Liputan6.com, Jakarta - Pada bulan Ramadhan, umat Islam umumnya melaksanakan sholat Witir setelah Tarawih. Sholat Witir-nya dilakukan di awal waktu sehingga ketika tidur sudah dalam keadaan mengerjakan Witir.
Berbeda dengan hari-hari biasa, sholat Witir kerap dilakukan di sepertiga akhir malam setelah sholat Tahajud. Dalam kasus ini, Witir menjadi penutup sholat malam, sebagaimana disebutkan dalam hadis nabi.
Pertanyaannya, bolehkah sholat lagi seperti Tahajud jika sudah melaksanakan Witir di bulan Ramadhan?
Ulama kharismatik Ustadz Abdul Somad alias UAS menyebut pertanyaan tersebut pernah ditujukan kepada Syaikh Abdul Aziz Ibnu Baz, seorang mufti Arab Saudi pada masanya. Ia mengatakan, jika setelah Tarawih langsung Witir, maka tidak masalah jika di sepertiga malam terakhir bangun untuk menunaikan sholat Tahajud, tapi jangan Witir lagi.
“Bahwa setelah sholat Witir tidur (lalu) bangun malam lagi, silakan sholat qiyamul lail, tapi jangan sholat lagi Witir. Witir itu artinya ganjil. Kalau sudah sholat Witir kemudian tengah malam Witir lagi, tiga tambah tiga enam, jadi tidak lagi witir (ganjil),” jelas UAS dikutip dari YouTube Intifada Channel, Senin (3/3/2025).
Saksikan Video Pilihan Ini:
1 dari 2 Korban Tenggelam Pantai Bunton Cilacap dan Gili Anyar Kebumen Ditemukan
Ini Dalilnya
UAS kemudian mengungkap dalil diperbolehkannya sholat sunnah setelah Witir. Hadisnya ialah riwayat Aisyah yang disebutkan Imam Ahmad. Kata Aisyah, Rasulullah SAW pernah sholat dua rakaat setelah Witir.
“Apa hikmah di balik ini? Kata Syaikh Abdul Aziz Ibnu Baz, hikmahnya wallahu a'lam, bahwa boleh sholat setelah Witir. Kesimpulannya, kalau setelah sholat Witir, lalu sholat Witir, pulang, tidur, bangun, boleh Tahajud, tapi jangan Witir lagi,” kata UAS menekankan.
UAS mengatakan, orang yang sholat Witir di awal waktu dan akhir pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW, yakni Abu Bakar yang melaksanakan sholat Witir di awal malam dan Umar di akhir malam.
“Apa kata Nabi ke Abu Bakar? ‘Engkau orang hati-hati takut ketiduran Witir-nya di awal malam’. Apa kata Nabi kepada Umar? ‘Engkau orang yang kuat, yakin bangun malam, maka Witir-nya tengah malam’. Pilihlah mau Witir di awal malam bagus, mau Witir di akhir malam bagus,” demikian disampaikan UAS.
Niat dan Tata Cara Sholat Tahajud
Tata cara sholat Tahajud tidak berbeda jauh dengan sholat-sholat sunnah lainnya, yaitu dua rakaat salam, diawali dengan niat, dan diakhiri dengan salam. Untuk memudahkan, simak tata cara sholat tahajud berikut ini yang dikutip dari NU Online.
1. Niat sholat Tahajud
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku menyengaja shalat sunnah tahajud dua rakaat karena Allah ta’ala.”
2. Niat dalam hati bersamaan takbîratul ihrâm, dan seterusnya sampai salam setelah dua rakaat.
3. Setelah salam atau selesai seluruh sholat kemudian membaca doa sholat tahajud.
Berikut doa setelah sholat Tahajud yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim.
اَللهم رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاءُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهم لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي. أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لآ اِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
Allâhumma rabbanâ lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta mâlikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haqq. Wa wa‘dukal haqq. Wa liqâ’uka haqq. Wa qauluka haqq. Wal jannatu haqq. Wan nâru haqq. Wan nabiyyûna haqq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haqq. Was sâ‘atu haqq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa ‘alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.
Artinya: “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad ﷺ itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.”
Wallahu a'lam.