Liputan6.com, Jakarta - Dalam menjalankan ibadah sholat, kebersihan dari najis menjadi salah satu syarat sahnya ibadah tersebut. Namun, bagaimana jika seseorang merasa ada sisa air kencing yang keluar setelah beristinja dan baru menyadarinya setelah sholat?
Pertanyaan ini mengemuka dan diajukan dalam sebuah kajian yang disampaikan oleh ulama kharismatik Cirebon KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya.
Seorang jemaah bertanya tentang hukum celana dalam yang berbau pesing setelah selesai beristinja. Ia merasa seperti ada sesuatu yang keluar, lalu mencium celana dalamnya setelah sholat dan menemukan bau pesing.
Buya Yahya menjawab dengan menegaskan bahwa jika bau pesing tercium, maka itu adalah tanda adanya najis, karena najis memiliki tiga tanda: warna, bau, dan tekstur.
"Kalau pesing pasti kencing, karena najis itu ada tiga tandanya. Kalau tidak kelihatan warnanya, tapi ketemu baunya dan itu di tempat yang biasa terkena air kencing, maka itu menjadi najis," jelas Buya Yahya, dikutip dari kanal YouTube @Al-Bahjah TV.
Namun, ia juga menyoroti bahwa kebiasaan mencium celana dalam setelah sholat bukanlah sesuatu yang dianjurkan dalam Islam.
Simak Video Pilihan Ini:
Detik-Detik Sekuriti PT Shimano Usir Staf Kemendag dan Humas Kepri di Batam
Tidak Disunahkan Cium Celana Dalam
Menurutnya, tindakan tersebut justru termasuk kebodohan karena Islam tidak mensyariatkan seseorang untuk memastikan kesucian dengan cara seperti itu.
"Mencium celana dalam itu tidak disunnahkan, bahkan ini termasuk kebodohan. Orang yang terlalu penasaran dengan najis justru sering terjebak dalam was-was," tegasnya.
Buya Yahya juga menyebutkan bahwa dalam ilmu fikih, selama seseorang tidak merasakan adanya sesuatu yang keluar, maka ia tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut.
Jika seseorang selalu mengecek dengan mencium atau memeriksa berlebihan, justru akan mendatangkan keraguan yang tidak perlu dalam ibadah.
"Kalau merasa ada sesuatu yang keluar, tapi tidak yakin, maka jangan dipikirkan. Karena kalau sudah dipikirkan, akhirnya bisa merugikan diri sendiri," tambahnya.
Ia memberikan contoh bagaimana seseorang yang berjalan di malam hari dan merasa menginjak sesuatu, namun tidak perlu memastikan apakah itu najis atau bukan.
Jika najis tidak tampak jelas atau tidak dirasakan dengan pasti, maka cukup berprasangka baik dan tidak berlebihan dalam mencari kepastian.
Hindari Rasa Waswas
Menurutnya, seseorang yang terlalu sering merasa was-was dalam kebersihan justru akan kesulitan dalam beribadah dan bisa terjebak dalam keraguan terus-menerus.
"Kalau setiap kali sholat harus mencium ini itu, akhirnya jadi kebiasaan buruk yang tidak ada dasarnya dalam agama," ujar Buya Yahya.
Ia juga mengingatkan bahwa waswas dalam bersuci adalah salah satu gangguan yang bisa membuat ibadah menjadi terasa berat dan sulit dilakukan.
Karena itu, Islam mengajarkan kesederhanaan dalam memastikan kesucian, tanpa harus berlebihan atau merasa takut berlebihan terhadap najis.
Buya Yahya menekankan bahwa selama seseorang sudah beristinja dengan benar dan tidak ada perasaan yakin bahwa sesuatu keluar, maka ia tidak perlu mencemaskan hal tersebut.
Jika seseorang terus-menerus mencurigai najis tanpa alasan yang jelas, maka justru akan menyulitkan dirinya sendiri dalam menjalankan ibadah.
"Makanya, jangan berlebihan dalam hal seperti ini. Sudah jelas bahwa najis itu ada tandanya. Kalau tidak ada tanda-tanda yang pasti, ya sudah, jangan dipikirkan," katanya.
Ia juga menyebutkan bahwa kebiasaan mencium pakaian setelah sholat untuk memastikan kesucian bisa berakibat pada dua hal, yaitu menyulitkan diri sendiri dan menimbulkan kebodohan.
"Kalau sampai setiap sholat harus mencium dulu, ini malah menjadi hal yang merepotkan," tambahnya.
Islam mengajarkan keseimbangan dalam menjalankan ibadah, termasuk dalam menjaga kebersihan dan menghindari was-was yang berlebihan.
Dengan demikian, seseorang yang telah bersuci dengan baik dan tidak merasakan adanya sesuatu yang keluar tidak perlu ragu dalam menjalankan sholatnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul