Liputan6.com, Jakarta - Lupa jumlah rakaat saat melaksanakan sholat merupakan hal yang sering dialami oleh sebagian umat Islam. Hal ini menjadi perhatian khusus Ustadz Abdul Somad (UAS), seorang dai kondang yang dikenal dengan keahliannya dalam ilmu hadis dan fikih.
UAS menjelaskan, solusi terbaik saat lupa rakaat sholat adalah dengan memilih jumlah yang paling kecil dari yang diragukan.
"Kalau ragu antara dua atau tiga rakaat, maka pilihlah dua. Tambahkan satu rakaat lagi untuk menyempurnakannya," ungkap UAS dalam ceramahnya, seperti dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @Mat_Asrar.
Dalam video tersebut, UAS menguraikan pandangan ulama fikih terkait masalah ini. Menurut UAS, berpegang pada jumlah yang lebih kecil lebih baik daripada mengambil jumlah yang lebih besar.
"Kalau kita pilih angka besar ternyata kurang, maka sholatnya menjadi batal. Lebih baik berlebih daripada kurang," tambahnya.
Sebagai contoh, jika seseorang sedang melaksanakan sholat Dzuhur dan ragu apakah sedang berada di rakaat kedua atau ketiga, maka dianjurkan untuk menganggap itu rakaat kedua. Kemudian, ia menambah satu rakaat lagi untuk menghindari kekurangan.
Simak Video Pilihan Ini:
Video Kecelakaan Maut Bus Wisata di Garung Wonosobo Lindas Motor, 4 Tewas
Pentingnya Sujud Sahwi
UAS juga menegaskan pentingnya melakukan sujud sahwi setelah selesai sholat. Sujud sahwi adalah cara untuk menutup kekurangan yang terjadi akibat lupa rakaat atau kesalahan lainnya dalam sholat.
"Sujud sahwi dilakukan setelah tasyahud akhir sebelum salam. Ini untuk menutupi kekurangan atau kesalahan dalam sholat," jelasnya.
Lebih lanjut, UAS menyampaikan bahwa sikap kehati-hatian dalam ibadah merupakan ajaran yang sangat ditekankan dalam Islam. Oleh karena itu, memilih jumlah rakaat yang minim dianggap sebagai langkah yang paling aman.
Tidak hanya soal rakaat, UAS juga mengingatkan agar umat Islam meningkatkan kekhusyukan dalam sholat. "Kehilangan fokus dalam sholat biasanya disebabkan oleh pikiran yang bercabang. Maka, latihlah diri untuk lebih khusyuk," ujarnya.
Khusyuk dalam sholat dapat dicapai dengan memahami makna bacaan sholat dan menghindari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi. UAS menyarankan agar umat Islam mempelajari lebih dalam tentang makna dan tujuan dari setiap gerakan sholat.
Selain itu, UAS mengingatkan pentingnya memperbaiki wudhu sebagai langkah awal untuk menghadirkan kekhusyukan. Wudhu yang dilakukan dengan benar dapat membantu menenangkan hati dan pikiran sebelum melaksanakan sholat.
Jangan Panik Kalau Lupa Jumlah Rakaat
"Kalau wudhunya asal-asalan, nanti sholatnya juga tidak fokus. Maka, perhatikan wudhu sebagai persiapan utama," tegas UAS.
Di sisi lain, UAS juga memberikan pesan agar tidak terlalu panik jika lupa jumlah rakaat. Kesalahan semacam ini dianggap wajar dan tidak membatalkan sholat selama masih berada dalam batas-batas yang diajarkan syariat.
"Kita manusia, dan lupa adalah bagian dari sifat manusia. Yang penting, jangan sampai lupa itu membuat kita meninggalkan sholat," imbuhnya.
Selain anjuran untuk memilih jumlah rakaat yang minim, UAS juga menyarankan agar umat Islam berlatih mengingat rakaat dengan menghitungnya secara perlahan dalam hati.
Teknik ini disebutnya efektif untuk membantu mengurangi kebingungan saat melaksanakan sholat, terutama bagi mereka yang sering terganggu oleh pikiran lain.
Sebagai penutup, UAS mengajak umat Islam untuk senantiasa memperbaiki kualitas sholatnya. Menurutnya, sholat yang baik akan menjadi kunci kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup.
"Dengan memperbaiki sholat, insyaAllah hidup kita akan lebih tenang, masalah terasa ringan, dan doa-doa kita lebih mudah dikabulkan," tuturnya.
Nasihat ini menjadi pengingat agar umat Islam selalu menjaga kualitas ibadah sholatnya. Dengan memahami solusi atas permasalahan seperti lupa rakaat, umat Islam diharapkan dapat melaksanakan sholat dengan lebih sempurna dan khusyuk.
Melalui ceramahnya, UAS berhasil memberikan panduan praktis bagi umat Islam yang sering menghadapi masalah lupa rakaat. Semoga solusi ini dapat menjadi bekal untuk memperbaiki ibadah sehari-hari.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul