Liputan6.com, Jakarta - Sosok perempuan bernama Mey masih menyisakan kesan mendalam bagi Gus Iqdam dan jamaah Majelis Ta'lim Majelis Sabilu Taubah (ST) di Blitar. Dalam satu pengajian di markas ST Blitar, Gus Iqdam secara spontan menyebut nama Mey yang telah meninggal dunia.
Seperti diketahui, sebelumnya kabar duka menyelimuti keluarga besar Majelis Ta'lim Sabilu Taubah. Sosok yang begitu dikenal dan dicintai di kalangan jemaah, yakni Mey atau Meydawati. Kepergian murid Gus Iqdam, Mey pada Rabu, 1 April 2025 lalu, meninggalkan luka mendalam bagi para garangan.
Mey adalah sosok pengamen jalanan yang awalnya konsumsi miras, lalu bertaubat setelah mengenal dan diajak ngaji oleh Gus Iqdam
Kisah itu mencuat saat Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam tengah memberikan ceramah. Tiba-tiba saja, kenangan tentang Mey menyeruak di tengah suasana pengajian yang semula dipenuhi gelak tawa dan canda khas Garangan—sebutan akrab jemaah Sabilu Taubah.
"Moro-moro aku mang ngomong kok kelingan Mey," ucap Gus Iqdam, yang langsung membuat suasana hening sejenak, penuh haru. Ia tampak terdiam sejenak, lalu melanjutkan kalimatnya dengan lirih.
"Mey lho, kok wis ninggal. Ya Allah, sujokno, sakdurunge ninggal kok yo nek tobate, lumayan pisan. Wis, muga-muga husnul khotimah, amin," lanjutnya penuh doa dan harapan.
Simak Video Pilihan Ini:
Belajar Toleransi Beragama di Desa Kalikudi Cilacap
Beruntungnya Mey, Sudah Kenal Banyak Kiai dan Bu Nyai
Gus Iqdam adalah pendakwah muda yang dikenal dengan gaya ceramahnya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dan tidak jarang menyisipkan humor. Namun kali ini, suasana berubah menjadi reflektif dan mengharukan.
Dikutip dari kanal YouTube @otwsurga, Sabtu (20/04/2025), momen tersebut terekam jelas dalam video kajian yang dihadiri ribuan jemaah. Banyak di antara mereka ikut terhanyut dalam suasana saat nama Mey disebut dan didoakan.
Menurut Gus Iqdam, bahkan ketika dirinya mengisi pengajian di Kudus beberapa waktu lalu, masih ada orang yang menanyakan keberadaan Mey. Sosoknya dikenal luas, bahkan hingga ke daerah-daerah yang belum tentu dikunjunginya.
"Mey kondang ning endi-endi lho. Ya Allah, sujokno. Wis kenal kiai-kiai, bu nyai-bu nyai. Malah bu nyai kerep nyangoni Mey, Ning Kudus Mey juga didongake wong okeh," ungkapnya lagi, menandakan bahwa Mey bukan sekadar jemaah biasa.
Doa pun mengalir dari lisan Gus Iqdam dan seluruh jemaah yang hadir. Bersama-sama mereka membaca Al-Fatihah, memohon agar almarhumah diberikan tempat terbaik di sisi Allah.
"Muga-muga husnul khotimah. Mulakno bejo jenengan," ucap Gus Iqdam dengan suara bergetar, lalu disambut dengan lantunan surat Al-Fatihah dari para jemaah yang tampak menahan haru.
Gus Iqdam: Jangan Sia-siakan Hidup
Menurut penuturan para jemaah, Mey dikenal sebagai sosok yang sering hadir di berbagai kajian Sabilu Taubah. Ia juga dikenal dermawan dan dekat dengan para kiai maupun sesama jemaah.
Di tengah ceramahnya, Gus Iqdam juga menyampaikan pesan penting kepada seluruh jemaah yang hadir agar tidak menyia-nyiakan hidup. Ia menegaskan pentingnya untuk terus belajar agama dan menjaga istikamah.
"Niki karek istikomahe sak wayah-wayah. Yo muga-muga sehat, panjang umur. Amin," ucap Gus Iqdam yang diamini serempak oleh para hadirin.
Ia pun mengajak jemaah agar senantiasa mendoakan orang-orang yang telah mendahului. Sebab, doa dari orang-orang yang hidup adalah hadiah terbaik bagi mereka yang telah tiada.
"Muga-muga sehat, panjang umur. Ya Allah, wis damel Mey Al-Fatihah," tuturnya, sekaligus menutup momen mengharukan tersebut dengan bacaan surat pendek bersama-sama.
Momen ini memperlihatkan betapa kuatnya ikatan batin antara seorang guru spiritual dengan jemaahnya. Bahkan setelah wafat, kehadiran seseorang masih bisa dikenang dan didoakan dengan penuh cinta.
Kisah tentang Mey yang dibagikan Gus Iqdam tak hanya menjadi pengingat akan kematian, namun juga menanamkan nilai bahwa hidup harus dijalani dengan amal, tobat, dan ikhtiar untuk selalu dekat dengan Allah.
Majelis Sabilu Taubah terus tumbuh menjadi ruang spiritual yang hidup, dengan pendekatan dakwah yang mengena, sekaligus membumi dalam keseharian umat. Pesan Gus Iqdam malam itu menjadi pengingat bersama, bahwa siapa pun bisa jadi sumber kebaikan yang tak lekang oleh waktu.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul