Jika Tahun Ini Anda Kaya, Jangan Jadi Bodoh Pesan Buya Yahya, Ini Maksudnya

2 weeks ago 19
Update Berita Live Petang Cermat Non Stop

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan yang semakin materialistis, banyak orang berusaha keras untuk menjadi kaya. Namun, tidak sedikit pula yang setelah kaya justru kehilangan arah dalam menggunakan hartanya. Mereka hanya sibuk pamer kekayaan tanpa pernah berpikir untuk berbagi.

Koleksi mobil, tas, sepatu, bahkan rumah mewah hanya dijadikan bahan cerita di tongkrongan, tanpa ada nilai manfaat bagi orang lain. Padahal, harta yang hanya menjadi pajangan justru bisa menjadi beban kelak di akhirat.

Fenomena ini menjadi sorotan pendakwah kharismatik yang tinggal di Cirebon KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya dalam satu ceramahnya yang mengupas tentang pentingnya menjadi orang kaya yang cerdas.

Menurut Buya Yahya, menjadi kaya adalah anugerah, tapi tidak cukup hanya berhenti di situ. Diperlukan kecerdasan untuk menjadikan kekayaan itu sebagai jalan menuju keberkahan dunia dan akhirat.

Ia mencontohkan, apa gunanya memiliki 16 mobil antik jika tetangga tidak pernah merasakan kelezatan masakan yang disajikan dari rumah tersebut. Kaya, tapi tidak berbagi, adalah bentuk kebodohan.

Penjelasan ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv yang dikutip pada Rabu (16/04/2025). Dalam video tersebut, Buya Yahya berbicara tegas dan lugas kepada para jemaahnya.

Menurutnya, orang kaya seharusnya memiliki rencana yang matang dalam membelanjakan hartanya. Salah satunya adalah dengan membagi penghasilan ke dalam tiga bagian: untuk pengembangan bisnis, tabungan akhirat, dan persiapan anak-anak.

Simak Video Pilihan Ini:

Heboh Penampakan Buaya Raksasa Saat Banjir Wanareja Cilacap, Begini Penjelasan Warga

Jika Kaya, Perhatikan Penggunaan Hartanya

Ia menegaskan bahwa terlalu fokus kepada anak tanpa memperhitungkan bekal akhirat diri sendiri juga termasuk kebodohan. Harta yang dihasilkan harus ada porsi khusus untuk amal jariyah.

Buya Yahya mencontohkan, membangun masjid, mendirikan pesantren, atau membantu kegiatan sosial lainnya. Semua itu tidak hanya membawa manfaat dunia, tetapi juga menjadi simpanan pahala di akhirat.

“Kalau saya hanya bekerja banting tulang untuk anak saya, tapi tidak ada yang saya siapkan untuk diri saya di akhirat, ya bodoh kali saya,” ujar Buya Yahya dalam ceramah tersebut.

Ia menyarankan para orang kaya agar memperhatikan betul arah penggunaan hartanya. Menyisihkan keuntungan untuk akhirat adalah bentuk kecerdasan spiritual yang harus dibiasakan.

Dengan strategi tersebut, seseorang bisa mendapatkan dua keuntungan sekaligus: kekayaan di dunia dan kemuliaan di akhirat. Menurut Buya Yahya, inilah contoh orang kaya yang sejati.

Ia juga menyampaikan bahwa bisnis dan amal bisa berjalan beriringan. Bahkan, ketika seseorang terbiasa memberi, pintu-pintu rezeki lainnya justru terbuka lebih lebar.

Banyak orang cerdas dalam berderma yang akhirnya mendapatkan balasan luar biasa, baik dalam bentuk kebahagiaan batin maupun keberhasilan usaha yang terus berkembang.

Buya Yahya menekankan bahwa berderma bukan hanya soal memberi kepada orang miskin, tetapi juga soal membangun sistem kebermanfaatan yang akan terus hidup meskipun si pemberi telah wafat.

Pahala Tetap Mengalir di Alam Barzakh

Dengan begitu, saat ia telah berpulang, pahala tetap mengalir di alam barzakh. Ini adalah visi jangka panjang yang hanya dimiliki oleh orang yang benar-benar paham makna kekayaan.

Ia mengajak umat untuk membangun keyakinan bahwa kebaikan yang dilakukan sekarang akan kembali kepada diri sendiri, bahkan saat berada di alam kubur.

Menurutnya, mereka yang memiliki kecerdasan dalam menyalurkan hartanya akan menuai kenikmatan sejak masih hidup hingga setelah meninggal dunia.

Buya Yahya mengatakan bahwa ada kenikmatan di alam barzakh bagi mereka yang semasa hidupnya gemar berderma dan memperjuangkan jalan kebaikan dengan hartanya.

Orang-orang semacam ini tidak hanya memikirkan warisan untuk anak, tapi juga membangun tabungan akhirat yang tidak akan pernah habis nilainya.

Dengan pemahaman seperti itu, orang kaya tidak akan sibuk hanya dengan koleksi pribadi. Mereka akan lebih bijak dalam menilai apa yang benar-benar layak dibanggakan.

Buya Yahya pun menutup ceramahnya dengan ajakan untuk tidak menjadi orang kaya yang bodoh. Gunakan kekayaan sebagai alat untuk menggapai surga dan menebar manfaat seluas-luasnya.

Wallahu a’lam bish-shawab, nasihat ini menjadi pengingat bahwa kekayaan sejati bukan terletak pada jumlah harta, tetapi pada kecerdasan dalam mengelolanya untuk kebaikan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |