Sholawat atau Istighfar, Mana yang Lebih Berpotensi Diterima Allah? Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

20 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Amalan istighfar dan sholawat kepada Nabi Muhammad menjadi bagian penting dalam kehidupan spiritual umat Islam. Keduanya sering dipraktikkan dalam ibadah harian. Namun, muncul pertanyaan menarik: manakah yang lebih utama dan paling berpotensi diterima oleh Allah?

Pertanyaan tersebut dijawab oleh pendakwah muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam sebuah kajian yang menyinggung keutamaan dua amalan besar tersebut. Ia membandingkan antara istighfar langsung kepada Allah dan sholawat kepada Nabi Muhammad sebagai bentuk wasilah.

Menurut UAH, dua-duanya memiliki keutamaan tersendiri. Namun, jika ditinjau dari sisi mana yang paling berpotensi diterima oleh Allah, maka sholawat kepada Nabi memiliki keunggulan tersendiri dibanding istighfar.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa istighfar memang bentuk komunikasi langsung kepada Allah. Namun, penerimaannya bergantung pada ketulusan hati seorang hamba ketika memohon ampunan.

Ia mencontohkan banyak orang yang melafalkan istighfar hanya di lisan tanpa kehadiran hati. “Astagfirullah, astagfirullah,” diucapkan sambil memegang handphone, bahkan sembari mengirim pesan atau membuka media sosial.

Dilansir Liputan6.com, Minggu (04/05/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @RuhaniSejati, UAH menyampaikan bahwa istighfar yang tidak melibatkan hati, meski baik, belum tentu diterima secara sempurna oleh Allah.

Sebaliknya, ketika seseorang bersholawat kepada Nabi, walaupun baru keluar dari lisan dan belum sepenuhnya tulus, Allah tetap membalasnya dengan sepuluh kebaikan. Ini berdasarkan hadis sahih yang menyebut bahwa siapa yang bersholawat kepada Nabi akan dibalas sepuluh kali kebaikan.

Simak Video Pilihan Ini:

Terekam CCTV, Aksi 3 Menit Pencuri Bawa Kabur Mobil Pikap di Bekasi

Bersholawat Langsung Dibalas Kebaikan

Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa dalam hadis tersebut tidak disebutkan syarat harus khusyuk atau tulus dalam bersholawat. Cukup dengan menyebutkan nama Nabi dan membaca sholawat, Allah langsung membalasnya dengan limpahan kebaikan.

Inilah alasan utama mengapa sholawat dipandang lebih berpotensi diterima, karena keutamaannya tidak terikat oleh ketulusan atau kekhusyukan yang sulit diukur oleh manusia sendiri.

UAH juga mengingatkan bahwa sholawat adalah bentuk cinta seorang hamba kepada Nabi Muhammad, dan cinta itu mendapatkan perhatian khusus dari Allah. Dengan bersholawat, seorang Muslim sejatinya sedang memposisikan diri dalam lingkaran cinta Allah dan Rasul-Nya.

Namun, bukan berarti istighfar dikesampingkan. Istighfar tetap penting, terutama dalam konteks tobat dan memohon ampunan atas dosa. Tetapi penerimaannya sangat bergantung pada kesungguhan hati yang tidak bisa hanya diwakili oleh lisan.

Ia menyarankan agar umat Islam ketika beristighfar benar-benar menghadirkan hati dan kesadaran akan dosa yang dilakukan. Istighfar yang dilakukan dengan kesungguhan bisa menjadi jalan ampunan dan rahmat Allah.

Di sisi lain, bersholawat bisa dilakukan kapan saja dan tetap mendapat ganjaran walau hanya keluar dari lisan. Maka dari itu, sholawat bisa menjadi amalan yang ringan namun penuh manfaat.

Sholawat Itu Sarana Penghubung

Ustadz Adi Hidayat menyebut bahwa sholawat bukan hanya bentuk dzikir, tetapi juga sarana penghubung antara umat dengan Nabinya, yang kemudian menjadi perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sholawat juga memiliki dimensi sosial dan spiritual, karena dengan membacanya, seorang Muslim mengingat kembali perjuangan Rasulullah dan menumbuhkan cinta yang mendalam kepada sosok utusan Allah.

Maka, meskipun istighfar adalah amalan mulia, sholawat memiliki keistimewaan karena langsung mendapatkan balasan kebaikan tanpa harus menunggu penilaian ketulusan dari Allah.

UAH menyarankan agar kedua amalan ini terus dijalankan secara seimbang. Tidak memilih satu dan meninggalkan yang lain, karena keduanya memiliki posisi penting dalam membangun kedekatan dengan Sang Pencipta.

Sebagai penutup, UAH mengajak umat Islam untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas istighfar serta sholawat, dengan menghadirkan hati dan cinta dalam setiap lafaz yang diucapkan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |