Naskah Khutbah Jumat Akhir Syawal 2025: Merawat Toleransi di Bumi Indonesia

2 weeks ago 18

ألْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَاٰمَنَ مَنْ فِى الْاَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيْعًاۗ اَفَاَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتّٰى يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Di antaranya ialah nikmat kita sampai saat ini masih diberi kesempatan untuk bisa menghirup udara, sehingga bisa dipertemukan di siang Jumat hari ini. 

Sholawat beserta salam, mari kita sampaikan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Sebagaimana kita ketahui, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, memiliki beraneka ragam etnis, budaya bahkan kepercayaan yang beragam. Untuk menjaganya tetap tentram, aman dan nyaman, perlu usaha dari semua pihak untuk saling bekerja sama satu sama lain. Di antara usaha yang dapat dilakukan untuk menjaganya ialah dengan mempraktikkan moderasi beragama dan selalu mengedepankan toleransi terutama antarpemeluk agama.

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah

Dalam memahami pentingnya bersikap toleran terhadap umat beragama lain, Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an melalui beberapa ayat yang menunjukkan bahwa bersikap toleran merupakan keniscayaan untuk bisa bermasyarakat dan bergaul dengan umat agama lain.

Allah memberikan penjelasan kepada Nabi Muhammad saw bahwa tidak semua umat manusia yang diajak beriman mau mengikutinya. Hal tersebut sudah menjadi ketentuan yang digariskan oleh Allah dan tidak bisa diganggu gugat. Agama dan keyakinan tidak bisa dipaksakan kepada setiap manusia.

Allah Ta’ala berfirman dalam surat Yunus ayat 40:

وَمِنْهُمْ مَّنْ يُّؤْمِنُ بِهٖ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهٖۗ وَرَبُّكَ اَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِيْنَࣖ

Artinya: “Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur'an), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah

Ayat tersebut selain memberikan penjelasan mengenai “ketentuan Allah” terhadap keberagaman keyakinan agama manusia, juga tak lain merupakan penghibur bagi Nabi saw, serta pengingat bahwa tugasnya hanyalah mengajak umat manusia, sedangkan memberi hidayah ialah bagian Allah swt.

Dalam ayat lain, surat Yunus ayat 99 Allah swt berfirman:

وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَاٰمَنَ مَنْ فِى الْاَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيْعًاۗ اَفَاَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتّٰى يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ

Artinya, “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?”

Ayat tersebut secara tidak langsung menjelaskan kepada kita pentingnya bersikap toleran terhadap umat agama lain. Semuanya telah digariskan oleh Allah, tidak boleh ada paksaan dalam beragama. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad Ali Al-Shabuni saat menafsiri ayat di atas:

“Jika Allah menghendaki maka seluruh umat manusia bisa saja beriman, akan tetapi Allah tidak menghendaki hal tersebut karena hikmah yang terkandung di dalamnya. Allah menginginkan keimanan secara sukarela dari hambanya, bukan keimanan yang timbul dari paksaan. Apakah engkau wahai Muhammad akan memaksa mereka untuk beriman dan masuk ke dalam agamamu?”

Allah swt berfirman dalam surat Hud ayat 118:

وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَۙ

Artinya, “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat)”.

Dari pemahaman tersebut seharusnya umat Islam sadar bahwa jika memang keberagaman sudah digariskan, maka seyogianya umat Islam bersikap toleran terhadap keyakinan agama lain.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |