Idul Adha 2025 Tak Mampu Qurban Kambing, Boleh Sembelih Ayam Kata Gus Baha, Caranya Begini

19 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang bulan Dzulhijjah 1446 H, adau Idul Adha 2025 perbincangan seputar ibadah kurban mulai mengemuka. Banyak umat Islam yang mulai bersiap secara finansial untuk bisa berkurban pada Hari Raya Iduladha, namun tak sedikit pula yang kebingungan karena keterbatasan biaya.

Bagi masyarakat kecil, harga kambing atau sapi yang terus melambung menjadi tantangan tersendiri. Tak jarang muncul pertanyaan, apakah boleh berkurban dengan ayam karena tak mampu membeli hewan ternak seperti kambing atau sapi.

Ulama ahli tafsir Al Qur'an KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab dikenal sebagai Gus Baha menanggapi persoalan ini dengan santai namun penuh makna. Ia menyampaikan bahwa semangat dalam merayakan Idul Adha tak boleh pudar hanya karena keterbatasan harta.

Dalam sebuah pengajian, Gus Baha mengisahkan pengalamannya sendiri saat belum mampu berkurban dengan kambing atau sapi. Saat itu, ia memilih untuk menyembelih ayam agar tetap bisa ikut merayakan hari besar umat Islam tersebut.

Dilansir Sabtu (03/05/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @storyngajigusbaha, Gus Baha menyebutkan bahwa dahulu ketika ia masih merantau di Yogyakarta dan belum mapan secara ekonomi, dirinya tetap ikut merayakan Idul Adha meski hanya qurban ayam.

"Saya juga pernah miskin. Zaman saya merantau di Yogya, tiap Iduladha potong ayam. Kalau tidak, ya beli daging setengah kilo. Yang penting makan-makan," ujar Gus Baha dalam ceramah tersebut.

Ia menekankan bahwa inti dari Idul Adha adalah merayakan hari makan-makan sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis. "Allah melarang puasa pada hari itu karena memang hari makan-makan. Jadi ya sudah, makan yang halal, meskipun ayam," lanjutnya.

Simak Video Pilihan Ini:

Aksi Kocak Pak Bhabin Nyanyi dan Joget Bareng Mbah-mbah di Posyandu Lansia

Konsep Hari Makan dan Minum

Menurut Gus Baha, yang terpenting bukan jenis hewannya, tapi niat dan semangat kebersamaan dalam berbagi di hari raya. Ia juga menyebut bahwa menyembelih ayam bisa menjadi cara menghindari rasa iri terhadap panitia kurban masjid.

"Daripada iri, terus kecewa, lalu bergumam. Itu dobel dosa. Miskin iya, bergunjing iya. Jadi mending potong ayam atau bebek. Yang penting jangan tikus. Pokoknya halal," tutur Gus Baha sambil tertawa kecil.

Ia juga mengangkat kisah sahabat Nabi, Ibnu Abbas, yang suatu ketika menyembelih ayam saat Iduladha. Saat ditanya apakah itu kurban, Ibnu Abbas menjawab tidak, namun ia menegaskan bahwa hari itu adalah hari makan dan minum.

Dalam penjelasannya, Gus Baha menyinggung pandangan Imam Al-Qurtubi yang berpendapat bahwa secara teknis, kurban ayam bisa dimaklumi dalam kondisi tertentu. Namun, ia mengingatkan agar tidak membawanya ke masjid agar tidak menjadi bahan tertawaan.

"Paham ya? Imam Qurtubi masuk akal. Nabi bersabda, orang yang datang Jumatan paling awal seperti kurban unta. Datang jam 10 itu seperti kurban sapi. Jam 11.30 itu seperti kurban ayam. Yang datang belakangan sekali ya seperti kurban telur," ujarnya.

Dari situ, Gus Baha menyampaikan analogi sederhana bahwa dalam Islam, semangat dan waktu sangat dihargai. Bahkan dalam konteks Jumat pun, ibarat kurban, datang awal itu nilainya besar, datang belakangan nilainya mengecil.

Jangan Dibawa ke Masjid, Cukup di Rumah Saja

"Jadi kalau kamu kurban telur satu kilo, itu ya tetap kurban. Tapi jangan dibawa ke masjid. Nanti malah dikira main-main. Dipakai sendiri di rumah saja, buat makan keluarga," jelasnya.

Ia menekankan bahwa selama masih bisa menghadirkan suasana Iduladha di rumah dengan menyembelih hewan halal, itu sudah cukup baik. Jangan sampai karena tidak mampu beli kambing, justru tidak ikut merayakan sama sekali.

Menurut Gus Baha, jika satu kampung terdiri dari 300 orang dan mereka semua ingin berpartisipasi, maka bisa dibagi sesuai kemampuan. Yang kaya kurban sapi, yang mampu kambing, dan yang terbatas menyembelih ayam.

"Yang penting suasana makan-makan itu tetap ada. Tidak harus semua seragam. Yang penting kebersamaan dan menjalankan sunnah sesuai kemampuan," lanjutnya.

Gus Baha menekankan bahwa Islam tidak pernah memberatkan umatnya. Maka dari itu, jangan merasa rendah diri jika belum mampu berkurban dengan hewan besar. Semua kembali pada niat dan usaha masing-masing.

Ia menutup ceramahnya dengan pesan sederhana namun mendalam, "Jangan sampai karena gengsi, akhirnya tidak berbuat apa-apa. Lebih baik lakukan yang sederhana tapi nyata, daripada hanya mengeluh dan membandingkan diri dengan orang lain."

Dengan penjelasan ini, umat Islam diharapkan dapat menyambut Iduladha dengan hati yang lapang. Kurban bukan tentang mahalnya hewan, melainkan tentang ketulusan dan kesungguhan dalam mendekat kepada Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |