Liputan6.com, Jakarta - Puasa merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan dalam Islam, tidak hanya sebagai kewajiban pada bulan Ramadhan, tetapi juga berupa puasa sunnah yang memiliki keutamaan dan nilai pahala besar.
Di antara amalan yang disunnahkan adalah puasa di bulan Dzulhijjah, khususnya pada sepuluh hari pertama di bulan ini, di mana setiap amal ibadah akan mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda.
Hari ini, Sabtu 23 Mei 2025 merupakan puasa hari ke-4 Dzulhijjah 2025.
Di sisi lain, tidak sedikit umat muslim yang masih memiliki kewajiban qadha puasa Ramadhan, yaitu mengganti puasa wajib yang tertinggal karena berbagai sebab, seperti sakit, haid, atau kondisi lainnya.
Sementara, pada saat yang bersamaan, ada pula keinginan untuk menjalankan puasa sunnah Dzulhijjah karena berharap nilai ibadah dan keutamaan pahala yang luar biasa.
Jika demikian, apakah sah apabila seseorang berniat untuk menggabungkan puasa Dzulhijjah dengan qadha puasa Ramadhan? Bagaimana hukumnya menurut Islam? Simak penjelasan berikut, dikutip dari laman NU Online pada Jumat (30/5/2025).
Saksikan Video Pilihan ini:
Gunung Lewotobi Kembali Erupsi, Warga Panik Berlarian ke Posko Pengungsian
Hukum Puasa Qadha Bertepatan dengan Puasa Sunnah
Mengutip penjelesalan oleh Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) Alhafiz Kurniawan menyebutkan bahwa orang yang membayar puasa di hari yang disunnahkan berpuasa, tidak saja menggugurkan utang puasanya, tetapi juga mendapatkan keutamaan puasa sunnahnya.
Orang yang berpuasa pada hari Asyura, misalnya, untuk qadha atau nazar puasa, maka ia juga mendapat pahala puasa sunnah hari Asyura. Pandangan ini disepakati oleh Al-Ushfuwani, Al-Faqih Abdullah An-Nasyiri, Al-Faqih Ali bin Ibrahim bin Shalih Al-Hadhrami. Pandangan tersebut merupakan pendapat yang mu’tamad.
Orang yang berpuasa pada hari-hari tertentu yang sangat dianjurkan untuk dipuasakan akan mendapatkan keutamaan sebagai mereka yang berpuasa sunnah pada hari tersebut, meskipun niatnya adalah qadha puasa atau puasa nazar.
Pentingnya Mengutamakan Qadha Puasa Ramadhan
Dijelaskan dalam kitab I’anatut Thalibin, bahwa di dalam Al-Kurdi terdapat nash yang tertulis pada Asnal Mathalib dan sejenisnya yaitu Al-Khatib As-Syarbini, Syekh Sulaiman Al-Jamal, Syekh Ar-Ramli bahwa puasa sunnah pada hari-hari yang sangat dianjurkan untuk puasa memang dimaksudkan untuk hari-hari tersebut.
Namun, orang yang berpuasa dengan niat lain pada hari-hari tersebut, maka dapatlah baginya keutamaan, dalam Kitab Al-I‘ab. Dari sana, berfatwa bahwa seandainya seseorang berpuasa pada hari tersebut dengan niat qadha atau sejenisnya, maka dapatlah keduanya, baik ia meniatkan keduanya atau tidak.
Meskipun demikian, disarankan agar bagi mereka yang memiliki utang puasa Ramadhan sebaiknya mengqadha utang puasanya terlebih dahulu. Setelah itu, mereka baru boleh mengamalkan puasa sunnah. Namun, jika utang puasa Ramadhan itu baru teringat jelang hari Arafah, sebaiknya ia membayar qadha puasanya di hari Arafah.
Sebagaimana diketahui, puasa di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini dianjurkan secara langsung oleh Nabi Muhammad saw melalui hadisnya. Bahkan, disebutkan Nabi bahwa puasa ini lebih baik daripada jihad fi sabilillah.
Bacaan Niat Puasa Dzulhijjah Sekaligus Qadha Ramadhan
Melansir dari laman NU Online Jatim, adapun lafal niat untuk menggabungkan qadha puasa Ramadhan dengan puasa sunnah Dzulhijjah adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَسُنَّةِ شَهْرِ ذُو الْحِجَّةِ لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin'an qadhai fardhi syahri Ramadhana wa sunnati syahri Dzulhijjah lillahi ta'ala.
Artinya: "Saya berniat melakukan puasa besok untuk mengqadha kewajiban puasa di bulan Ramadhan dan sunnah puasa di bulan Dzulhijjah karena Allah Ta’ala."
Sedangkan niat puasa qadha Ramadhan tanpa niat puasa sunnah adalah sebagai berikut:
نويت صوم غد عن قضاء فرض رمضان لله تعالى
Nawaitu shauma ghodin an qadho’i fardli Ramadhana Lillahi Ta’ala
Artinya: "Saya niat berpuasa besok dari mengqadha' fardu ramadhan Lillaahi ta'ala."
Begitu pula niat puasa Dzulhijjah jika tidak digabung dengan qadha Ramadhan adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: "Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah hari ini karena Allah ta’âlâ."