Mau Menikah Seserahan Terlalu Berat, Buya Yahya: Cari Mertua yang Lain!

6 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Pernikahan adalah ikatan suci yang seharusnya menjadi jalan kebahagiaan bagi pasangan yang akan membangun rumah tangga. Namun, dalam praktiknya, masih banyak wali perempuan yang justru memberatkan proses pernikahan dengan berbagai tuntutan yang tidak seharusnya.

KH Yahya Zainul Ma’arif atau yang akrab disapa Buya Yahya menyoroti fenomena ini dalam ceramahnya. Ia mengingatkan bahwa wali perempuan sebaiknya mempermudah urusan pernikahan, bukan malah menjadikannya ajang transaksi yang membebani calon pengantin laki-laki.

"Wali-wali perempuan, bermudahlah pernikahan. Jangan persulit, jangan anak dijual, jangan anak ini dihargai dengan itu," ujar Buya Yahya dalam ceramahnya yang dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya menjelaskan bagaimana kebiasaan meminta mahar atau seserahan dalam jumlah besar sering kali menjadi penghambat pernikahan.

Menurutnya, tidak ada yang salah dengan memberikan seserahan dalam jumlah banyak, asalkan hal itu tidak menjadi beban. Seorang laki-laki yang ingin menikah memang dianjurkan untuk memuliakan calon istrinya, namun bukan berarti harus sampai berhutang demi memenuhi tuntutan keluarga perempuan.

Fenomena ini sering kali terjadi ketika permintaan seserahan tidak hanya datang dari calon mertua, tetapi juga dari sanak keluarga lainnya. Paman, bibi, bahkan saudara jauh terkadang ikut meminta bagian, yang akhirnya membuat biaya pernikahan membengkak.

"Kadang-kadang seserahan nggak cukup, udah. Calon mertua minta, pamannya minta bagian juga, bibinya juga. Wah, kacau ini!" lanjutnya.

Simak Video Pilihan Ini:

Siswa di Pegunungan Banyumas Gunakan Radio HT untuk Belajar Jarak Jauh

Begini Efek Dimintai Banyak Seserahan

Hal seperti ini menyebabkan banyak laki-laki yang ragu untuk menikah karena takut dengan biaya yang terlalu besar. Pernikahan yang seharusnya menjadi jalan untuk menyempurnakan ibadah justru berubah menjadi beban berat yang sulit diwujudkan.

Dalam menghadapi kondisi seperti ini, Buya Yahya memberikan solusi yang cukup sederhana. Ia menyarankan agar para laki-laki mencari mertua yang lebih memudahkan urusan pernikahan.

"Ya sudah, terus gimana solusinya? Cari mertua yang lain yang gampang dong!" ujarnya dengan nada bercanda.

Namun, bagi mereka yang sudah terlanjur mencintai pasangannya, tuntutan seserahan yang tinggi sering kali menjadi dilema. Banyak yang tetap memaksakan diri demi bisa menikahi orang yang dicintainya, meskipun harus berhutang atau menanggung beban finansial yang berat.

Buya Yahya mengingatkan bahwa membangun pernikahan di atas cinta yang belum kuat justru berisiko menimbulkan masalah di kemudian hari. Sebaliknya, cinta yang sejati sebaiknya dibangun setelah pernikahan, bukan menjadi alasan utama untuk memaksakan pernikahan.

"Tapi saya terlanjur cinta? Salahmu sendiri. Bukan istrimu yang kau cinta, ini Bu! Nikah ndak begitu caranya," tegasnya.

Menurutnya, konsep cinta dalam pernikahan perlu dipahami dengan benar. Jika seseorang terlalu mengedepankan perasaan tanpa mempertimbangkan aspek lain seperti kesiapan mental dan finansial, maka hal itu justru bisa menjadi sumber masalah.

Permudah Pernikahan karena Permudah Ibadah

Dalam Islam, pernikahan adalah ibadah yang seharusnya dipermudah. Jika wali perempuan terlalu banyak menuntut, maka bisa jadi pernikahan yang seharusnya menjadi berkah justru berubah menjadi kesulitan bagi pasangan yang akan menikah.

Tuntutan yang berlebihan terhadap calon pengantin laki-laki juga bisa berujung pada penundaan pernikahan. Banyak pasangan yang akhirnya tidak segera menikah karena belum mampu memenuhi ekspektasi yang diberikan oleh keluarga perempuan.

Buya Yahya mengajak para wali perempuan untuk berpikir lebih bijak dalam menyikapi pernikahan anak-anak mereka. Menikahkan anak bukanlah ajang untuk mencari keuntungan, tetapi sebuah tanggung jawab untuk mengantarkan mereka menuju kehidupan yang lebih baik.

Jika pernikahan dilakukan dengan cara yang benar, maka rumah tangga yang dibangun akan lebih harmonis dan berkah. Sebaliknya, jika pernikahan diawali dengan beban yang berat, maka keharmonisan rumah tangga bisa terancam sejak awal.

Maka dari itu, perlu adanya perubahan pola pikir dalam masyarakat agar pernikahan tidak lagi menjadi beban, tetapi benar-benar menjadi awal kebahagiaan bagi pasangan yang menjalankannya.

Buya Yahya menekankan bahwa kesederhanaan dalam pernikahan tidak akan mengurangi keberkahan. Justru dengan mempermudah urusan pernikahan, seseorang bisa mendapatkan pahala dan ridha dari Allah.

Pada akhirnya, tujuan utama dari pernikahan bukanlah kemewahan dalam acara atau besarnya seserahan, melainkan membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |