di tanah suci bisa mendapatkan keutamaan mati syahid.

Lantas, bagaimanakah hukumnya memohon doa kepada Allah agar diwafatkan di Tanah Suci? Apakah harapan untuk wafat di tempat mulia termasuk dalam bentuk tawakal?

Saksikan Video Pilihan ini:

Pejabat Jatuh dari Kuda di Kirab Hari Jadi Banyumas

Hukum Berdoa Meninggal di Tanah Suci

Mengutip dari laman muslim.or.id, terdapat ulama yang berpendapat hukumnya sunnah berdoa meninggal di tempat yang mulia dan tanah suci Mekkah dan Madinah termasuk tanah mulia.

Salah satu dalilnya adalah perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mendapatkan keutamaan meninggal di Madinah yang merupakan tanah suci. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالْمَدِينَةِ فَلْيَمُتْ بِهَا فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوتُ بِهَا

“Barangsiapa yang ingin mati di Madinah, maka matilah di sana. Sesungguhnya aku akan memberi syafa’at bagi orang yang mati disana”. (HR Ahmad & Tirmidzi)

Akan tetapi meninggal di sini bukanlah meninggal yang diusahakan sendiri misalnya sengaja membuat dirinya sakit di Madinah, sengaja kecelakaan di Madinah atau malah bunuh diri di tanah suci, akan tetapi kematian yang alami sesuai dengan takdir Allah. Hendaknya ia sabar hidup di kota Madinah dengan segala cobaannya.

At-Tibiy berkata,

“Perintah agar meninggal di Madinah bukanlah dengan usahanya sendiri, tetapi kembali kepada Allah (sesuai dengan takdir Allah). Hendaknya ia tetap bertahan tinggal di Madinah dan berusaha tidak meninggalkannya.” (Tuhfatul Ahwadzi 10/286)

Hal ini selaras juga dengan penjelasan An-Nawawi, beliau berkata,

“Para Ulama menjelaskan bahwa hadis yang disebutkan (tentang kota Madinah) pada bab sebelumnya menunjukkan dalil yang jelas tentang keutamaan tinggal di kota Madinah dan besabar atas ujian dan kesesuhan hidup di kota Madinah. Keutamaan ini berlaku terus-menerus sampai hari kiamat.” (Syarh Shahih Muslim 9/151) 

An-Nawawi juga menjelaskan disunnahkannya berdoa agar diwafatkan di tanah suci. Beliau berkata,

يستحب طلب الموت في بلد شريف

“Disunnahkan meminta kematian di tanah yang mulia/suci.” (Al-Majmu’ 5/106).

Hikmah Besar Meninggal di Tanah Suci

Salah satu hikmah besar meninggal di tanah suci adalah banyak orang shalih yang akan mendoakannya dan berkahnya orang- orang shalih di tanah suci tersebut, baik yang sudah meninggal maupun masih hidup.

Apakah akan mendapatkan keutamaan mati syahid? Untuk hal ini diperlukan dalil untuk menyatakan mereka yang meninggal di tanah suci (atau sedang melakukan ibadah haji) akan mati syahid. Dalam hal ini tidak ada dalil dan nash tegas yang menyatakan demikian. Dalil yang ada adalah mengenai keutamaan orang yang meninggal ketika sedang melakukan haji dan umrah, akan mendapatkan pahalanya sampai hari kiamat. Perhatikan hadis berikut:

“Barangsiapa keluar untuk berhaji lalu meninggal dunia, maka dituliskan untuknya pahala haji hingga hari kiamat. Barangsiapa keluar untuk umrah lalu meninggal dunia, maka ditulis untuknya pahala umrah hingga hari kiamat. Dan barangsiapa keluar untuk berjihad lalu mati maka ditulis untuknya pahala jihad hingga hari kiamat.” (HR Abu Ya’la. lihat Shahih At Targhib 1114)

Apabila jamaah haji meninggal di kota Madinah, ia akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perhatikan hadits berikut:

لَا يَصْبِرُ أَحَدٌ عَلَى لَأْوَائِهَا فَيَمُوتَ إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا أَوْ شَهِيدًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا كَانَ مُسْلِمًا

“Tidaklah seseorang sabar terhadap kesusahannya (Madinah) kemudian dia mati, kecuali aku akan memberikan syafa’at padanya, atau menjadi saksi baginya pada hari Kiamat. Jika dia seorang muslim” (HR. Muslim)

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |