Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2025 dibuka dengan berbagai tantangan spiritual yang kian kompleks, terutama di kalangan anak muda. Dalam hiruk pikuk kehidupan modern, banyak generasi muda yang mulai mempertanyakan arah dan makna hidup mereka, terlebih dalam hal ibadah, terkadang bahkan ada yang minder.
Ulama ahli tafsir KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha memberikan pesan mendalam yang patut menjadi renungan bersama. Pesan ini menyinggung tentang hakikat kenikmatan sejati dalam hidup seorang manusia, terutama terkait dengan nikmatnya menjalankan sholat dan puasa.
Gus Baha mengingatkan bahwa ukuran kenikmatan hidup tidak bisa hanya dinilai dari aspek materi atau kebebasan duniawi. Ada nikmat yang jauh lebih tinggi nilainya, yaitu ketika seseorang ditakdirkan Allah untuk mampu menjalankan ibadah dengan khusyuk dan istiqomah.
Menurutnya, banyak orang yang tampak sukses secara lahiriah namun sejatinya kehilangan nikmat terbesar, yakni hidayah untuk sholat dan taat pada aturan Allah. Ini menjadi peringatan penting agar anak muda tidak mudah silau pada kehidupan yang tampak gemerlap namun kosong secara ruhani.
Dilansir Sabtu (03/05/2025) dari saluran YT Story Ngaji Gus Baha, Gus Baha menjelaskan bahwa kita harus mulai menanamkan dalam pikiran bahwa nikmatnya orang yang tidak sholat dan tidak puasa itu bukanlah nikmat sejati.
Dalam penjelasannya, Gus Baha menyampaikan, "Jadi harus Anda mulai berpikir bahwa apapun nikmatnya orang enggak sholat, nikmatnya orang enggak puasa, itu bukan nikmat sejati."
Ia menambahkan bahwa nikmat sejati adalah saat seseorang masih dianugerahi kemampuan dan kemauan untuk beribadah, untuk berdiri menghadap Sang Pencipta, serta menjalani hidup dalam batasan yang telah ditentukan-Nya.
Simak Video Pilihan Ini:
Ancaman Climate Change, Ribuan Pohon Ditanam di Pemalang
Tamparan Lembut Gus Baha untuk Pemuda yang Minder
“Jadi kamu harus berpikir begitu, sehingga tidak pernah kepikiran mereka lebih keren ketimbang kita. Keren kita itu karena berlatih berpikir bahwa ketika kamu ditakdir bisa salat, itu nikmat terbesar,” ujar Gus Baha dalam ceramah tersebut.
Pesan ini seolah menjadi tamparan lembut bagi anak-anak muda yang sering kali merasa minder karena melihat orang lain lebih kaya, lebih bebas, atau lebih populer, padahal tidak menjalankan ibadah.
Gus Baha mengajak para pemuda untuk mengubah cara berpikir. Bukan lagi melihat kenikmatan sebagai sesuatu yang bersifat fisik, tetapi menilai nikmat dari sudut pandang spiritual dan hakikat hubungan dengan Allah.
Menurut Gus Baha, manusia yang diberi kekuatan untuk sholat sejatinya sedang menikmati bentuk nikmat tertinggi. Karena tidak semua orang mendapat anugerah seperti itu, meski mereka punya segalanya dari segi dunia.
Ia juga menyarankan agar para anak muda membiasakan diri untuk melatih pola pikir tersebut setiap hari. Sebab pemikiran yang lurus dan penuh syukur akan membuat hati menjadi tenang dan tidak mudah iri terhadap hidup orang lain.
Dengan cara berpikir seperti itu, anak muda tidak akan merasa kalah ketika melihat teman sebaya yang tidak taat beribadah tetapi tampak sukses secara duniawi. Justru sebaliknya, akan lahir rasa bangga dan syukur karena telah mendapatkan hidayah dari Allah.
Pemuda Biasa Sholat adalah Mulia
Gus Baha menegaskan bahwa menjadi manusia yang bisa sholat adalah bentuk kemuliaan yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Bahkan jika dibandingkan dengan kemapanan tanpa sholat, maka sholat tetap lebih mulia.
Ia pun memberi semangat kepada generasi muda untuk terus menjaga sholat dan puasa, tidak hanya sebagai rutinitas, tetapi sebagai bentuk penghargaan terhadap nikmat yang sangat besar.
“Latihlah pikiranmu untuk yakin bahwa bisa sholat itu nikmat, bukan beban. Kalau kamu bisa tanamkan itu, insya Allah hidupmu akan tenang, tidak gampang galau atau iri,” terang Gus Baha.
Pesan ini sangat relevan di tahun 2025, saat dunia makin liberal dan gaya hidup makin permisif. Gus Baha hadir dengan suara sejuk yang membimbing umat agar tetap punya arah dalam menjalani kehidupan.
Dalam konteks kekinian, banyak pemuda yang lupa bahwa kemuliaan hidup bukan sekadar soal gelar, popularitas, atau jumlah pengikut media sosial, tetapi pada seberapa dekat ia dengan Allah melalui ibadahnya.
Tahun ini bisa menjadi momentum perubahan bagi banyak anak muda. Dengan menanamkan pesan Gus Baha ini dalam pikiran, semoga lahir generasi baru yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam iman.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul