Liputan6.com, Jakarta - Berhubungan intim suami istri merupakan salah satu ibadah yang dapat dilakukan pada bulan Ramadhan. Namun, perlu diperhatikan kapan waktu yang diperbolehkan dan tidak berhubungan suami istri agar ibadah tersebut tidak membatalkan puasa.
Suami dan istri yang telah melakukan hubungan intim harus melakukan mandi junub. Mandi wajib dilakukan untuk membersihkan hadas besar agar keduanya bisa melakukan ibadah sholat, menyentuh mushaf Al-Qur’an, atau tawaf.
Pada bulan Ramadhan, suami istri yang melakukan hubungan intim di malam harinya seringkali tidak segera membersihkan hadas besarnya dengan mandi junub. Karena keterbatasan waktu, dia baru bisa mandi junub setelah imsak karena akan sholat Subuh.
Seorang jemaah Al Bahjah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya, jika mandi junub setelah imsak, batalkah puasanya? Simak penjelasan Buya Yahya di bawah ini.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Menilik Pesantren Berbasis Buah-Buahan di Pegunungan Cilacap
Penjelasan Buya Yahya
Buya Yahya mengatakan, yang membatalkan puasa puasa Ramadhan adalah bersenggama di siang hari dengan sengaja. Larangan bersenggama saat puasa dimulai setelah Subuh hingga waktu berbuka.
“Tapi kalau berhubungan suami istri yang gak sengaja, mungkin mohon maaf ada orang jadwal hubungannya habis sholat Subuh, tahu-tahunya pas Ramadhan setelah Subuh dia hubungan (intim). Setelah selesai baru ingat, lah kan kita puasa, rezeki. Puasanya tetap sah, tinggal mandi,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Sabtu (1/3/2025).
Adapun jika bersenggamanya di waktu suhur dan belum sempat mandi junub hingga melewati waktu imsak, maka puasanya tetap sah. Tinggal mandi junub saja agar bisa melaksanakan sholat Subuh dan membaca Al-Qur’an dengan menyentuh mushaf.
Buya Yahya menjelaskan, orang yang berhubungan intim suami istri pada malam Ramadhan tidak harus mandi junub saat itu juga. Boleh ditunda, tapi jangan melewati waktu sholat.
“Ilmu yang perlu disampaikan ini banyak menyiksa perempuan gara-gara gak mau ngaji. Apa itu? Kalau Anda berhubungan suami istri tidak serta merta Anda harus langsung mandi malam itu, nanti demam sakit,” kata Buya Yahya.
“Nah, makanya ngaji biar enak. Makanya banyak perempuan ogah-ogahan diajak suaminya dipikir habis berhubungan langsung mandi (padahal tidak). Nah ini, makanya ngaji,” jelas Buya Yahya mengingatkan.
Tata Cara dan Niat Mandi Junub
Tata cara mandi junub telah diatur dalam ilmu fikih. Orang yang mandi junub harus memenuhi rukun-rukunnya.
Rukun mandi junub ada dua. Pertama adalah niat. Niat dapat dilafalkan bersamaan saat menyiramkan air ke tubuh.
Jika lupa niatnya, Anda bisa menggunakan lafal niat mandi junub berikut yang dinukil dari NU Online.
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلحَدَثِ اْلأَكْبَرِ مِنَ اْلِجنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya: "Aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari janabah, fardhu karena Allah ta'ala."
Menurut pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya, niat mandi junub atau wajib tidak selalu harus berbahasa Arab.
“Pakai bahasa Arab boleh, kalau tidak cukup ‘aku niat mandi besar’. Niatnya pakai bahasa Jawa juga boleh,” katanya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.
Rukun kedua adalah meratakan air ke sekujur tubuh, termasuk rambut dan bulu-bulunya. Bagian yang berambut atau berbulu dapat dibersihkan dengan air mengalir. Jika tidak ada air sama sekali, mandi junub dapat dilakukan dengan tayamum.
Wallahu a’lam.