Liputan6.com, Jakarta - Di sebuah pengajian rutin di Pesantren As-Sadad, Desa Ambunten, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, KH. Thaifur Ali Wafa berbagi kisah inspiratif tentang dua jamaahnya yang berhasil menunaikan ibadah haji berkat mengamalkan dzikir yang ia berikan.
Amalan yang dimaksud adalah melafalkan dua Asmaul Husna, "Ya Hayyu Ya Qayyum", dengan jumlah bacaan yang telah ditentukan.
Jamaah pertama, kata Kiai Thaifur, diminta membaca ya Hayyu Ya Qoyyum sebanyak 1000 kali sehari semalam.
Sedangkan jamaah kedua diminta membaca 2.000 kali. Jumlah ini dibagi dua kali yaitu 1.000 bacaan saat siang dan diulangi lagi saat malam.
Simak Video Pilihan Ini:
Toko dan Agen BRI (Brilink) di Cilacap Dirampok, 2 Luka Tembak 100 Juta Melayang (Video Amatir Warga)
Kisah Pertama: Abdul Waris dan Keinginannya untuk Naik Haji
Suatu hari, seorang jamaah bernama Abdul Waris _yang kini telah almarhum_ datang menemui Kiai Thaifur. Ia meminta amalan agar diberikan rezeki yang melimpah.
Awalnya, sang kiai tidak langsung memberikannya. Namun, setelah mengetahui bahwa niat Abdul Waris ingin kaya adalah demi menunaikan ibadah haji, Kiai Thoifur pun memberikan ijazah dzikir "Ya Hayyu Ya Qayyum" sebanyak 1.000 kali setiap hari.
"Kalau ingin naik haji, saya ijazahkan Ya Hayyu Ya Qayyum dibaca sehari 1.000 kali," kenang Kiai Thaifur, dikutip dari salah cuplikan video pengajian, Senin (5/5/2025).
Tak disangka, sekitar setahun kemudian, Abdul Waris kembali mendatangi sang kiai dengan kabar gembira, ia telah berhasil menyetorkan biaya haji ke bank. Padahal sebelumnya, hal itu terasa mustahil baginya.
Kisah Kedua: Pria dari Pulau Ra’as dan Keajaiban Rezeki
Kisah kedua datang dari seorang pria asal Pulau Ra’as, Sumenep. Suatu ketika, Kiai Thaifur mengunjungi rumahnya yang sederhana, bahkan terbilang mirip gubuk.
Pemuda itu menyampaikan keinginannya untuk menunaikan haji bersama istrinya. Mendengar hal itu, Kiai Thaifur memberikan amalan "Ya Hayyu Ya Qayyum" sebanyak 2.000 kali sehari—dibagi menjadi 1.000 kali di siang hari dan 1.000 kali di malam hari—selama 40 hari berturut-turut.
"Setahun kemudian, dia datang ke rumah dan menyampaikan bahwa dia telah menyetor ONH (Ongkos Naik Haji). Padahal, melihat kondisi ekonominya, sangat mustahil baginya untuk bisa membayarnya," tutur Kiai Thoifur.
Ternyata, setelah 40 hari berdzikir, pemuda itu memutuskan merantau ke Bali untuk bekerja. Di sana, ia bertemu seorang turis asing yang sedang mencari meja antik.
Kebetulan, ia memiliki meja kuno di rumahnya. Ia pun pulang ke kampung halaman, mengambil meja tersebut, dan menawarkannya kepada turis itu.
Saat tawar-menawar, ia meminta harga setara ongkos haji untuk dua orang. Ajaibnya, sang turis menyetujui dan membayar sesuai permintaannya. Dengan demikian, impiannya untuk berhaji pun terwujud.
Asal-usul dan Keutamaan Dzikir "Ya Hayyu Ya Qayyum"
Menurut Kiai Thaifur, amalan ini bersumber dari Imam Al-Ghazali. Bahkan, dalam salah satu syairnya, Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa dzikir "Ya Hayyu Ya Qayyum" memiliki keutamaan dalam mendatangkan kekayaan.
Dzikir ini termasuk dalam wirid harian Imam Al-Ghazali yang dibaca setiap selesai salat Isya.
"Sebelum mengamalkan, awali dengan bertawassul kepada Imam Al-Ghazali. Jika dibaca lebih dari 1.000 kali, pasti lebih dahsyat," jelas Kiai Thaifur.
Profil KH Thaifur Ali Wafa
Dikutip dari berbagai sumber, KH. Thoifur Ali Wafa adalah seorang ulama produktif asal Ambunten, Sumenep, Madura. Beliau telah menulis lebih dari 40 kitab berbahasa Arab.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah kitab Manarul Wafa, yang berisi kisah perjalanan hidupnya yang penuh inspirasi dalam menuntut ilmu kepada Syaikh Ismail Zain di kota Mekkah.
Beliau juga dikenal sebagai salah satu ulama Indonesia yang menulis Alfiyah (syair seribu bait) dalam bidang tarikh, yang diberi judul Alfiyah Ibnu Ali Wafa.
Karyanya yang lain, seperti Al-Misan dan Al-Lashif (syarah dari Al-Matnu Asy-Syarif karya Syaikhona Kholil Bangkalan), menunjukkan kedalaman ilmunya dalam bidang fikih.