Dulu Puasa Bedug Sering Diejek, Ternyata Bagus Banget, Ini Penjelasan Buya Yahya

5 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Masih ingat istilah puasa bedug? Puasa bedug adalah puasa yang dilakukan dari fajar hingga adzan Dzuhur, kemudian dilanjutkan lagi hingga Maghrib. Puasa Ramadhan ini biasanya dilakukan oleh anak-anak yang belum baligh.

Dulu, saat kecil, jika ada yang puasa bedug, sering kali menjadi bahan ejekan dan gurauan di antara teman-temannya. Mereka dianggap tidak mampu menjalankan puasa penuh seperti orang dewasa.

Namun, menurut ulama kharismatik asal Cirebon, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, puasa bedug justru memiliki manfaat besar dalam pendidikan agama bagi anak-anak. Dalam tayangan video yang dicuplik dari kanal YouTube @albahjah-tv, Buya Yahya menjelaskan bahwa konsep puasa bedug ini tidak boleh diremehkan.

"Anda kalau mengajari anak berpuasa tidak boleh menyiksa mereka. Jadi kalau kuat, iya, tapi kalau tidak kuat, tidak boleh dipaksa. Tapi juga tidak boleh dibiarkan dari pagi tanpa berpuasa sama sekali," ujar Buya Yahya.

Menurutnya, tradisi puasa bedug berasal dari kebiasaan di kampung-kampung dan merupakan bentuk pendidikan yang diajarkan oleh para ulama terdahulu. Meskipun dalam fikih tidak ada istilah puasa bedug, dalam tarbiah atau pendidikan, praktik ini memiliki makna yang mendalam.

Ia menegaskan bahwa mendidik anak tidak cukup hanya dengan fikih, tetapi juga harus menggunakan pendekatan tarbiah. Jika anak dibiarkan tidak berpuasa sama sekali, mereka akan terbiasa untuk tidak menghormati bulan Ramadan.

Jika anak masih kecil dan merasa tidak kuat, mereka boleh berbuka lebih awal. "Kalau lapar jam 9 pagi, boleh buka. Lapar lagi jam 12, buka lagi. Tapi tidak boleh setiap saat makan tanpa aturan karena ini bulan mulia," jelasnya.

Simak Video Pilihan Ini:

Detik-Detik Wanita Nekat Terobos Paspampres dan Cegat Mobil Demi Salami Jokowi

Promosi 1

Bentuk Pemahaman Anak-Anak

Dengan pendekatan ini, anak mulai belajar disiplin dan memahami bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar, tetapi juga tentang penghormatan terhadap bulan Ramadan.

Buya Yahya menambahkan bahwa orang tua harus membiasakan anak untuk tetap sahur, meskipun mereka belum bisa berpuasa penuh. Sahur tetap perlu dilakukan agar anak merasakan pengalaman berpuasa sejak dini.

Buya juga menegaskan bahwa anak yang sedang belajar berpuasa sebaiknya tidak dibiarkan jajan sembarangan. Jika seorang anak kecil makan es krim di siang hari Ramadan, kemungkinan besar orang tuanya belum mengajarkan pentingnya puasa.

"Orang tua wajib mengajarkan anak untuk menghormati bulan suci ini. Meski mereka belum wajib puasa, tetap harus ada pendidikan agar mereka terbiasa," ujarnya.

Dengan cara ini, anak-anak akan tumbuh dengan pemahaman yang lebih baik tentang ibadah puasa. Mereka tidak akan menganggap puasa sebagai beban, melainkan sebagai sesuatu yang dijalankan dengan kesadaran dan keikhlasan.

Menurut Buya Yahya, jika anak dipaksa berpuasa penuh sejak kecil tanpa memahami maknanya, mereka bisa saja tumbuh dengan perasaan tidak suka terhadap puasa. Hal ini yang perlu dihindari dalam pendidikan agama.

Puasa Bedug Pendidikan yang Baik

Sebaliknya, jika pendekatan yang digunakan lebih lembut dan bertahap, anak-anak akan lebih mudah mencintai ibadah puasa. Puasa bedug adalah salah satu cara untuk mengenalkan mereka pada ibadah ini dengan penuh kegembiraan.

Oleh karena itu, orang tua diharapkan tidak lagi meremehkan konsep puasa bedug. Justru, metode ini bisa menjadi langkah awal dalam membiasakan anak-anak berpuasa dengan nyaman.

Dengan pemahaman yang benar, puasa bedug bukanlah sesuatu yang keliru, melainkan bagian dari pendidikan agama yang perlu dilestarikan. Orang tua harus mendampingi anak-anak dengan sabar agar mereka bisa tumbuh dengan kesadaran beribadah.

Buya Yahya juga mengingatkan agar para orang tua lebih aktif dalam mendidik anak mengenai nilai-nilai keislaman. Jangan sampai anak-anak tumbuh tanpa pemahaman yang baik tentang ibadah dan maknanya.

Puasa bedug bukan hanya sekadar kebiasaan, tetapi bisa menjadi metode pendidikan yang efektif. Dengan membiasakan anak berpuasa sejak dini, mereka akan lebih mudah menjalankan ibadah ini ketika sudah mencapai usia baligh.

Pada akhirnya, tradisi puasa bedug seharusnya tidak lagi dianggap sebagai bahan ejekan. Sebaliknya, ini adalah bentuk pendidikan yang baik dan harus terus diajarkan kepada generasi berikutnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |