Liputan6.com, Cilacap - Tema eskatologi Islam yang kerap diperbincangkan dan membuat orang terpesona akan keindahan dan kenikmatannya ialah surga.
Gambaran kenikmatan dan keindahan surga sebagai tempat bagi hamba-hamba Allah yang taat banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an dan al-Hadits.
Pun demikian halnya dengan aktivitas penghuni surga juga tak luput dari sorotan dan tentunya menjadi pembahasan yang tak kalah menarik.
Penasaran dengan kegiatan yang dilakukan para penduduk surga? Simak penjelasan Al-Qur’an berikut ini!
Simak Video Pilihan Ini:
Mengurai Benang Kusut Banjir Sidareja Cilacap
Aktivitas Penghuni Surga
Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Yasin ayat 55-58 menerangkan perihal aktivitas penghuni surga. Firman Allah,
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ (55) هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلالٍ عَلَى الأرَائِكِ مُتَّكِئُونَ (56) لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ (57) سَلامٌ قَوْلا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ (58) }
Artinya: "Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan), "Salam, "sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang."
Mengutip ibnukatsironline.com, Allah Swt. menceritakan perihal ahli surga, bahwa keadaan mereka di hari kiamat apabila telah diberangkatkan dari Padang Mahsyar, lalu mereka ditempatkan di taman-taman surga, dan bahwa mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri yang bergelimang dalam kenikmatan yang abadi dan keberuntungan yang besar.
Al-Hasan Al-Basri dan Ismail ibnu Abu Khalid mengatakan bahwa ahli surga terlalu sibuk dengan urusannya untuk memperhatikan azab yang diterima oleh penghuni neraka.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (Yasin: 55), yakni merasa kagum dengan kenikmatan yang mereka alami. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah.Ibnu Abbas mengatakan bahwa arti fakihun adalah bersenang-senang.Abdullah ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, Al-A'masy, Sulaiman At-Taimi, dan Al-Auza'i telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (Yasin: 55) Mereka mengatakan bahwa kesibukan ahli surga ialah memecahkan selaput-selaput dara (istri-istri mereka).
Dan Ibnu Abbas r.a. sendiri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (Yasin: 55) Yakni mendengarkan alunan musik petikan kecapi.
Abu Hatim mengatakan bahwa barangkali kekeliruan dari pendengarnya (yang mendengarnya dari Ibnu Abbas), sesungguhnya yang dimaksud dengan kesibukan di sini adalah memecahkan selaput-selaput dara.
Bersenang-senang dengan Pasangannya
Abu Hatim mengatakan bahwa barangkali kekeliruan dari pendengarnya (yang mendengarnya dari Ibnu Abbas), sesungguhnya yang dimaksud dengan kesibukan di sini adalah memecahkan selaput-selaput dara.
Firman Allah Swt.:
{هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ}
Mereka dan istri-istri mereka. (Yasin: 56)Yaitu bersama permaisuri-permaisurinya, menurut Mujahid.
{فِي ظِلالٍ}
berada dalam tempat yang teduh. (Yasin: 56)
Maksudnya, berada di dalam naungan pepohonan surga.
{عَلَى الأرَائِكِ مُتَّكِئُونَ}
bertelekan di atas dipan-dipan. (Yasin: 56)
Ibnu Abbas Mujahid, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b, Al-Hasan, Qatadah As-Saddi, dan Khasif mengatakan makna ara-ik ialah ranjang-ranjang yang berkelambu.
Menurut hemat kami, perumpamaannya di dunia ini sama dengan pelaminan-pelaminan yang dihiasi dengan aneka ragam kain kelambu.
Firman Allah Swt:
{لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ}
Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan. (Yasin: 57)dari berbagai jenis buah-buahan.
{وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ}
dan memperoleh apa yang mereka minta. (Yasin: 57)
Apa pun yang mereka minta, pasti mereka mendapatkannya dari semua jenis kesenangan.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ الْحِمْصِيُّ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ كَثِيرِ بْنِ دِينَارٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُهَاجِرٍ، عَنِ الضَّحَّاكِ المَعَافري، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُوسَى، حَدَّثَنِي كُرَيْب؛ أَنَّهُ سَمِعَ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا هَلْ مُشَمِّر إِلَى الْجَنَّةِ؟ فَإِنَّ الْجَنَّةَ لَا خَطر لَهَا هِيَ -وَرَبِّ الْكَعْبَةِ-نُورٌ كُلُّهَا يَتَلَأْلَأُ وَرَيْحَانَةٌ تَهْتَزُّ، وَقَصْرٌ مَشيد، وَنَهْرٌ مُطَّرد، وَثَمَرَةٌ نَضِيجَةٌ، وَزَوْجَةٌ حَسْنَاءُ جَمِيلَةٌ، وَحُلَلٌ كَثِيرَةٌ، وَمُقَامٌ فِي أَبَدٍ، فِي دَارِ سَلَامَةٍ، وَفَاكِهَةٍ خَضِرَةٍ وحَبْرَة وَنِعْمَةٍ، وَمَحَلَّةٍ عَالِيَةٍ بَهيَّة". قَالُوا: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، نَحْنُ الْمُشَمِّرُونَ لَهَا. قَالَ: "قُولُوا: إِنْ شَاءَ اللَّهُ". قَالَ الْقَوْمُ: إِنْ شَاءَ اللَّهُ.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa'id ibnu Kasir ibnu Dinar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muhajir, dari Ad-Dahhak Al-Mu'afiri, dari Sulaiman ibnu Musa, telah menceritakan kepadaku Kuraib, ia pernah mendengar Usamah ibnu Zaid r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Adakah orang yang menginginkan masuk surga, karena sesungguhnya surga itu keindahannya tidak dapat terbayangkan. Surga itu demi Tuhan Ka'bah, semuanya merupakan nur (cahaya) yang berkemilauan, wewangian yang semerbak aromanya, gedung-gedung yang kokoh, sungai-sungai yang mengalir, buah-buahan yang masak, istri-istri yang cantik jelita, perhiasan yang banyak, tempat tinggal yang abadi di negeri yang penuh dengan keselamatan, buah-buahan yang segar, kebaikan dan nikmat yang berlimpah di tempat yang tinggi lagi menyenangkan. Mereka (para sahabat) berkata, "Ya, wahai Rasulullah, kamilah orang-orang yang sedang mengadakan persiapan untuk memasukinya." Rasulullah Saw. bersabda. ”Katakanlah. 'Insya Allah'Maka para sahabat mengatakan, "Insya Allah"Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam Kitabuz Zuhud, bagian dari kitab Sunan-nya melalui hadis Al-Walid ibnu Muslim, dari Muhammad ibnu Muhajir dengan sanad yang sama.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul